Pagi hari di kediaman Tuan Harvey.
Sean dan Gwen bangun dari tidurnya yang dengan keadaan sedikit pusing. Gwen yang semalam tidak merasakan apa pun pada tubuhnya kecuali rasa panas dan juga tenggorokannya terasa kering.
Berbeda halnya dengan Sean yang dibuat mabuk berat oleh orang tuanya.
Pagi itu dia bangun dan melihat ke arah kanannya ada Gwen disebelahnya yang sejenak menatapnya lalu memalingkan wajahnya. "Kau menyesal?" tanya Sean ketika semalam dia menyentuh istrinya.
Itu adalah pertama kalinya bagi Gwen melakukan itu. Dia tidak pernah berpikir jika perempuan yang liar seperti Gwen belum pernah dijamah sama sekali oleh pria. Ia yang pertama bagi istrinya semalam.
Jika bukan karena mabuk berat dia tidak mungkin akan menyentuh istrinya secepat itu sebab dia sudah berjanji bahwa harus saling mengenal terlebih dahulu. Namun sayangnya dia melihat reaksi Gwen semalam itu sedikit lebih liar dibandingkan sebelumnya.
Gwen mencoba bangun dari tidurnya lalu menarik selimut itu menutupi dadanya. "Sean, bisakah kau menghadap ke arah lain?"
Suasana menjadi canggung ketika dia baru saja berhubungan intim dengan istrinya. Sean yang menghadap lain merasakan selimut itu ditarik. "Apa kau gila? Kau menarik selimutnya untuk menutupi tubuhmu? Sedangkan aku tidak memakai apa pun, Gwen," kata Sean yang mencoba menahan selimut yang ditarik oleh Gwen tadi.
Sean ingin meraih celana boxer yang ada di lantai. "Gwen, kau bisa menghadap ke arah lain? Aku akan mengambil celanaku terlebih dahulu," kata Sean.
Gwen menuruti ucapannya lalu dia memasangnya, "Sudah, kau bisa pergi ke kamar mandi. Aku mandi di kamar sebelah," ucap Sean lalu dia pergi ketika sudah menggunakan jubah mandinya sebelum keluar dari kamar.
Ketika keluar dari kamarnya, dia bertemu dengan Ibunya yang hendak lewat dari depan kamarnya dengan Gwen.
Wilona sangat senang melihat Sean yang baru saja keluar dari kamarnya dengan ekspresi yang begitu kaku. "Apa yang terjadi anakku? Apa kau bahagia semalam? Ibu dan Ayah dengar Gwen sampai menangis karena kau,"
Itu adalah hal yang paling memalukan bagi Sean sebab dia dan Gwen memang tidak pernah melakukan itu sebelumnya tapi sekali melakukannya malah direncanakan oleh orang tuanya langsung. "Ibu dan Ayah mendengarnya?" tanya Sean dengan ekspresi yang tidak muda dibaca.
Wilona mengangguk. "Tentu saja anakku, karena Ibu dan Ayah sudah sangat menantikan cucu darimu. Kau anak pertama yang harus memberikan cucu untuk keluarga ini bukan? Ayahmu juga sangat menantikan itu untuk diumumkan kabar bahagia kau dengan Gwen. Apa gunanya kau menikah jika kau tidak mau memiliki anak?"
Ibunya terus menerus menyerangnya dengan pernyataan itu. Sean memang belum siap untuk hal itu. Tapi jika Gwen memang hamil suatu saat nanti. Dia tidak bisa menolak. Sebab banyak di luaran sana yang menantikan keturunan dari pernikahan mereka itu yang diingat oleh Sean.
Dia mencoba terlihat tenang dihadapan ibunya. "Ibu, apa kau benar-benar menginginkan seorang cucu?"
"Tentu saja, Sean. Kau tahu betapa sabarnya Ayahmu menunggu ini? Kau dan Gwen harus memberiku cucu laki-laki,"
Perihal itu tidak bisa dipenuhi oleh Sean. Karena bagaimanapun juga nanti adalah tergantung yang kuasa memberikan jenis kelamin perempuan atau laki-laki. "Ibu bukankah itu permintaanmu sudah sangat tidak masuk akal?"
"Aku tidak peduli, Sean,"
"Tapi sayangnya aku tidak bisa memenuhi jika Ibu menuntut laki-laki, aku akan meminta Gwen meminum obat agar dia tidak hamil. Karena menentukan jenis kelamin janin itu tidak bisa dilakukan oleh manusia, jika kau menuntut hal seperti itu bukankah akan merugikan, Gwen?"
"Ibu tidak peduli dengan hal itu, Sean. Ibu hanya ingin kau menuruti apa yang Ibu katakan. Jika memang anakmu nanti perempuan, tentu saja Ibu akan terima. Tapi Ibu inginkan laki-laki sebagai penerus bisnismu,"
Sean mencoba untuk menghindar dari ibunya dan tidak ingin membahas hal itu. Dia tidak ingin jika Ibunya berlaki tidak sewajarnya.
Ia membersihkan dirinya dan merasakan perih pada bagian punggungnya karena cakaran Gwen semalam. Sean menopang tubuhnya dengan menekankan tangan kanannya pada tembok.
Benar-benar perih punggungnya dicakar habis-habisan oleh Gwen.
Sean menuju meja makan yang di mana anggota keluarganya dan juga Gwen sudah ada di sana. Ini jauh dari bayangan Sean jika suasana akan menjadi canggung ketika dia bertemu dengan istrinya sendiri. penampilan Gwen juga jauh berbeda dan lebih tertutup. Apakah dia meninggalkan bekas pada Gwen?
Matanya memicingkan ke arah Gwen yang menutupi lehernya dan juga perempuan itu mengenakan pakaian serba panjang.
Wilona melihat keduanya yang terlihat sangat canggung. Tapi tidak peduli dengan apa yang terjadi pada keduanya. Yang dia inginkan hanyalah cucu untuk meneruskan bisnisnya dan juga mengumumkan pada semua orang bahwa dia akan segera memiliki cucu.
Sarapan pun berlangsung dengan melirik ke arah Gwen sesekali yang mungkin tidak mau terlihat biasa saja syal yang digunakan oleh Gwen itu menandakan bahwa ada sesuatu. "Gwen, apa kau tidak kepanasan menggunakan syal itu?" Wilona sengaja menanyakan hal tersebut karena ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh anaknya semalam.
Gwen sadar bahwa tindakannya semalam itu adalah hal yang keterlaluan bersama dengan Sean. Tapi mereka suami istri jadi sudah sepatutnya Sean mendapatkan itu. Tapi tidak dengan merenggutnya secara kasar. Sean juga dalam keadaan mabuk berat, ditambah lagi ketika Gwen yang merasakan tubuhnya sangat panas. Yang dia yakini, bahwa Ibu mertuanya menaruhkan obat pada minumannya semalam.
"Wilona, makanlah! Jangan bicara ketika kita sedang makan! Kau tentu saja tahu adab bukan?" suaminya menegurnya.
Sean ingin tidak peduli terhadap istrinya tapi tetap saja matanya tidak bisa berpaling dari sana.
Sedangkan Tuan Harvey juga sadar bahwa sedari tadi Sean memperhatikan istrinya walaupun Gwen menunduk dan tidak mau bicara mengenai apa yang terjadi semalam.
Bagi Tuan Harvey dan istrinya, memiliki cucu itu sangatlah dinantikan. Bagi Tuan Harvey apa pun jenis kelaminnya tetap saja akan menjadi orang yang luar biasa nantinya. Tidak peduli dengan jenis kelamin yang diberikan Tuhan kepadanya. Karena dia masih percaya bahwa seorang anak itu adalah titipan.
Sarapan pagi selesai, Sean malah mengajak Gwen untuk kembali ke rumah mereka.
Sebelum berpamitan, Wilona bersikap baik untuk mengambilkan barang milik menantunya di kamar dan ditinggalkan itu. Saat sedang memanggil pelayan untuk merapikan kamar, dia tersenyum puas ketika melihat begitu banyak noda bekas darah yang ada di sprei putih yang menutupi kasur Sean dan Gwen.
"Aku harap kau segera memberiku cucu, Gwen. Dengan begitu aku tidak akan ditertawakan lagi oleh orang-orang bahwa aku tidak akan memiliki cucu dari Sean. Kau akan sangat beruntung jika anakmu itu adalah seorang putra dari seorang CEO yang sangat kaya di kota ini. Kau juga akan menjadi perempuan terpandang ketika berhasil memberikan Sean anak, tapi kau tidak akan pernah betah di sini," Wilona memang hanya membutuhkan anak Sean. Bukan Gwen untuk tetap berada di sini.
Pura-pura terlihat baik karena suaminya juga meminta agar Gwen tidak merasa canggung dengan apa yang dilakukan olehnya, Wilona juga tahu jika Sean belum mau memiliki anak tapi dia yag memaksakan itu semua terjadi.
dia mengambilkan beberapa barang milik Gwen yang dibawa kemarin. Dia juga memberikan beberapa barang mahal untuk digunakan oleh Gwen. Akan sangat memalukan jika Gwen tidak punya barang mahal yang bisa dipamerkan untuk orang-orang.
Jika ada yang menyinggung dirinya tidak bisa memberikan barang mahal untuk Gwen. Maka dia adalah orang pertama yang akan tersinggung karena di keluarga besarnya tidak pernah ada orang yang merendahkan dia selama ini.
Wilona gila pujian, tidak peduli orang yang memujinya itu hanya pura-pura atau memang benar-benar memujinya. Yang penting dia mendapatkan apa yang dia inginkan.
Wilona turun ke lantai dasar di mana anak dan menantunya sudah menunggu di sana. "Gwen, kau harus minum ini ketika kau pulang nanti," dia menyodorkan sebotol obat untuk menantunya.
Gwen menangkat sebelah alisnya. "Ini obat untuk apa, Ibu?"
"Kau akan segera hamil jika kau meminum obat ini, Sean juga jangan terlalu sibuk bekerja. Kau harus menemani istrimu di rumah ketika dia butuh bersamamu. Jangan pernah pura-pura sibuk untuk pekerjaanmu!" sindir Wilona pada putranya.
Dia sendiri tahu bahwa Sean pergi bersama dengan Freya waktu itu. Tapi dia tidak suka kepada Freya karena gaya hidupnya yang terlalu bebas. Itu yang menjadi nilai minus untuk Wilone menilai Freya.
Perempuan itu juga sangat sering dia temukan menginap bersama dengan anaknya ketika dia berkunjung ke apartemen Sean. Dia ingin menikahkan Sean bukan karena tanpa tujuan. Tapi dia ingin nama baik anaknya tidak hancur karena perempuan itu.
Sean dan Freya memang begitu bebas bahkan dia juga tahu bahwa Sean selalu memuaskan kebutuhan biologisnya bersama dengan Freya.
Jika Sean punya anak, maka tidak ada kesempatan lagi bagi Freya untuk mendekat. Dia tidak suka jika anaknya dekat dengan perempuan itu karena Sean yang ikut menjadi pria liar yang menghabiskan waktunya di club untuk mabuk-mabukan.
Sekarang ini adalah bukan lagi untuk bermain-main. Sean dan Freya tidak akan pernah bersama, dia tidak pernah suka terhadap perempuan itu sampai kapan pun juga. Karena bagi Wilona perempuan sejenis Freya hanyalah untuk dibuat kesenangan. Untuk menikah pasti dia akan mencarikan yang terbaik untuk anaknya.