Untuk pertama kalinya, dalam hidup Vivine, dia sangat bahagia. Inilah pertama kalinya dia bisa bersama ayah dan ibunya pergi bersama.
Sekalipun kepergian mereka ke London sebenarnya bukan untuk berlibur, terapi dalam rangka kepengurusan pendaftaran Vivine sebagai anak mereka berdua. Kenapa mereka memilih kota London, karena Julia warga negara Inggris, meskipun ayahnya orang Indonesia,lagi pula Vivine lahir di Chelsea. Mereka bisa mendaftarkan Vivine secara. sah oleh negara, meskipun mereka sudah bercerai. Hal ini tentu saja tidak bisa di lakukan di negara Indonesia.
Terapi bagi Vivine, ini adalah liburan. Liburan pertama bersama ayah ibunya. Senyum ceria tak lepas dari bibir gadis kecil ini. Walau pun sedang tidur. Bibirnya tetap tersenyum. Di pesawat Vivine sengaja tidur sambil memeluk tangan ayah dan ibunya, kiri dan kanan. Julia tak berdaya di buatnya. Begitu pula dengan Johannes, tak kuasa menolak keinginannya.
Selama lebih 13 jam di pesawat, anak itu bermanja ria dengan ayahnya. Selama ini dia selalu merindukan sosok ayah, impiannya terwujud, tentu saja dia tidak mungkin melepaskan ayahnya begitu aja. "Vivine....sini dekat ibu!"
Anak itu menggeleng. "Sini aja sama ayah!" Vivine tidak mengizinkan ayahnya pergi walau ke toilet sekalipun. Julia menyerah, dia tidak mungkin ribut di pesawat dan membuka rahasia keluarga mereka.
"Ayah... nanti kita ke museum ya!"
"Museum apa?"
"Museum transportasi!"
"Tempat apa itu?" Johannes pura-pura tidak tahu tempat itu.
"Itu... tempat koleksi transportasi di London!. Vivine pengen naik bus besaar...di sana juga ada bus baby DLR untuk anak anak...terus pake baju seragam...kayak teman-temanku di Instagram!"
Johannes terkejut." Kamu punya instagram?"
"Punya...teman-temanku juga!" Jo geleng-geleng kepala.
Vivine terus berceloteh penuh semangat. Johannes menanggapinya sambil tertawa. Mereka berdua sangat bahagia.
Di kursinya, Julia menutup wajahnya dengan scarf, menghapus buliran air mata yang mengalir di wajahnya.
Dia tidak tahu harus berbuat apa. Kemarahan dan kebenciannya ke Jo menumpuk di hatinya. Hampir tidak ada lagi kata maaf untuknya.
Tapi Vivine, menginginkan ayahnya.
Pesawat mereka tumpangi tiba sore hari. Roberta dan Sandra menjemput mereka.
Johannes terkejut setengah mati. Wajahnya langsung pucat. Sandra, Julia dan Roberta berteman?Mengapa dia tidak tahu? Johannes ingin melarikan diri saja atau mencari lubang untuk sembunyi. Terapi tidak mungkin, mereka berdiri dan tersenyum menyambut kedatangannya bersama Julia dan Vivine.
"Halo auntie !" Vivine berlari memeluk mereka. Jo termangu. Bahkan anaknya akrab bersama mereka. Udara di London sangat dingin. Tetapi tubuhnya basah oleh keringat.
"Halo Jo.. how are you?" Sapa Roberta dengan senyum penuh arti. 'Hai Jo!" Sandra menegurnya dengan senyum tanpa dosa. Jo tak sanggup menjawab. Dia menatap ke tiga orang itu berganti-ganti. Dia seakan di jebak. Semua dosanya seakan terbuka tanpa bisa di sensor lagi.
Johannes tentu berada di antara ke tiga wanita tersebut. Dia tidak bisa membuang wajah malunya. Andai saja dia bisa pergi secepatnya dari tempat ini. Untung saja ada si kecil Vivine, dia mengambil anak itu dan tidak melepas kan dari gendongannya. Sepanjang jalan menuju hotel tempat dia menginap, Johannes diam seribu bahasa. Sedang ketiga wanita itu sibuk mengoceh berbagai hal.
Johannes baru tahu, pertemanan mereka sangat akrab. Waktu itu dia hanya mengira kalau Julia hanya berteman biasa saja dengan Sandra. Dia hanya menduga kalau Sandra dan Julia membicarakan Roberta seperti kenalan biasa, karena mereka pernah tinggal di Singapura, tetapi dia tidak mereka kalau Julia,Roberta dan Sandra hubungan mereka ternyata sangat dekat.
Mungkinkah mereka saling bercerita dan berbagi rahasia?! Mati aku! Johannes merasa bodoh. Selama ini dia tidak lebih dari pecundang.
Terapi yang membuat dia lebih terkejut lagi. Roberta dan Sandra mengenal Revalina, bahkan mereka berteman akrab
Diam-diam ketiga wanita yang duduk di belakang saling berpegangan tangan penuh arti. Mereka menyimpan senyum dan bercerita tanpa beban, Sepertinya mereka sengaja membuat Johannes tertekan dan membuatnya seakan duduk di atas bara.
Johannes mengusap wajahnya yang berkeringat dengan sapu tangan. Driver di sebelahnya heran. Di udara dingin begini, pria di sebelahnya malah berkeringat. 'Pasti dia kebanyakan minum alkohol!'pikir driver itu dalam hati.
Penderitaan Johannes belum berakhir. Dia hampir terkena serangan penyakit jantung mendengar mereka membicarakan Revaline. Johannes semakin gelisah duduk di mobil itu. Dia sungguh menderita karena malu. Dia sudah meniduri 3 orang diantara mereka berempat.
Johannes memasang telinganya lebar-lebar, Para wanita itu menceritakan keadaan Revaline. Revaline terserang stroke sejak dua tahun lalu. 'Ya Tuhan! Mengapa dia sampai tidak tahu. Revaline pasti sangat menderita. Dia telah menelantarkan kekasih incest-nya itu. 'Dimana Revaline sekarang? Johannes menyesal, mengapa selama ini dia telah menyebabkan Revaline sengsara. Johannes berjanji dalam hati, setelah ini dia akan mencari Revaline.
Mungkin Johannes tambah gila mengetahui kebenaran cerita. Bukan karena Revaline yang telah bercerai dari suaminya, tak berdaya di kursi roda dan miskin. Tetapi tentang Revaline Paila yang asli.
Johannes memiliki cinta yang besar kepada Revaline. Bukan Revaline palsu, tetapi Revaline yang asli, adik angkatnya itu. Wanita yang di cintai tetapi malah dia ditelantarkan itu telah lama meninggal dalam keadaan yang mengenaskan.
Waktu itu, dia sangat terpukul mendengar kalau Roberta sakit keras. Sakit karena penyakit aneh. Johannes langsung beranggapan wanita itu terserang penyakit HIV Aids. Ternyata dia keliru. Andai dia tahu lebih awal, kalau dia sehat wal afiat, dia tidak mungkin membiarkan Revaline sakit parah begitu. Revaline sakit pasti karena dirinya .'Aku sudah keterlaluan!' Johannes menyesal.
Setelah mendrop Johanes ke hotel. Ketiga wanita itu berbicara serius dan jujur.
Mereka telah memberikan hukuman tak langsung ke Johannes.
"Apa kita tidak bertindak kejam dengannya?" kata Sandra, dia orangnya ngga tegaan.
"Ku rasa iya... tetapi dia patut mendapatkannya...lagi pula dia tidak jatuh sakit seperti Revaline...dia menghilang begitu saja... meninggalkan tanggung jawabnya...terhadap Revaline dan....", Roberta menggerakkan alisnya melirik Vivine. Anak itu tertidur pulas. Dia tidak tahu kalau mereka telah membicarakan ayahnya. Julia tidak ingin Vivine mendengar hal buruk tentang Johannes. Di situlah sisa kasih sayangnya kepada Johannes. Bagaimanapun Jo bekas suaminya dan ayah anaknya.
Di kamar hotel, Johannes duduk tersungkur menangis di kamar mandi. Tubuhnya basah kuyup oleh guyuran air shower yang dingin. Dia menghukum dirinya sendiri. Penyesalannya di kuras habis di tempat itu.
Tanpa sebab, hubungan dua sahabat Nyonya Zubaedah dan nyonya Nur Jennah menjadi jauh. Dua orang itu saling merasa tidak nyaman dan bersalah.
Nyonya Zubaedah tidak tahu harus berkata apa dengan sahabatnya itu, dia sendiri yang melamarkan putranya kepada putri nyonya Nur Jennah. Nah sekarang Yanuar mau menikah dengan wanita lain.
Sebenarnya dia sangat senang putranya dengan cepat move on melupakan Revaline. Dia tidak respek dengan mantan menantunya itu.
Revaline menganggap remeh lembaga pernikahan. Selingkuh dan gugat cerai. Tidak bersyukur punya suami sebaik Yanuar. Mestinya Revalina berterima kasih kebaikan Yanuar, tetap setiap setia walaupun dia lumpuh dan berubah jelek. Revaline tidak secantik dulu. Mana ada wanita stroke bisa cantik. Ngangkat tangan aja sudah, mengutus dirinya sendiri aja sudah apalagi sampai melayani suami. Tetapi kelakuan Revaline sungguh buruk daripada keadaannya. Dia pantas menerima azab seperti itu. Nyonya Zubaedah tidak bisa menghilangkan kemarahannya kepada Revaline begitu saja.