Chereads / Bastard and Cold Devil / Chapter 34 - Devil 34 : CT-Scan Valerie

Chapter 34 - Devil 34 : CT-Scan Valerie

"Ohh... Shit!"

"Ahh fuck!"

"Ah!"

"Ah..."

"Fuck!"

"Ah ah pelan-pelan."

"Ah..."

"Pelan-pelan, Vale."

"Ah... Ah..."

"Aw! Yang itu sakit! Sudah kubilang pelan-pelan!!"

"Ini sudah pelan!!" balas Valerie saat Alarick berbalik ke arahnya dan berteriak.

Alarick kemudian bersendawa keras, membuat Valerie tertawa pelan. "Sudah lebih baik?" tanya Valerie.

Alarick mengangguk lemas dan menjatuhkan tubuh setengah telanjangnya ke kasur. Alarick menghela napas pelan. "Minyak ini sangat bau. Minyak... Apa tadi yang kau gunakan?"

Valerie mengangkat botol yang dipegangnya ke atas. "Gosok oil."

Alarick mendelik. "Ya apapun itu namanya. Lumayan. Penyakit masuk anginku langsung hilang saat kau melakukan key rock dengan minyak ghost itu." Katanya.

Valerie lagi-lagi tertawa. "Bukan key rock tapi kerokan. Dan ini minyak gosok, Al. Bukan minyak ghost."

"Ya terserahlah. Bahasamu rumit."

"Hey, Bahasa Indonesia adalah bahasa paling sederhana! Banyak bule yang mempelajari bahasa negaraku dalam kurun waktu yang sebentar."

"Ya terserahlah." Kata Alarick lemas.

Sungguh, dia benar-benar lemas sekarang. Alarick tidak menyangka jika kejadian dia yang tidak tidur kemarin membuat Alarick masuk angin. Sesaat setelah Valerie keluar kamar mandi, Alarick langsung masuk ke dalam kamar mandi dan muntah tiba-tiba padahal Alarick belum makan apapun. Saat Alarick menyuruh Valerie memanggilkan dokter, Valerie menyarankan kerokan. Walaupun bingung, tapi Alarick menurut saja entah karena apa.

"Tapi, kau yakin aku masuk angin? Bagaimana jika ini gejala kanker?" tanya Alarick panik.

Valerie mendengus. Dia kemudian membalikan tubuh Alarick sehingga membelakangi Valerie. "Diam sejenak." Perintah Valerie lalu kemudian terdengar suara jepretan kamera.

Valerie membalikan tubuh Alarick kembali dan memperlihatkan layar ponselnya pada Alarick. Di sana, terlihat gambar punggung Alarick yang dipenuhi garis-garis merah.

"Itu... Sangat tidak pria." Kata Alarick, tertegun dengan punggungnya sendiri di layar kamera. "Jadi, ini tanda-tanda jika aku masuk angin?"

"Iya. Dan oh ya, bicara tentang hantu, sepertinya ponselmu yang kau berikan padaku ini ada hantunya." Kata Valerie.

Alarick mengernyit heran. "Apa maksudmu?"

Valerie menampakkan wajah polos yang dibuat-buat. "Kau tahu, kan baru saja kemarin aku kembali memasuk-masukan akunku demi berbicara dengan Anna. Ada yang aneh dari ponsel yang kau berikan itu. Saat aku keluar dari kamar mandi, aku membuka ponselku lagi dan tidak melihat nama akun Bams serta beberapa pria kenalanku. Bukankah itu aneh? Aku heran sekali melihatnya. Dan saat aku melihat di pengaturan akunku, ternyata semua akun itu tiba-tiba terblok sendiri. Aku sampai merinding tahu?"

Alarick hanya berdeham dan mengerjapkan matanya cepat. Dia menatap ke arah lain selain pada Valerie. "T-terus, apa yang selanjutnya kau lakukan."

"Tentu saja aku membuka bloknya."

"APA???" teriak Alarick dan spontan terduduk di atas kasur. Matanya memelototi Valerie. "Kau membuka bloknya??? Kenapa tidak biarkan saja??? Bagaimana bisa kau membuka blok seorang pria yang mengirimimu emoticon hati setiap hari??? Hah??? Apa kau akan membalasnya juga dengan emoticon hati??? Kau sudah bersuami!! Ingat itu!"

Valerie mengangkat sebelah alisnya dan bibirnya tersenyum miring. "Tunggu. Bagaimana bisa kau tahu jika Bams mengirimiku emoticon hati?" tanyanya.

Sontak, Alarick membungkam mulutnya dengan napas yang tertahan. Dia menelan salivanya susah payah.

Valerie terkekeh pelan. "Kau yang memblokir mereka semua?"

Alarick berdeham. Dia kemudian kembali tertidur sambil membelakangi Valerie. "Tidak tahu! Aku masih marah karena kau pergi ke kamar mandi sendiri dengan kakimu yang luka itu. Kau benar-benar tolol!"

Valerie mendengus geli. "Kau mengalihkan pembicaraan."

"Aku hanya ingin membahasnya! Sudah tahu kaki diperban. Masih saja banyak tingkah."

"Kakiku diperban kan gara-gara kemauanmu. Sudah kubilang berkali-kali jika luka yang paling sakit dan dalam adalah di telapak kaki bagian tengah. Sungguh, aku bisa berjalan sendiri."

"Kau memperlambat penyembuhanmu! Bagaimana bisa tadi kau berjalan secepat itu hah? Apa benar kau terluka atau hanya pura-pura?? Kenapa kau sangat tidak ingin menuruti suamimu, hah?? Tidak bisakah sekali saja kau menurut untuk kebaikanmu sendiri?? Kau selalu saja tidak memikirkan diri sendiri!!" gerutu Alarick panjang lebar.

Valerie tersenyum sendu menatap punggung Alarick. Sungguh, Valerie tahu jika Alarick mengkhawtirkannya. Dan mendapati kekhawatiran Alarick sangat berlebihan membuat Valerie turut senang. Apalagi dengan keposesifan Alarick yang berani menganggu privasinya. Siapa yang tidak senang jika yang melakukannya adalah orang yang dicintai?

Valerie menghela napas panjang dan menyandarkan kepalanya di lengan Alarick. "Aku harus mandi, Al. Bagaimana caraku ke kamar mandi jika aku tidak boleh berjalan?"

Alarick membalikan tubuhnya dan memeluk Valerie sambil tertidur. "Kau bisa meminta bantuanku. Aku bisa menggendongmu." Katanya dengan menunduk menatap mata Valerie.

Valerie terkekeh. "Dengan tubuh sakitmu ini?"

Alarick mengerutkan alis dengan marah. "Kau pikir aku tidak kuat?"

"Aku percaya kau masih kuat. Tapi bukannya kau sendiri yang tidak ingin direpotkan? Menggendongku itu merepotkan, tahu?"

"Aku pernah menggendongmu sekali. Dan kau tidak berat sama sekali. Apakah kau benar-benar manusia? Aku seperti sedang menggendong angin."

Valerie melotot dan memukul tangan Alarick kencang. Matanya melotot pada Alarick. "Sembarangan!"

"Aw!" kaget Alarick, balas melotot. "Kau memukulku?" tanyanya dan Valerie diam dengan pipi merona dan bibir bawah yang digigit. Terlihat senyuman di wajahnya. "Apa kau baru saja memukul seorang CEO tampan, kaya, dan terkenal Valerie?"

"Hehehe..." Kekeh Valerie membuat Alarick gemas.

Alarick menangkup wajah Valerie dan mengecup bibir Valerie sekilas. "Kau memukul suamimu, huh??" cup! "Kau memukul mantan bosmu? Hum?" cup! "Beraninya kau!!"

Alarick terus mengecupi bibir Valerie dengan gemas, membuat Valerie sukses tertawa renyah. Sebuah senyum timbul di wajah Alarick yang jarang sekali tersenyum setulus ini. Hatinya menghangat mendengar tawa Valerie.

Bahagia.

Itu yang Alarick rasakan sekarang. Bukan karena dia memenangkan tender besar atau memenangkan rating tertinggi se-Eropa bukan juga karena dia membeli barang mewah yang bermerek. Hanya karena Valerie tertawa karenanya. Sungguh rasanya membahagiakan.

Sekali lagi, Alarick mengecup bibir Valerie dalam dan memeluk Valerie erat-erat. Ada rasa bahagia maupun rasa takut yang Alarick rasakan sekarang.

Bahagia karena Valerie.

Dan takut oleh Valerie.

Takut sewaktu-waktu Valerie benar-benar meninggalkannya. Helaan napas berat terdengar dari mulut Alarick. "Kau sungguh tidak memiliki penyakit, Valerie?" tanyanya.

Valerie membalas pelukan Alarick dan kepalanya mendongak. Dia mendelik kesal. "Aku sungguh sehat, Alarick. Apa kau tidak lihat bagaimana sehatnya diriku ini?"

Alarick menelan ludahnya sambil menganggukkan kepalanya. "Ya. Kau benar. Kau sangat sehat. Dan kupastikan akan selalu sehat." Gumamnya pelan. Balasan Valerie hanya mengangkat sebelah alisnya. "Kau mencintaiku, bukan?"

Valerie kembali mendelik. "Sudah, jangan dibahas. Sudah kubilang jika itu adalah aib." Katanya.

"Tapi aibmu yang itu sebuah kebenaran, bukan?"

"Terus saja menggodaku."

"Jika kau mencintaiku, kau takkan pergi dariku, bukan?" tanya Alarick dengan manik matanya yang menatap Valerie serius.

Raut jenaka di wajah Valerie hilang tak bersisa. Dia menatap wajah Alarick dalam diamnya. "Alarick, kau kenapa?"

"Jawab aku." Alarick mendesak Valerie. Ekspresinya berubah gelisah seketika. Alarick membasahi bibir bawahnya dan menelan saliva susah payah saat tenggorokannya terasa kering.

"Alarick..."

"Jawab aku." Desak Alarick sambil meremas pinggang Valerie. "Kau takkan meninggalkanku, bukan?"

Valerie mengerjapkan matanya dan menganggukkan kepala dengan mulut terkunci rapat. Karena sungguh, Valerie tidak dapat menjawab pertanyaan Alarick padanya.

Alarick menghela napas lega dan membenamkan wajahnya di lekukan leher Valerie dengan mata terpejam. Walaupun Valerie sudah menjawab pertanyaannya, hati Alarick tetap diselimuti kegelisahan yang tiba-tiba datang padanya. Pelukannya makin erat dan saat Valerie membalas pelukannya sama erat, Alarick malah merasakan kegelisahannya makin kuat.

Kryuuuk

Alarick melepaskan pelukannya. Dia menatap geli pada Valerie yang sedang mengalihkan pandangannya dari Alarick.

"Su-suara apa itu?" tanya Valerie gugup yang malah membuat Alarick tertawa kencang.

Alarick segera melompat dari kasur dan memakai kaos sembarangan dari lemarinya. Dia lalu kembali pada Valerie dan menggendong tubuh Valerie dari depan. "Itu suara cacing dalam perutmu. Dia mengatakan jika pemiliknya sudah sangat kelaparan dan ingin makan."

***

Alarick menatap jengah pada orang yang sedang menandatangani dokumen. Sudah sekitar seminggu lebih Alarick tidak bertemu orang di depannya ini. Dan sekarang dia datang meminta posisi CEO pada Alarick. "Kau tahu, Darren, kau sangat tidak tahu malu. Kita ini sedang bermusuhan dan berani-beraninya kau meminta posisi CEO padaku."

Darren mendelik dan menyimpan balpoinnya di atas permukaan meja. "Aku meminta pekerjaan, bodoh. Dan kau memberi posisi CEO."

"Kau pikir aku bodoh? Kenapa harus perusahaanku? Kenapa tidak perusahaan dua temanmu itu?"

"Perusahaan dua temanku tidak ada yang berkerja sama dengan rumah sakitku. Mereka tidak invest di sana. Kau pemegegang saham tertinggi."

"Dan apa hubungannya?"

"Ingin saja."

"Cih pembohong."

"Yasudah jika tidak mau aku bekerja denganmu!! Aku batalkan saja kontraknya!"

"Kau sudah menandatangani kontrak. Mana bisa dibatalkan. Kau akan membayar denda pada perusahaanku. Dengan keadaanmu yang miskin itu kau takkan mampu."

"Kau bodoh?? Ya pecat saja aku! Kau kan pemilik perusahaan!"

Alarick berdeham. "Aku ingin bersantai dan menikmati waktu dengan Valerie. Aku tidak ingin bekerja. Dan hanya kau satu-satunya orang yang berpengalaman."

"Itu tidak terdengar seperti alasan. Kau bisa mengangkat bawahanmu."

"Itu merepotkan. Sudahlah, lebih baik kau pergi saja. Kau bekerja mulai besok."

"Berikan aku libur 3 hari lagi."

Alarick melotot. "Kau—"

"Aku akan melaksanakan pernikahan. Pokoknya aku ingin libur."

Alarick mengembuskan napas panjang. "Yasudah. Masuklah minggu depan."

"Tidak. Aku akan masuk sehari setelah pernikahanku."

Alarick melotot kembali dan menggeram. "Kau bawahan yang sangat kurang ajar."

"Datanglah ke pernikahanku."

"Kau gila? Kita sedang bermusuhan."

"Valerie akan datang."

"Baiklah aku ikut."

Darren mendelik dan berlalu dari sana. Omong-omong soal Valerie, istri Alarick itu sekarang sudah banyak bertingkah. Dia bahkan berani masak di dapur dan menunggu Alarick di sofa hingga tertidur. Sangat membuat Alarick khawatir dan senang seketika.

Pemeriksaan Valerie sudah keluar sekitar 4 hari yang lalu dan menyatakan jika Valerie sangat sehat. Alarick harus mengalah dengan kekhawatirannya yang ternyata hanya ketakutan Alarick. Dia mulai memcoba membiarkan Valerie berkeliaran ke mana pun yang Valerie suka.

Suara ponsel Alarick berdering kencang. Alarick Mengambil ponselnya di atas meja dan mengangkat panggilan yang ternyata berasal dari Valerie. "Ya, sayang?"

"Permisi tuan, kami dari pihak rumah sakit ingin mengabarkan jika pemilik ponsel ini ditemukan pingsan di pinggir jalan."

Deg

Alarick merasa jantungnya terlepas dari tempatnya dan napasnya ditarik secara paksa. Matanya melotot lebar penuh kekhawatiran. Kakinya yang terasa lemas, berlari secepat mungkin meninggalkan kantornya.

Bagi yang belum tahu cerita ini sudah tamat dan bisa didapatkan di Playstore dengan judul Bastard Devil dan nama pena Made In Earth. jangan lupa untuk selalu ikuti aku agar mendapatkan keseruan cerita-ceritaku yang lain