Chereads / Misteri Berantai: Tragedi 1998 / Chapter 3 - Chapter 2: Kode Keras

Chapter 3 - Chapter 2: Kode Keras

"Ha!!!!" Mulut Dafa tidak bisa berhenti menganga karena sebuah kalimat yang barusaja dia dengar.

"Udah gw bilang kan, kalo gw kagak mau punya pacar." Ucap Somat sedikit acuh.

"Huh!?" Dafa sedikit terkejut dengan jawaban Somat.

"Kalau aku jadi istri kamu gimana!?" Ucap Rika tak mau kalah.

"APA!!!" Kali ini mulut Dafa menganga lebih lebar. Bukan hanya menembak Somat secara terang-terangan, tapi juga lamaran.

"Ka-kalau itu.... aku belum memikirkanya." Ucap Somat dengan terbata-bata. Rika hanya tersenyum.

"Pokoknya hari ini kita fokus saja ke kerjaan. Kerjaan!!! Kerjaan apa yang lu kasih ke gwe?" Ucap Somat untuk mengalihkan perhatian.

"Seperti biasa kau selalu mengelak jika aku tanya soal lamaran. Baiklah ini dia kerjaan yang harus dikerjakan." Rika memberikan selembar kertas bertuliskan kode kode angka.

"104463100110? Apa ada kaitan sesuatu dengan kode ini?" Tanya Somat.

"Aku diberikan kode beserta sebuah brankas kecil oleh kakekku dulu. Tapi brankas itu terkunci dengan 6 kombinasi angka. Sampai sekarang aku dan keluargaku tidak bisa memecahkanya. Akhirnya aku dan keluargaku sepakat jika kau bisa memecahkan kodenya kau bisa menjadi suamiku." Ucap Rika tanpa malu. Bahkan dia tersenyum dengan nakal.

"Apa ada petunjuk lain yang kau punya?" Balas Somat cuek.

Rika hanya menggembungkan pipinya.

"Aku diberi kunci dan brankas kecil itu ketika aku berumur 4 tahun jadi aku tak begitu ingat. Tapi yang aku ingat dari ucapan kakek adalah "berdua lebih baik daripada 1" hanya kalimat itu yang aku ingat." Ucap Rika. Sesaat Somat berfikir.

(Note : buat yang mau mecahin kodenya, jangan geser kebawah dulu. Soalnya dibawah sudah ada jawabannya.)

"Bolehkah aku melihat brankasnya?" Tanya Somat.

"Apa yang tidak untuk Somat." Ucap Rika dengan senyum.

"Sudahlah cepat ambilkan!" Teriak Somat.

"Huft baiklah baiklah!" Rika pergi menuju lantai dua.

Dafa mendekat kearah Somat dan melihat kertas yang dipegang oleh Somat.

"014463100110? Kode apa itu?" Tanya Somat.

"Ini bukanlah kode yang rumit. Aku sudah memecahkanya ketika Rika mengatakan "berdua lebih baik dari satu". Dari situ aku sudah bisa menemukan jawabanya." Ucap Somat.

"Cepatnya! Bagaimanapun juga bagiku itu hanya susunan angka yang membingungkan." Ucap Dafa malas.

Tak lama Rika turun dan membawa sebuah brankas berukuran 20x20x20cm. Brankas dengan warna perak.

"Ini dia brankasnya."

Rika memberikan brankas itu kepada Somat. Somat melihat ada 6 kolom dan tombol angka 0 sampai 9. Tak butuh waktu lama Somat langsung menekan angka yang dibutuhkan.

Ceklek!

Bunyi khasnya sebuah kunci terbuka terdengar.

"Terbuka! Bagaimana bisa? Bagaimana caramu memecahkanya?" Ucap Dafa dengan bingung. Karena pada awalnya dia mengira Somat hanya bercanda.

"Yeah! Akhirnya Somat bisa menjadi suamiku!" Ucap Rik kegirangan.

"Diamlah! Aku belum memikirkan sesuatu seperti pernikahan atau sejenisnya. Sebenarnya trik ini sangat sederhana." Ucap Somat sambil menuliskan kembali kode angka itu diatas kertas.

"014463100110 jika dipisah akan menjadi 01 44 63 10 01 10. Dari petunjuk yang ditinggalkan oleh kakek Rika bisa disimpulkan jika setiap angka itu saling ditambah."

Somat kembali menulis masing-masing angka yang dipisah tadi.

"Dari kode tadi akan seperti ini 0+1=1, 4+4=8, 6+3=9, 1+0=1, 0+1=1, 1+0=1. Dari situ akan diperoleh 6 kombinasi angka yaitu 189111. Itulah kode yang dipakai oleh kakekmu." Ucap Somat.

"Waahh!! Calon suamiku memang hebat!" Ucap Rika kagum.

Rika kemudian membuka brankas itu dan menemukan Brankas lain yang lebih kecil.

"Lagi!?" Ucap Dafa terkejut.

"Dan juga kali ini memakai kode huruf. Namun hanya ada 4 kolom. Karena kode huruf lebih sulit daripada kode angka." Ucap Rika.

Somat kembali berfikir. Dia menyeruput kembali kopinya dan memejamkan matanya. Dia kemudian membuat tabel alfabet.

"Oh jadi begitu." Teriak Somat dengan semangat.

Dia kembali memasukkan kode yang dibutuhkan. Dan kembali lagi bunyi khas kunci terbuka terdengar kembali.

"Wah! Somat memang hebat!" Ucap Rika dengan kagum.

"Bahkan Kode huruf bisa kau kerjakan juga?" Ucap Dafa dengan kekagumannya.

"Trik ini juga tak begitu rumit. Ini masih ada hubungannya dengan kode tadi. 189111, jika dipisah menjadi 1 8 9 1 1 1. Jika dijadikan alfabet akan menjadi A H I A A A . Namun apa yang terjadi jika aku tulis kodenya seperti

18 9 11 1?" Tanya Somat.

"18=R, 9=I, 11=K, 1=A. RIKA! Jadi jawabanya RIKA!" teriak Dafa.

"Yeah seperti itulah. Teka-teki sederhana dengan permainan angka dan huruf." Ucap Somat.

Rikapun membuka brankas kecil itu. Dia mengambil satu barang yang ada disana.

"Kunci?"

"Bukan hanya kunci biasa. Itu adalah kunci model lama." Ucap Somat.

Itu adalah kunci kecil berukuran 5 cm dengan warna hitam kusam pertanda sudah tua karena waktu. Kalau perkiraan Somat benar, itu adalah kunci dari gembok yang keluar ditahun 1980-2000an.

"Kunci apa itu?" Tanya Somat.

"Aku tidak tau." Jawab Rika.

"Eh!"

Tentu saja Somat merasa bingung. Karena dia mengira Rika tau sesuatu tentang kunci itu. Tapi ternyata tidak.

"Rumah ini dibangun sekitar 10 tahun yang lalu, jadi semua kunci atau gembok yang ada disini model baru semua. Gudang milik kamipun digembok dengan gembok baru dua tahun sekali. Didalam gudangpun tidak ada benda yang digembok atau dikunci." Ucap Rika.

"Lalu kunci itu untuk apa?" Tanya Somat secara pelan.

Tak lama suasana menjadi hening. Namun Somat menjentikkan jarinya.

"Baiklah tak ada gunanya memikirkan sesuatu tanpa petunjuk. Karena pekerjaanku selesai, aku berhak meminta bayaranku." Ucap Somat.

"Baiklah-baiklah. Ini sesuai perjanjian kita aku beri 100 ribu." Rika memberikan dua lembar uang pecahan 50 ribuan kepada Somat.

"Oi bukankah seharusnya 50 ribu!? Ini 2 kali lebih banyak." Somat menolak pemberian Rika.

"Yah gimana ya. Karena aku kira hanya satu kode yang harus aku kerjakan, ternyata ada dua kode. Jadi aku harus membayar dobel kan?" Ucap Rika.

"Aku hanya akan menerima kesepakatan awal dari pekerjaanku. Jadi aku akan mengambil 50 ribu saja." Somat mengambil satu lembar uang 50 ribu itu.

"Baiklah jika itu maumu. Jadi apakah kau mau layanan spesial?" Ucap Rika dengan nakal.

"La-layanan spesial!?" Ucap Dafa karena berfikiran negatif.

"Baiklah seperti biasa." Ucap Somat dengan berdiri.

"Eehhh!!!???" Teriak Dafa karena panik.

Somat dan Rika hanya melangkah menuju tangga. Sedangkan Dafa hanya mematung ditempatnya.

"Oi Bunglon papua! Ikut kagak!?" Teriak Somat memanggil Dafa yang mematung.

"Eh? Aku diajak juga?"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Jadi ini layanan spesialnya..." gerutu Dafa karena dia kecewa dengan apa yang ada dipiranya jauh berbeda dengan kenyataanya.

"Memangnya apa yang kau pikirkan hah!?" Tanya Rika.

"Tidak."

Saat ini mereka berada di balkon lantai 2. Dan saat ini Somat sedang menjalankan 'Dunia' nya sendiri.

"Aku tak menyangka ternyata ada wifi yang jangkauanya hanya beberapa meter." Ucap Dafa.

Saat ini mereka sedang melakukan witer di balkon rumah.

"Yah karena aku sering dimintai tolong oleh Rika, jadi dia menyediakan ruangan khusus dengan jangkauan wifi yang hanya beberapa meter. Meskipun itu permintaan pribadi Rika sih." Ucap Somat.

"Aku akan melakukan apapun untuk Somat." Ucap Rika percaya diri.

Somat tak merespon dan hanya berfokus pada laptop yang berada dimeja itu. Rika terlihat kecewa.

"Oh iya Dafa, bisakah kau sembunyikan tentang hubunganku dengan Somat?" Bisik Rika kepada Dafa.

"Sudah kubilang aku tak ada hubungan apapun denganmu." Teriak Somat dari sebrang meja.

Dafa dan Rika hanya tersenyum pahit.

"Baiklah. Bagaimanapun Somat adalah sahabatku."

"Bagus!"

Rika melompat karena senang.

"Oh ya Rika."

"Ya?"

"Apakah tidak ada orang lain dirumahmu? Daritadi aku tidak melihat ada orang lain." Tanya Dafa.

"Ayah dan Ibuku sedang bekerja dan tak akan pulang sampai nanti jam 6 sore. Dan pembantu kami hanya datang pada pagi dan sore hari. Semua kakakku sedang berada diluar kota karena urusan kuliah mereka. Jadi hanya ada kita bertiga sekarang." Ucap Rika santai.

"Eh!? Bukankah itu gawat!?"

"Tidak juga. Somat selalu datang ketika aku meminta bantuannya meskipun itu hanya ada kita berdua."

Dafa tidak bisa berkata apapun. Dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika membiarkan mereka berdua berada dalam satu ruangan.

Akhirnya Somat dan Dafa berada dibalkon tersebut sampai waktu pukul 4. Merekapun berpamitan kepada Rika karena sudah sore.

Merekapun mengakhiri hari itu dengan Wifi gratis dirumah Rika.

Lumayan juga.