Chapter 7 - Desa Aria (3)

Pertandingan pun berlanjut.

Kedua tim saling serang. Beberapa kali, Avan berhasil menembus pertahanan musuh dan melepaskan tendangannya. Tapi tendangannya tidak berhasil menembus gawang karena Ferry sang kiper kali ini sudah bersiap-siap. Terlebih, ada beberapa pemain yang sengaja datang dan membantunya menghalau bola dari Avan.

Lalu ritme permainan pun berganti. Tim Anna akhirnya menguasai bola. Beberapa kali mereka juga melepaskan tendangan, namun karena itu bukan Anna, bola dengan mudah dapat dihalau dan ditangkap Bima. Anna belum membuat gerakannya lagi, dia dijaga oleh tiga orang sehingga temannya kesulitan memberikan umpan yang bagus.

Tapi di suatu waktu, Anna melihat orang yang menjaganya lengah. Ia menyelinap dan lolos dari penjagaan mereka.

"Umpan padaku!" teriak Anna, senang karena telah bebas.

Bola pun melambung dibantu oleh sihir angin seorang perempuan setimnya dan berhentu tepat di kaki Anna. Dia lalu menggunakan kekuatannya seperti sebelumnya, berkedip-kedip dan semakin dekat menuju gawang.

"Pasti gol lagi," desah seseorang.

Avan melirik Jerry yang masih tak berguna, dia benar-benar menganggapnya hanya sampah. Dia hanya tak mengetahui kemampuan sebenarnya Jerry karena levelnya sebagai penyihir terlalu rendah, sehingga ia tak bisa mendeteksi betapa tenang dan murninya energi milik Jerry.

Saat itu Anna telah berada di depan gawang dan akan melepaskan tendangan petirnya. Tapi yang berikutnya terjadi mengejutkan orang-orang.

Tanpa peringatan, Jerry tiba-tiba menyerobot momentum tendangan Anna yang berhasil membuatnya terkejut.

"Bagaimana caranya? Pergerakannya sangat cepat." Anna terpana, dia hampir saja jatuh karena kehilangan keseimbangan saat kehilangan bola.

Mata semua orang berkedip seolah tak percaya dengan penglihatan mereka. Pada awalnya Jerry hanya berdiri memandang ke tempat di mana Anna akan muncul, dia seperti telah mengetahuinya, lalu kemudian dia berteleportasi secara ajaib di depan Anna dan menyela momentum tendangannya.

"Kecepatan dan ketepatan pemuda itu mengerikan," kata seseorang di tim Anna sembari menghirup udara dingin.

Tapi saat berikutnya, Jerry menghilang lagi dan telah berada di samping gawang Ferry. Dia tersenyum melihat wajah kaget orang-orang di tim Anna. "Gol...." katanya sambil menendang dengan pelan bola tersebut ke dalam gwang seakan mengejek semua orang, tapi sebenarnya itu ditujukan untuk Avan.

Jerry benar-benar tak mengeluarkan banyak tenaga untuk mencetak gol. Sementara itu Avan dan Anna harus menggunakan kekuatan sihir mereka hingga tingkatan tertentu, namun itu masih belum pasti menjadi gol. Sangat berbanding terbalik dengannya.

Semua orang masiih tertegun saat Jerry berjalan dengan ringan kembali ke posisi semula.

Mata semua orang menatapnya lekat-lekat tak terkecuali Avan dan Anna. Mereka seolah melihat hantu.

"Apa itu tadi?" Seseorang yang telah sadar dari keterkejutannya tiba-tiba bertanya tanpa sadar.

Jerry tersenyum dan menjawab, "Hanya gerakan kecil."

Bohong! Orang-orang langsung beranggapan ia sedang berbohong. Tapi kenyatannya itu bukanlah kebohongan, Jerry hanya perlu menggerakkan tubuhnya sedikit dan mencetak gol. Dia bahkan belum menggunakan energi langit dan bumi. Hanya Anna yang menyadari ini. Gadis itu dari tadi memperhatikan bahwa energi di dalam tubuh Jerry sama sekali tidak bergerak.

"Jika kalian penasaran, kalian bisa mengetahuinya dalam beberapa hari ke depan," kata Anna tiba-tiba. Kalimatnya terdengar misterius.

Mereka lalu melanjutkan pertandingan itu dan baru berhenti ketika skor menunjukan tiga sama. Jerry hanya mencetak gol sekali sementara Avan dua. Anna juga mencetak dua gol sedangkan gol yang satunya diciptakan oleh seorang gadis penyihir berelemen angin, elemen yang sama dengan Bima tapi dia lebih kuat. Akhirnya Bima tak bisa menghalau tendangan gadis itu.

....

Anna mengucapkan selamat tinggal pada semua orang dengan Jerry yang tersenyum hangat di belakangannya.

Pada saat ini Avan tidak lagi memandang remeh Jerry, dia berubah mengaguminya. Melihat perubahan sikap Avan yang begitu cepat membuat Jerry merasa aneh, dia bertanya pada Anna, "Apa temanmu memang seperti itu?"

"Yah dia memang begitu, makanya aku langsung menolak Avan ketika ia melamarku. Dia pertama sangat menyukaiku tapi saat ada perempuan lain yang lebih cantik dan menawan, dia langsung berpaling." Anna terlihat bersungut-sungut, dia marah. Tapi saat Anna melirik Jerry, dia kembali tersenyum.

"Ayo lanjutkan."

"Baiklah."

Anna dan Jerry meneruskan kegiatan mereka berkeliling desa.

Pemukiman warga di Desa Aria tidaklah besar, yang membuatnya terlihat besar dan luas adalah lahan pertanian para warga. Lahan-lahan itu bahkan mencapai luas berhektar-hektar, melebihi ukuran sebuah kota kecil.

Selain pemukiman, Desa Aria juga memiliki kawasan pasar di daerah selatan. Pasar itu ramai dan menjual berbagai barang dagangan. Mulai dari bahan makanan serta berbagai pakain dan produk-produk lainnya.

Pasar di Desa Aria tergolong pasar yang lengkap. Semua kebutuhan warganya terpenuhi dari keberadaan pasar ini yang para pedagangnya tidak hanya berasal dari dalam desa, tetapi juga daerah lain.

Di tengah-tengah perjalan, Jerry sempat melihat anak-anak yang nampaknya berusia lima tahun atau lebih muda bermain masak-masakan. Mereka menggunakan peralatan yang persis sering digunakan orang dewasa namun terbuat dari tanah liat dan ukurannya kecil. Contohnya wajan, panci, dan lain-lain.

Yang membuat Jerry terpana adalah anak-anak ini menggunakan api asli untuk permainan mereka.

"Anak-anak di sini benar-benar hebat. Di usia mereka yang belum genap tujuh tahun, mereka bisa leluasa menciptakan api dari ketiadaan," kata Jerry, kagum.

"Hal seperti ini sudah biasa. Lebih menakjubkan lagi adalah anak-anak di kota-kota besar yang bisa menciptakan lahar panas yang dapat meluluhlantakkan sebuah kota," Anna menjelaskan.

Jerry terkejut. Bukankah kekuatan anak-anak itu terlalu berlebihan? dia bertanya-tanya tapi tak mengungkapkannya di permukaan.

Setelah cukup lama, mereka akhirnya mencapai akhir dari kegiatan berkeliling desa ini. Anna membawa Jerry menuju sebuah sungai indah di sisi selatan desa. Sungai itu adalah sungai yang sama di mana ia ditemukan oleh Anna sedang mengambang tak sadarkan diri, Sungai Turina.

Saat melihatnya sendiri, Jerry menyadari sungai ini sangat indah dengan airnya yang jernih dan berbagai ikan terlihat berenang di dalamnya. Ia juga dapat merasakan energi langit dan bumi yang melimpah di sini.

Mungkin, alasan kenapa Anna dapat menjadi penyihir pemula tingkat dua lebih cepat dari pada teman-temannya adalah karena ia sering berenang di sungai penuh energi ini. Jerry mengambil kesimpulan setelah membuat berbagai analisanya.

Sungai Turina bersumber dari pegunungan di barat dan mengalir turun mengitari Desa Aria dan membelah negara Leidenshaflitch menjadi dua di pusatnya. Sungai ini adalah sumber kehidupan banyak desa dan kota-kota kecil. Sehingga jika sungai ini kering, maka bencana akan terjadi di seluruh negeri. Untungnya Sungai Turina bukanlah sungai musiman, sungai ini terus mengalir entah itu di musim panas atau pun musim hujan.

"Sungai yang indah," puji Jerry setelah tak kuasa menahan kekaguman di hatinya.

"Ini memang sungai yang indah. Kau tau, aku sering ke sini untuk menghilangkan stres dan perasaan yang mengganggu hatiku, dan tentu saja untuk berenang. Aku mencintai sungai ini." Mata Anna nampak berbeda dari biasanya. Dia terlihat seperti bidadari yang turun dari surga saat sinar matahari pagi itu menimpa rambut hitam panjangnya. Matanya yang indah yang memandang ke kejauhan ke arah Sungai Turina, menambahkan kesan seorang bidadari. Bulu matanya yang lentik, bibirnya yang mungil dan semerah ceri, serta pipinya yang merona, semuanya adalah keindahan abadi layaknya dalam lukisan.

Tanpa sadar, Jerry bergumam memuji keindahan Anna. "Indah sekali."

Saat itu Anna tak menyadarinya, bahwa ia sedang ditatap oleh Jerry.