Chereads / Misteri Berantai: Tragedi 1998 / Chapter 2 - Chapter 1: Somat dan Legenda

Chapter 2 - Chapter 1: Somat dan Legenda

Di SMA ku bersekolah, ada sebuah cerita yang terus dibicarakan dari generasi ke generasi. Dari alumni ke alumni. Dari guru ke guru. Bahkan dari malaikat ke iblis. Itu juga jika mereka sehobi atau setongkrongan.

Namun itu tak menutup kemungkinan kalau cerita itu benar-benar terkenal.

Sampai-sampai ibu kantin sekolah yang hadir sebulan sekali yaitu mak Iyem saja tau cerita itu.

Cerita itu adalah cerita tentang hantu yang mendiami gedung sekolah lama.

Sebagian gedung lama memang dijadikan gudang, namun ada satu ruangan yang selalu tergembok. Gemboknyapun juga sudah tua dan karatan.

Kebetulan ketika bel istirahat berbunyi, aku dan Dafa melewati tempat itu.

"Eh Mad, lu pernah denger cerita tentang gedung lama kan?" Tanya Dafa.

"Pastilah. Emang kenapa?" Jawabku.

"Lu pasti tau ruangan yang selalu kegembok itu kan?"

"Tau lah. Sekarang kan kita ada disini."

"Oh iya."

Dafa mengetuk kepalanya sendiri. Kami memang berhenti tepat di ruangan yang digembok itu. Pintu kayu yang lapuk karena usia dan gembok yang berkarat karena usia. Ditambah suasana sepi menambah kesan angker dengan ruangan ini.

"Gwe pernah denger kalau ruangan ini sengaja ditutup karena di ruangan ini pernah terjadi pembunuhan." Ucap Dafa dengan sedikit berbisik.

"Eh yang bener lu kurap ikan! Jangan bicara yang kagak-kagak lu kalo disini." Bisik Somat ketakutan dan mulai mendekat ke Dafa.

"Etdah ni Kutu jerapah dibilangin kagak percaya. Trus gw pernah denger lagi kalo arwah orang yang dibunuh itu masih gentayangan di sekolah ini, terutama di ruangan ini."

"Tapi yang namanya hantu itukan gak ada. Palingan juga cuma berita hoax yang digede-gedein." Ucap Somat tidak percaya.

Klontang~

Suara bunyi benda jatuh terdengar.

"Eh badak badak badak bedak!!!!" Teriak Dafa dam dia juga melompat karena terkejut. Memang Dafa orangnya sedikit latah.

"Eh mad suara apa tuh tadi?"

"Ni hp gw bunyi."

"Eh kuku semut gw kira apaan. Ada apa emangnya?" Tanya Dafa kepada Somat.

Somat membaca SMS yang dia dapat dari seseorang dengan teliti. Sesaat dia menyeringai mengerikan.

"Ada apa woy! Kasih tau gw lah." Teriak Dafa karena penasaran.

"Kerjaan! Imbalanya lumayan. Ada bonusnya juga lagi." Ucap Somat.

"Kerjaan? Biasa?"

"Yeah."

"Imbalanya berapa?"

"50 ribu pake bonus kopi pahit dua cangkir." Ucap Somat senang.

"50 ribu? Gak kemurahan tuh!?"

"Eh orang tajir! Bagi gwe 50 ribu udah mewah kampret. Tapi lu tau sendiri lah apa yang gwe incer." Ucap Somat dengan cengar-cengir.

"Jangan bilang lu pengen kopinya doank?"

"Yup."

"Etdah ni Buaya terbang. Kerja cuma ngincer kopinya doank."

"Bodo amat. Yang penting kopi gratis. Lu mau ikut kagak?"

"Ikutlah! Kan lumayan kopi gratis." Jawab Dafa juga ikut nyengir.

"Sip."

Merek meninggalkan tempat itu karena bel istirahat hampir berbunyi. Itu juga mereka bisa mendengar bel istirahat. Karena mereka cukup budeg jika sudah masuk ke dunia mereka.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Tempatnya dimana Mad?" Tanya Dafa.

"Bentar lagi nyampe." Ucap Somat santai.

"Dari tadi mau nyampe tapi kagak nyampe-nyampe mulu. Capek nih." Keluh Dafa.

"Etdah otot doank besar tenaga kayak bayi."

"Bodo amat. Yang penting happy." Balas Dafa santai.

Mereka saat ini berjalan santai menuju tempat yang sudah dijanjikan oleh klien mereka. Berhubung saat pulang sekolah merek bebas karena somat tidak ikut ekstra apapun. Sedangkan Dafa mengikuti ekstra basket. Tapi ekstra basket hanya saat hari selasa. Dan karena hari ini hari sabtu, jadi dia juga bebas. Jadi sebelum pulang, mereka langsung menuju tempat janjian dengan klien mereka.

"Kita sampe." Ucap Somat.

Mereka berhenti di salah satu rumah yang cukup besar bertingkat dua bercat biru. Mereka berhenti di depan pagar rumah.

"Disini?" Tanya Dafa.

Somat tak menjawab dan hanya mengambil hpnya dan menelpon seseorang.

"Kami sudah sampe." Ucap Somat berbicara dengan seseorang. Tak lama Somat menutup telponya dan memasukkanya kembali kedalam saku.

Tak lama seorang gadis seumuran mereka muncul dari dalam rumah. Dafa mengenali gadis itu.

"Maaf menunggu."

"Kalem ae. Sudah biasa menunggu." Ucap Somat dengan nada santai.

"Eh ada Dafa juga ya." Ucap gadis itu.

"Se-selamat siang, Rika." Ucap Dafa tergagap.

Dafa memang mengenal Rika. Namun hanya sebatas mengenal, tidak berteman. Rika berada dikelas 1B. Kelas sebelah dengan Somat dan Dafa.

"Oi cepetan. Mana yang harus gw kerjain?" Ucap Somat dengan nada berat.

"Kalem-kalem lah mat. Yang penting masuk dulu. Gak enak ngobrol disini gak enak diliat malaikat." Ucap Rika dengan tersenyum.

"Emang lu kira gw iblis apa!?"

"Hampir sih. Udahlah masuk dulu. Lu udah gak sabar kan pengen nyoba kopi buatan gw?" Ucap Rika.

"Tau aja lu. Buatin gw kayak biasanya ya." Ucap Somat cengar-cengir.

"Siap bosku." Ucap Rika dengan memberi hormat.

Mereka kemudian masuk. Satu-satunya yang merasa tidak nyaman adalah Dafa. Karena dia belum tau apa yang terjadi.

Mereka sudah didalam rumah Rika. Rumah yang dihiasi dengan foto keluarga dan piala-piala yang dipajang di lemari kaca. Saat ini mereka duduk di sofa merah marun.

"Jadi Dafa mau minum apa?" Tanya Rika.

"Ah!? Oh kopi saja. Jangan terlalu manis." Ucap Dafa

"Oke. Somat kopi yang biasanya kan?"

"Iyalah! Kan tadi gwe udah bilang!"

"Santai bos jangan ngegas gitu. Oke gw buatin dulu." Rika berpamitan kemudian menghilang ketika melewati sebuah pintu.

Dafa mendekati Somat dan kemudian berbisik.

"Eh mat! Kok lu bisa kenal sama Rika gimana ceritanya? Diakan idola di sekolah kita." Ucap Dafa secara berbisik.

"Sebenarnya gw jga gak sengaja ketemu dia waktu dia punya kerjaan buat gw dulu waktu SMP. Tapi dulu lu sakit jadi gw kerjain sendiri tuh. Dari situ gw mulai kenal ama Rika." Ucap Somat dengan santai.

"Oh waktu gw sakit DB itu ya. Sayang banget dah. Ngomong-ngomong kerjaan kita kali ini gimana?" Ucap Dafa.

"Cuma mecahin kode biasa. Gak bakal lama mungkin lu juga bisa ngerjain." Ucap Somat dengan santai.

"Kode? Kode apaan?"

"Ntar lu juga tau."

Tak berapa lama Rika muncul dengan membawa 3 cangkir kopi di atas nampan.

"Maaf menunggu."

Rika segera menaruh tiga cangkir itu diatas meja. Masing-masing untuk Somat, Dafa dan Rika sendiri.

Tak lama Somat menyeruput kopinya. Dafa juga melakukan hal yang sama dengan ragu-ragu.

Mata Dafa membelalak. Dia terkejut karena kopinya masih sangat panas.

"Anjir! Lidah gue! Lidah gue mati rasa!" Teriak Dafa dengan menjulurkan lidahnya.

Namun Somat meminum dengan santai.

"Oi cicak konoha! Kok lu baik-baik aja? Apa lu kagak kepanasan?" Tanya Dafa kepada Somat.

"Biasa aja." Ucap Somat kembali menyeruput kopinya.

"Yah karena Somat selalu minta kopi setengah mendidih jadi punya dia gak terlalu panas. Dari dulu dia selalu minta kopi yang kayak gitu jadi gwe udah hafal." Ucap Rika dengan senyum.

"Cukup basa-basinya. Sekarang kerjaan apa yang lu berikan ke gw?" Tanya Somat.

"Jadi pacar gw!" Ucap Rika tegas.

"HA!!!??" Mulut Dafa tidak bisa berhenti menganga karena sebuah kalimat yang barusaja dia dengar. Bahkan lidahnya yang matirasa kembali sembuh seketika.