Aku tak perduli dengan semua hal yang terjadi di dunia ini.
Aku tak perduli jika es di antartika mencair.
Aku tak perduli jika limbah radioaktif bocor dan meracuni satu kota asalkan bukan di kotaku.
Aku tak perduli jika perang dunia ke III benar-benar terjadi.
Bahkan aku tak perduli jika meteorit dengan diameter 1000 km menghantam bumi. Tunggu dulu!? Jika meteorit itu benar-benar menabrak bumi, bukankah aku akan mati? Bukankah itu akan menjadi masalahku juga? Ah masa bodoh. Yang penting yang menyebabkan meteor jatuh kan bukan aku, benar kan?
Itulah aku, Rohmat Bin Kodir alias Somat si pengkhayal dengan seribu khayalan misterinya.
Ya, Somat memang seorang remaja dengan pemikiran aneh dan aneh. Yang dipikirkan orang disekitarnya hanya berfikir kalau Somat itu aneh. Pake banget mungkin.
Tapi bagi sebagian orang lagi Somat adalah orang baik. Tak jarang dia membantu orang yang sedang membutuhkan bantuan, meskipun orang yang dibantu tidak ingin dibantu oleh orang aneh seperti Somat.
Namun hal itu tak mengubah fakta kalau Somat adalah remaja yang baik. Justru Somat menganggap hal itu adalah hal biasa.
Somad bersekolah di salah satu sekolah swasta di kota metropolitan di wilayah pulau jawa. Meskipun dia aneh, namun dia salah satu dari 10 siswa terbaik di sekolahnya. Kemampuan menghafalnya melebihi komputer, mungkin komputer sendiri minder jika adu hafalan dengan Somat. Namun dalam hal matematika dan sains, Somad tidak terlalu menonjol. Dalam hal olahraga juga dia sedikit diatas rata-rata.
Namun bukan hal itu yang membuat Somat terkenal di sekolahnya. Somat terkenal dengan hobinya yang suka berburu wifi.
Tak jarang dia juga menjadi target bully karena hobi dan kelakuan anehnya. Namun ada satu sahabat yang selalu setia menemaninya dari kecil. Dia adalah Dafa, seorang jenius dengan tubuh atletis dan dia juga termasuk golongan kolongmerat.
Meski begitu, diam-diam mereka memiliki hobi yang sama, yaitu Wifi hunter.
"Oi Mad, ada spot baru gak?" Ucap Dafa dengan bisik-bisik.
"Ada. Gw kemaren nemu 3 spot yang bisa gwe bobol wifinya." Ucap Somat bangga.
"Widih hebat bener, emang dimana aja?" Tanya Dafa penasaran.
"Satu di warung Haji Mansyur, yang kedua di warkop Cik Saudah."
"Trus yang ketiga?" Tanya Dafa semakin penasaran.
"Nah yang ketiga ini yang paling mantep. Tempatnya di Jl. J. Sudirman nomor 12."
"Rumah cat kuning?"
"Kok lu tau?"
"Itu rumah gw Panu Badak!"
"Oh itu rumah lu ya, pantesan kok gw kayak pernah liat."
"Pantesan kemarena gw pake wifinya kagak bisa-bisa, ternyata kerjaan lu."
"Hehe maaf maaf." Ucap Somat dengan membungkuk-bungkuk.
Keakraban mereka sudah terkenal sampai seantero kelas. Mereka juga sering dijuluki duo Witer, atau duo wifi hunter.