Keesokan harinya, Jerry segera menyelesaikan Kultivasi dan dia membuka mata tepat saat Anna mengetuk pintu.
"Aku masuk," kata Anna sambil mendorong pintu.
"Silahkan."
Anna seperti biasa, terlihat cantik dan manis. Rambutnya yang masih basah menandakan ia baru selesai mandi. Saat Anna memasuki kamar, tiba-tiba aroma mawar memenuhi seluruh ruangan. Jerry tau aroma ini berasal dari Anna. Gadis itu selalu wangi mawar.
Jerry tersenyum melihat Anna. Dan Anna, dia tiba-tiba saja mengalihkan pandangan, merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. "Ehm, sa-sarapan sudah siap. A-ayo turun, ayah dan ibuku sudah menunggu di bawah," ucapnya malu-malu.
"Baiklah, aku akan segera turun setelah merapikan diri sebentar." Jerry jelas tidak ingin membuat orangtua Anna menunggu hanya karena dirinya, jadi ia tidak mandi, hanya membasuh muka lalu turun ke lantai dasar.
Di tengah tangga, Jerry kembali memikirkan hal yang sama saat ia diajak turun oleh Anna untuk makan malam.
Bukankah ini seperti dia jadi pacar Anna?
Tapi kali ini, sebelum Jerry menghapus pikiran liarnya, Daniel, ayah Anna, memanggil dari bawah, "Nak Jerry, ayo! kemari! Nikmatilah masakan spesial yang dibuat oleh Suri dan Anna."
Mendengar ini, Jerry merasa penasaran dan ia bertanya pada Anna yang ada di depannya, "Kau bisa memasak?"
Anna terkejut dan ia hampir saja terjatuh dari tangga. Untungnya ia cekatan, tangannya berhasil meraih pegangan tepat waktu. Dia lalu berbalik dan melotot pada Jerry tanpa berkata apa pun.
Ditatap seperti itu oleh gadis cantik, Jerry hanya bisa tersenyum canggung. Ia menyesal telah menanyakan hal tersebut. Anna tidak menanggapinya lebih lanjut, ia merengut dan mempercepat langkah kakinya.
Dalam hati Anna berkata kesal, "Dasar! Padahal aku sengaja memasak hanya untukmu!"
Anna menarik kursi dengan kasar dan mendudukkan diri sambil cemberut. Ayahnya yang melihat ini tersenyum lembut. Tidak pernah putri satu-satunya ini bersikap demikian pada seorang pria sebelumnya, jelas Daniel merasa senang. Dahulu ketika para pemuda di desa satu persatu mencoba mendekati Anna, gadis itu hanya bersikap biasa—menebarkan senyumnya ke semua orang. Pada awalnya banyak yang salah sangka, namun setelah para pemuda melangkah lebih jauh, Anna langsung menolak tawaran mereka. Dia bilang, "Kita hanya sebatas teman." Yang sukses menghancurkan hati para pria.
Namun kali ini, Anna tidak menunjukkan senyumnya yang mempesona. Sebaliknya, dia terlihat kesal dan marah pada Jerry. Pada pandangan pertama orang-orang pasti menebak hubungan mereka tidak baik. Tapi kenyataannya hanya Anna yang bersikap demikian, sementara Jerry? Dia tak tahu apa-apa.
Di mata Daniel, Anna terlihat memiliki perasaan khusus pada Jerry. Dia menyimpulkannya dari prilaku Anna yang tidak biasa.
Daniel tersenyum, "Silahkan duduk." Jerry segera menarik kursi dan duduk tepat di depan Anna. "Apa kau tau? Anna khusus memasak makanan ini untukmu. Dia menggunakan seluruh kemampuannya yang tidak seberapa itu," goda Daniel.
"Ayah!" Anna terlihat kesal dan akan melompat dari kursi menutup mulut ayahnya, dia sangat malu.
Sementara itu, Jerry memandang Anna dengan senyum tulus. Dia tiba-tiba berkata, "Terimakasih."
Anna serasa meleleh melihat senyuman Jerry dan ucapan terimakasihnya. Dia benar-benar senang dalam hati, namun di permukaan wajahnya hanya berwarna merah semerah tomat.
"Sa-sama-sama," kata Anna terbata-bata sembari memalingkan wajahnya.
Daniel dan Suri ikut tersenyum melihat Anna. Mereka akhirnya menemukan calon yang selama ini ditunggu-tunggu. Tapi tentu saja, mereka tidak mengutarakannya di permukaan dan hanya saling lirik memberi sinyal satu sama lain.
Calon keluarga kecil itu lalu menikmati makanan di atas meja. Untuk sarapan, Anna dan Suri tidak membuat makanan yang terlalu berat, mereka menyiapkan satu panci sup sayuran serta telur goreng untuk lauknya. Sebagai hidangan utama, tak lupa juga tersedia nasi putih hangat serta beberapa roti sisir manis. Tidak ada hidangan penutup di atas meja, jadi saat semuanya selesai makan, Jerry dan semua orang hanya minum segelas air putih.
"Terimakasih atas makannya," kata Jerry. "Aku akan berkeliling desa guna menemukan lokasi yang cocok untuk latihan Kultivasi."
Dia berdiri lalu mendorong kursi ke bawah meja sebelum menunduk memberi hormat pada Daniel dan Suri. "Bagus. Aku harap kau segera menemukan tempat itu dan memulai latihannya. Anna, temani Jerry berkeliling desa, dia orang baru sehingga mudah tersesat," kata Daniel.
"Tapi ayah—" Anna ingin membantah tapi ayahnya segera menyela, "Ini perintah dan juga kesempatan untukmu."
Anna bingung, tapi ayahnya tidak menjelaskan lebih lanjut.
Ketika Anna ingin bertanya, ayahnya telah melambaikan tangan mengusir mereka keluar. Anna hanya berdecak kesal sambil melirik Jerry dari sudut matanya. Sepertinya dia masih marah. Dia lalu melenggang pergi sembari menghentakkan kakinya.
Jerry sekali lagi melihat Daniel dan menangkupkan tangannya, lalu ia mengikuti Anna dari belakang.
Ketika mereka sudah keluar dari ruang makan, tiba-tiba saja Daniel membuka mulutnya dan bicara pada Suri, "Bagaimana menurutmu anak itu, Jerry?"
Suri masih membereskan piringnya saat ia menjawab, "Dia pemuda yang baik dan sopan. Aku cukup menyukai sikap dan perilakunya, yah meski kebiasannya sedikit berbeda dengan kita. Tentu saja, karena Jerry tidak berasal dari dunia ini, seperti kata Gerald, aku tidak akan mempermasalahkan hal tersebut."
Suri melirik suaminya dengan ekspresi serius. "Menurutku, hal-hal yang terbaik darinya adalah identitasnya sebagai Kultivator. Kau pasti tau alasannya, kan?"
"Tentu saja, Kultivator dan Kultivasi adalah hal baru untuk kita. Jadi ini merupakan kesempatan yang bagus untuk mengangkat derajat kita di mata orang-orang tua sialan itu!" Daniel sedikit kesal saat mengingat orang-orang dari pusat kota yang menguasai daerah desa mereka. Di sini kota besar memiliki daerah yang luas sehingga tidak heran di daerah-daerah itu berdiri sebuah desa kecil. Desa-desa ini sepenuhnya berada di bawah yurisdiksi pemerintah kota. Para kepala desa ini terkadang mendapatkan penindasan dari pemerintah pusat dan tak dapat berbuat apa-apa selain mengeluh dan mengumpat dalam hati.
Seperti contohnya adalah kenaikan pajak yang terjadi terlalu tiba-tiba belakang ini, menyebabkan desa kecil mengalami krisis ekonomi.
"Karena itu, kita harus segera belajar dari Jerry tentang bagaimana cara mengendalikan energi alam hingga setingkat itu, yang bahkan mengalahkan para Grandmaster Penyihir," kata Daniel penuh semangat.
Suri mengangguk setuju. Saat itu, mereka tidak hanya merundingkan masa depan desa dan tentang Kultivasi, tetapi juga masalah anak mereka, Anna. Dia kelihatan cocok untuk bersanding dengan Jerry. Yah, mungkin dalam beberapa bulan atau tahun akan ada pernikahan besar di Desa Aria.
....
Jerry mengekor di belakang Anna. Dia tidak mengetahui seluk-beluk rumah besar ini, jadi dia bergantung pada Anna untuk mengantarnya berkeliling rumah. Setelah itu mereka baru akan keluar dan ganti berkeliling desa.
Saat mereka berputar-putar, terkadang Jerry menunjukkan pandangan kagum pada dekorasi atau pun desain bangunan yang aneh dan tak pernah ia jumpai. Dia mengutarakan pujiannya di tengah-tengah tur, membuat Anna tersenyum bangga. Ini rumahnya, jadi jika seseorang memuji rumahnya, maka ia juga memuji dirinya.
Setelah menunjukkan seluruh bagian rumah, mulai dari taman belakang, hingga taman depan, Anna memutuskan sudah waktunya mengajak Jerry berkeliling desa. Dia kemudian berjalan ke gerbang depan. Di sana ada dua orang penjaga yang memakai rompi kulit dan membawa pedang dipinggangnya.
Saat melihat Anna berjalan ke arah mereka bersama orang asing di belakangannya, dua penjaga itu bersikap waspada. Tapi di permukaan mereka tetap tenang dan tersenyum hangat, lalu menyapa Anna, "Selamat pagi, nona muda."
"En, pagi." Anna mengangguk membalas mereka dan mengisyaratkan Jerry untuk mempercepat langkahnya.
Penjaga itu bertanya dengan nada penasaran, "Anda ingin pergi ke luar, nona?"
"Benar. Ayah sudah memberiku ijin, jadi kalian tenang saja."
Biasanya Anna selalu menyelinap pergi saat mereka lengah. Ini menimbulkan masalah bagi mereka berdua, yang pada akhirnya merekalah yang kena marah Tuan Daniel. Mereka tentu berhati-hati.
"Kalau begitu, silahkan." Mereka membuka gerbang lalu Anna mengangguk dan berjalan ke luar.
Di saat Jerry melalui penjaga, dia tersenyum ke arah mereka. Dua penjaga itu juga tidak berani bertindak sembarangan, mereka membungkuk hormat dan balas tersenyum. Hanya seorang Grandmaster Penyihir saja yang dapat mengendalikan energinya hingga setenang air di danau, mereka mengira Jerry adalah Grandmaster Penyihir.
"Pemuda yang di belakang nona Anna benar-benar berbakat. Di usianya yang masih sangat muda, dia sudah menjadi Grandmaster." Salah seorang penjaga memandang kagum dua orang di kejauhan.
"Benar sekali. Orang seperti itu hanya muncul dalam ratusan tahun sekali," balas seorang penjaga yang lain, setuju.
"Menurutmu, kenapa seorang Grandmaster ada di desa ini?"
"Entahlah, mungkin dia ingin melamar nona Anna?" katanya sambil mengangkat bahu. "Nona Anna kan cantik, tidak heran pemuda itu jauh-jauh datang dari ibukota hanya untuk melamarnya."
"Tapi bukankah gadis ibukota lebih cantik?" sangkalnya.
"Nona Anna punya kecantikan natural yang tidak dimiliki gadis-gadis itu," ucapnya sombong. "Jangan meremehkanku, meskipun aku hanya penjaga gerbang di rumah ini, tapi aku pernah pergi ke ibukota dan melihat segala macam isinya. Mulai dari gerbang besarnya, gadis-gadisnya, pasarnya, para penyihirnya, berbagai sektenya, dan bahkan istana negara Leidenshaflitch."
"Aku juga ingin pergi ke sana." Mendengar keinginan temannya, penjaga itu tersenyum. "Beberapa bulan lagi mungkin kita bisa pergi ke ibukota."
"Hm, maksudmu?" tanyanya penasaran.
"Tentu saja Kompetisi Para Penyihir," kata si penjaga sembari menepuk pundak kawannya.
....
Setelah keluar dari kediaman Anna, apa yang dilihat Jerry adalah hamparan sawah luas di sisi jalan. Di kejauhan, baru terlihat kumpulan rumah dan berbagai penduduk yang tengah beraktivitas. Ini masih pagi hari dan penduduk tentu saja dipenuhi semangat. Ada yang membajak sawahnya, ada yang menggiring ternaknya, ada yang membawa kereta penuh rumput hijau untuk pakan, ada juga yang tengah menggendong keranjang penuh kayu bakar.
Sekilas, keadaan ini tidak berbeda jauh dari desa di dunia Jerry yang lama. Tapi bedanya orang-orang di sini memiliki budaya dan ciri khas masing-masing.
"Di waktu senggang, aku akan mengajarkanmu tulisan dan budaya kebiasaan masyarakat di negara ini," kata Anna, teringat permintaan Jerry.
"Terimakasih, nona Anna, dan maaf sudah merepotkan."
Anna melambaikan tangannya dan berkata, "Kita bahkan belum mulai belajar, jadi santai saja. Lagipula, dalam waktu dekat kau juga akan mengajarkan teknik Kultivasimu yang lebih berharga. Kurasa tidak perlu berterima kasih atau pun meminta maaf karena sudah merepotkan."
Jerry tidak membantahnya. Dia memilih diam dan hanya mengangguk sementara Anna melirik dari sudut matanya yang indah.
Mereka terus menyusuri jalanan dari tanah dan semakin dekat ke tengah pemukiman warga. Sawah-sawah yang ada di sisinya adalah milik warga desa, bukan milik Daniel. Di sini kepala desa bukanlah pemilik segalanya, bukan pula yang terkaya. Kepala Desa hanya mendapatkan rumah khusus dan beberapa bidang tanah yang terkadang hanya disewakan karena tidak memiliki pekerja yang cukup, atau bahkan tidak memiliki waktu untuk mengurusnya sama sekali.
Administrasi desa yang merupakan kewajiban saja sudah menguras banyak waktu, lalu bagaimana Daniel bisa mengurus tanahnya?
"Tetap di belakangku dan jangan pergi terlalu jauh," kata Anna saat mereka mulai bersimpangan dengan beberapa penduduk dan saling sapa.
"Baiklah."