Ting!! Pintu lift terbuka di lantai 13.
"Lo nongolnya sebelum Enggar sih"sahut Sastya tak acuh,"Kalau gue ketemu Enggar duluan, gue juga bakal marahin dia dulu...."Imbuhnya ketus. Cewek itu kemudian meninggalkan rekan kerjanya itu keluar lift dengan masih dengan tampang juteknya.
"Sas.... Yah, gue bercanda tadi!!"celoteh Satria mengikuti Sastya keluar lift "Lo beneran dapet ya??"cowok itu mengekori Sastya hingga sampai di kubikel cewek itu. Satria segera menjatuhkan pantatnya dikursi yang berada tepat di depan meja kerja Sastya, agendanya hari ini tentu saja harus dimulai dengan merayu cewek itu. Akan sangat fatal kalau sampai Sastya ngambek padanya seharian, karena imbasnya bukan hanya ke dia tapi juga seluruh penghuni lantai 13 tempat mereka bekerja.
"Hayo lho!!! Bikin Putri Solo marah, hukumnya dosa tau"celetuk sebuah suara yang tiba tiba muncul dibalik kubikel kotak tepat disamping kiri kubikel milik Sastya. Cowok yang ikut nimbrung itu namanya Enggar, teman sekantor Sastya yang usianya hanya beda 1 tahun darinya tapi ngotot pengen di panggil 'Kak Enggar'.
"Yah, Nggar!!! Gimana dong nih?? Lo punya permen nggak?? Stok permen gue udah abis, dia keseringan ngambek sih"balas Satria masih betah menggoda Sastya.
"Ada nih, ada pendekar sama kaki. Lo mau milih yang mana??"sahut Enggar menanggapi celetukan tak jelas Satria.
Satria mengerutkan keningnya, pura pura mikir "Ehhmm...yang kaki aja deh"putusnya dengan nada serius. "Takutnya ntar kalau dikasih yang pendekar, Sastya jadi tambah sakti. Makin terjajahlah kita semua disini"imbuhnya yang langsung membuat Enggar tertawa, begitu juga dirinya.
"Woy!!! Kalian kalau mau iklan permen jangan dilapak gue. Sana minggat!!!"teriak Sastya marah marah. "Sat, balik sono ke alam lo!! Menyan gue udah abis, daripada ntar lo nggak bisa balik. Gue lagi males bakar menyan yang baru. Sana pergi, sebelum lo gue rukiyah!!!"omelnya mengusir Satria.
"Sial!! Lo fikir gue dedemit yang suka makan menyan"dengus Satria sebelum menghilang dari lapak Sastya.
"Lo juga mending nggak usah nongol lagi Nggar. Soalnya gue suka refleks nglempar sesuatu kalau nglihat penampakan. Daripada ntar gue bikin wajah cakep lo rusak, mending lo enyah dari pandangan gue"ancam Sastya pada rekan kerja disampingnya.
Enggar menelan ludahnya gugup,"Sebangsa iblis dong gue"gumamnya sebelum menenggelamkan kepalanya ke dalam kubikel miliknya.
Sastya menghembuskan nafas lega setelah berhasil mengusir dua makhluk astral yang sempat mengganggunya tadi. Sekarang dia harus bersiap-siap untuk bekerja di balik microphone dan juga layar komputer dihadapannya.