Chereads / Realita VS Relina / Chapter 34 - Menantu

Chapter 34 - Menantu

Hati Nyonya Zubaedah gundah. buksn karena Revaline, melainkan Yanuar. "Bisa-bisanya dia mau menikah lagi tanpa meminta pertimbangannya!"_

Sementara di kediaman Nyonya Nur Jennah, dia menerima kabar telepon dari Gina, putrinya. "Hah baru ingat ibu kamu sekarang ya?" kata Nyonya Nur Jennah kesal.

"Ibu maaf!"

"Kamu serius menikah dengan pria itu?" dia tidak setuju pilihan putrinya.

"Ibu...nanti ku kenalkan dia dengan ibu!"

"Baguslah itu!"

"Kami nanti ke Singapura bertemu ibu setelah ini! "

"Singapura? Memangnya kamu dimana?' tanyaNyonya Nur Jennah heran campur kesal. Gina telah merusak hubungan persahabatannya dengan Nyonya Zubaedah, sahabat setianya itu. Gina bikin masalah aja!' Nyonya Nur Jennah mengembuskan nafas berat.

"Ibu...ibu..kok diam sih?'

"Kamu dimana sekarang?"

"Masih di Bali!"

"Bali? Sejak kapan kamu di sana? Ada acara apa?"

"Acara...!"

Kenapa berhenti kerja ngga bilang sama ibu?" potong Nyonya Nur Jennah. Dia punya alasan untuk marah. Gina ke Bali nggak bilang-bilang.

"Maaf ibu... saya tidak bermaksud begitu....sebenarnya...ah panjang ceritanya!"

"Kamu ngapain di sana?"

"Ke Gunung...!"

"Jangan bilang kamu bergabung lagi dengan grup pecinta alam itu?!"

"Maaf ibu...".Nyonya Nur Jennah semakin kesal. Anak gadisnya tidak berubah. Tetap suka kelayapan ke gunung dan hutan.

Di seberang sana, Regina merasa bersalah. Dia kabur ke Bali karena menghindari perjodohan ibunya. Setiba di Bali, teman-teman lamanya itu malah menjodohkan dia dengan Yanuar. Pada mulanya mereka menolak karena malu. Tetapi seiring kebersamaan mereka selama dua bulan ini di Bali dan NTB, pasangan ini menjadi dekat satu sama lain

Club' pecinta alam ini malah mengadakan pertunangan menggunakan adat setempat.

Jadi ketika mereka sedang berada di sebuah desa di kaki gunung Agung, masyarakat setempat sedang melaksanan pesta pernikaham adat. Bali. Para pecinta alam itu di undang karena mereka telah memberikan bantuan alat tulis dan keperluan sekolah bagi masyarakat tidak mampu. Mereka semua diwajibkan memakai baju adat Bali.

Saat itulah ketua Club mereka meminta kepala adat mereka untuk meresmikan pertunangan Yanuar dan Gina dengan adat setempat. Mulanya mereka hanya ingin bercanda, tetapi kepala adat itu malah serius dan mengingatkan agar mereka tidak mempermainkan adat istiadat dan menganggap remeh. Akhirnya mereka semua minta maaf. Dan pertunangan Yanuar dan Regina dilaksanakan secara sederhana menurut adat setempat. Yanuar menyerahkan cincin dan jam tangan miliknya sebagai seserahan. Acara itu terbilang unik. Karena mendadak dan tanpa direncanakan.

Gina terdiam mengingat pertunangan ajaib yang telah terjadi.

"Sama siapa kamu di sana?" Regina terkejut mendengar pertanyaan ibunya. Dia tadi sempat melamun. "Eh... itu sana-sama teman waktu kuliah Bu!"jawab Gina gugup. Ibunya tak percaya.

"Jangan bilang kamu di sana dengan pacarmu itu?"

"Itu...eh...Kam...kami...i bertemu di Bali bu!"

"Hah...benarkan?!" Nyonya Nur Jennah tambah emosi. Menurutnya putrinya itu sudah kelewat batas.

"Ibu dengar dulu...kami ngga sengaja ketemu!"

"Nggak sengaja kok mau nikah!"

"Ibu dengar dulu...Yanuar itu teman kuliahku!"

"Apa...siapa namanya?" Nyonya Nur Jennah sepert salah dengar.

"Yanuar...!"

"Yanuar Abdullah!"

"Lho...ibu kenal dia?"

"Dia orang mana?"

"Batam!"

"Apa? ulangi?"

"Orang Sumatera...tinggal di Batam !" Deg. Jantung Nur Jennah seakan berhenti. Dia jadi lemas. Apa mereka orang yang sama?"

"Gina...segera pulang...kamu pulang sekarang!"

"Ibu...acara di sini belum selesai... kami masih punya acara!"

"Ngga alasan...pulang... pokoknya kamu harus pulang!!"

"Ibu...!"

"Pulang...ajak calon suamimu itu ketemu ibu...besok pagi kamu sudah ada di rumah!!"

Telepon di tutup. Regina menghampiri Yanuar dengan wajah bingung.

"Ada apa...kok mukamu pucat gitu?"

"Ibu memintaku pulang...bersamamu!"

Yanuar tersenyum. "Ya sudah kita pulang!"

"Hah!"

"Kok bengong gitu?!"

"Kamu mau ketemu ibuku?"

"Tentu saja...aku kan belum melamarmu secara adat Melayu!" Regina tak mampu berucap. Dia jadi takut bertemu ibunya. Bagaimana menjelaskan hal ini ke ibunya.

.....

Sementara nyonya Nur Jennah tidak tahu harus bagaimana. Dia mesti bahagia atau menangis. Yanuar Abdullah. Pacar Regina itu putra sahabatnya.

Sore itu, Nyonya Zubaedah menerima telepon dari sahabatnya. "Besok pagi bisa kah datang ke rumahku...ada yang ingin kubicarsakan...penting?" tanya Nyonya Nur Jennah penuh harap, tetapi wajannya sumringah. Dadanya hampir meledak menahan kebahagiaan. Saat ini ingin rasanya dia menumpahkan kejutan untuk sahabatnya itu. Tetapi dia harus menahan derita tidak membicarakannya di telepon. Zubaedah, sahabatnya telah banyak membantunya di waktu muda. Orang tua Nur Jennah meninggal karena kecelakaan, otomatis kuliahnya nyaris putus tak ada biaya.

Ayah Zubaedah seorang pejabat perusahan Minyak Chevron di Riau, tidak keberadaan membiayai kuliahnya hingga selesai. Zubaidah pula yang mengenalkan Habibi teman baik suaminya, Nur Jennah dan Habibi menikah lalu pindah ke Kinabalu, Sabah. Puluhan tahun baru bertemu setelah dia pindah di Johor.

Di ujung telepon nyonya Zubaedah tenggorokannya serasa tercekat . "Baiklah... aku akan datang!" Bagaimanapun dia harus berterus terang perjodohan itu di batalkan Yanuar sudah punya gadis pilihan. Nyonya Zubaedah menyeka air matanya. Hatinya sungguh sakit. Sedang Nur Jennah di sisi telepon membiarkan air matanya mengalir deras. Dia sungguh sakit tak mampu kabar bahagia. Mereka akhirnya bisa besanan. Gina berjodoh dengan Yanuar.

Tentu saja pasangan itu tidak tahu kejutan besar yang menantinya di negeri Jiran.

Nyonya Zubaedah datang ke rumah Nur Jennah. Rumah itu di hias cantik penuh bunga segar yang harum. Di meja telah tersaji aneka kue basah dari beras dan ketan yang enak-enak. Ada kue ampar tatak pisang khas Kalimantan, kue lapis, kue bolu peca khas Bugis, kue bolu Kemojo khas Riau dan aneka kue kering. Banyak sekali makanan seperti lebaran. Sedang di meja makan, tersedia rendang, sate Padang, Buras.

Nyonya Zubaedah bingung. Nur Jennah seperti ada hajat besar. Tetapi di rumah itu sepi. Ketika dia datang hanya di i sambut pembantunya. "Nyonya lagi bersiap-.siap...mohon ditunggu sebentar!" Nur Jennah sedang bersiap-siap untuk apa

"Ada apa Bi...kok seperti ada acara!" tanya Nyonya Zubaedah. Bibi Romlah tersenyum. "Iya...Nyonya Nur kedatangan calon menantunya!" jawab Bu Romlah. Deg! nyonya Zubaedah terkejut. Nur Jennah menyambut calon menantu! Kenapa tidak bercerita kepadanya. Semua anak Nur Jennah sudah menikah kecuali yang bungsu. Apa Nur Jennah menerima lamaran orang lain? Kenapa dia menerima lamaran darinya. Nyonya Zubaedah seakan dikhianati. Hatinya sakit.

_"Apa Nur Jennah sudah tahu kalau dia membatalkan perjodohan itu lalu menerima pinangan lain?"_

***

Nyonya Zubaedah tidak sabar menunggu Nur Jennah keluar kamar. Mereka harus bicara, sebelum tamu istimewanya datang.

Nur Jennah keluar dari kamar. Dia berpakaian rapi dan mengenakan banyak perhiasan. "Zubaidah!" Nur Jennah memeluk erat sahabatnya dengan haru. Zubaedah bingung. Dia melepaskan pelukan Nur Jennah. "Katakan ada apa? Kamu...!" Nur Jennah menangis. "Zubaedah!" Dia menangis lagi. Dia tak sanggup bicara. Zubaedah membiarkan Nur Jennah menangis. Setelah agak lama baru bicara.

"Zubaedah... seperti bermimpi saja...impian kita terwujud!" Nur Jennah tersenyum. Temanya ini stress kali ya. Barusan dia menangis sekarang tersenyum bahagia.

"Aku tidak mengerti maksud mu!"

"Begini...!"Nur Jennah ingin bicara tapi terhenti. Seseorang menekan bel. "Mereka datang!

"Mereka! Mereka siapa?"

"Menantuku...menantimu!" Nur Jennah tertawa. Aneh!. Zubaedah menggelengkan kepala.

Gina muncul di depan pintu beserta seseorang pemuda berkaca mata.

"Ibu!" Yanuar berseru kaget. Nyonya Zubaedah berdiri dari kursinya. "Yanuar!" serunya tak kalah terkejut. Regina bingung. Nyonya Nur Jennah tertawa bahagia. "Mereka menantu kita/!"

"Tolong jelaskan!" Nyonya Zubaedah terduduk. Yanuar memeluk ibunya. "Kami bersahabat...kami menjodohkan kalian berdua!" jawab Nyonya Nur Jennah dengan mata basah. Yanuar dan Regina saling pandang. Jalan menuju jodoh begitu mudah, mereka saja yang rumit.

Pada akhirnya restu orang tua itu sangat penting, dan doa yang mustajab.

.