Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

HASRAT CINTA DI BALIK TERALI BESI

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉNicksCart
--
chs / week
--
NOT RATINGS
29.6k
Views
Synopsis
Khusus untuk 21 th ke atas... Ezra Harcel (19 th) gadis cantik dan masih muda dipenjara karena jebakan dari pria cabul yang tidak bisa memiliki hatinya. Di dalam penjara dengan dendam membara Ezra bertemu dengan Kepala penjara bernama Mizran. Mizran Arun (40 th) pria tampan dan berwibawa sudah menikah dengan Meriana (38 th). Mizran dan Meriana mempunyai seorang putra bernama Zein (20 th) seorang polisi muda dan baik hati. Karena sering bertemu di penjara, akhirnya Mizran jatuh cinta padanya. Dengan cintanya Mizran, Ezra berniat membalas dendam pada orang-orang yang sudah menyakiti hatinya. Di sisi lain sebagai istri Mizran, Meriana tidak tinggal diam. Meriana berusaha memisahkan mereka dengan cara memindahkan Ezra ke penjara lain dan mengancam akan menghancurkan karir Mizran. Bagaimana kelanjutan kisah cinta Ezra dan Mizran? apakah Ezra bisa membalas sakit hatinya pada orang-orang yang sudah menyakiti hatinya? apakah CINTA Ezra dan Mizran akan bersatu? ikuti kisah cinta mereka yang penuh hasrat cinta dan pengorbanan di novel ini.
VIEW MORE

Chapter 1 - SEBUAH TUDUHAN

Ezra hanya duduk diam tak berkutik saat Pemilik toko yang bernama Vino meneriakinya pencuri dan menghubungi polisi untuk menangkapnya dengan tuduhan telah mencuri perhiasan.

Dua polisi wanita datang dengan wajah dingin berbicara serius dengan Pemilik toko.

"Tuan Vino, apa benar gadis ini telah mencuri perhiasan anda?" tanya salah satu polisi itu sambil mencengkeram lengan Ezra dengan sangat kuat.

"Lepaskan aku!!! itu tidak benar!! aku hanya memegangnya saja! aku tidak mencurinya! dia yang memberikan kalung itu padaku!" ucap Ezra dengan wajah mengeras.

"Diam kamu gadis nakal!! jangan bicara sebelum aku bertanya padamu!" ucap polisi itu dengan tatapan tajam.

"Aku tidak akan diam!! lepaskan aku!! kalian harusnya tidak percaya pada Vino!! dia pria sialan!! pria yang tidak tahu malu!!" teriak Ezra dengan wajah merah padam berusaha melepas cengkraman polisi itu.

"Sebaiknya kalian bawa saja gadis pelacur itu! dia telah banyak mencuri perhiasanku." ucap Vino pria dewasa yang telah merasa di hina dan di remehkan oleh Ezra.

"Bedebah!! pria sialan!! mati saja kau Vino!!" teriak Ezra sambil meludahi wajah Vino dengan tatapan penuh kebencian.

"PLAKKK!"

"Dengar gadis pelacur!! jangan sekali-kali kamu mengumpat padaku! kamu telah mencuri perhiasanku. Kamu sangat pantas di hukum di penjara!" ucap Vino sambil mengusap wajahnya yang terkena air ludah Ezra.

"Sialan!! aku tidak akan membiarkan kamu hidup Vino!!" teriak Ezra dengan suara keras menggerakkan badan dan tangannya untuk melepaskan diri dari cengkraman kuat dua wanita Polisi yang datang khusus untuk menangkapnya.

"Cepat!! kalian bawa gadis pelacur itu pergi!! aku sudah tidak mau berurusan lagi dengannya! semua bukti sudah aku berikan pada kalian." ucap Vino kemudian dengan wajah terlihat sangat marah.

"Ayo!! ikut kami sekarang juga!" ucap polisi itu menarik kasar lengan Ezra dan membawanya keluar dari toko perhiasan Vino.

"Lepaskan!! lepaskan aku!! kalian tidak tahu apa-apa! kenapa kalian tidak percaya padaku! aku ke sini hanya mau mengambil surat rumahku!" ucap Ezra semakin marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa setelah salah satu polisi itu memborgol tangannya.

"Aku terpaksa memborgolmu, kamu sudah tidak bersikap baik pada kita berdua. Aku pastikan kamu akan mendekam di dalam penjara beberapa tahun." ucap Polisi itu dengan suara penuh tekanan mendorong kasar Ezra ke dalam mobil patroli.

Ezra menahan nafas dengan tatapan kecewa, merasa takdir telah tidak adil padanya.

Kedua matanya tak lepas menatap ke arah jendela toko perhiasan Vino. Di lihatnya Vino sedang berdiri dan menatapnya dengan sebuah senyum penuh kemenangan.

Mobil patroli bergerak pelan menuju ke arah kota. Kedua mata Ezra masih menatap penuh kebencian pada Vino yang keluar dari toko dan melambaikan tangan padanya dengan tertawa keras.

"Lihat saja Vino! saat ini kamu bisa mengusirku dari desa ini. Tapi ingat aku berjanji padamu aku akan kembali dan membalas atas penghinaanmu ini! aku akan mengambil apa yang menjadi hak nenekku!" ucap Ezra sambil meludah di tanah kering desanya.

Hampir satu jam perjalanan dari Desa ke penjara kota. Ezra menatap ke sekeliling halaman penjara yang sangat luas setelah turun dari mobil patroli.

"Aku tidak mengerti kenapa kalian membawaku ke penjara kota? Bukankah di desa ada kepolisian?" tanya Ezra dengan tatapan tak mengerti.

"Karena kamu sudah tidak di inginkan di desa gadis pelacur!! kamu telah banyak melakukan kesalahan. Kamu sudah pantas berada di penjara ini. Dan ingat jangan berpikir lagi untuk kembali ke desa!" ucap salah satu Polisi dengan pandangan cemburu pada Ezra.

Ezra menatap tajam kedua polisi itu secara bergantian.

"Kalian ingat saja! aku pasti akan kembali! aku akan menuntut balas pada kalian semua!" ucap Ezra semakin terbesit di hatinya ingin segera bebas dan membalas dendam pada Vino yang telah meracuni pikiran semua orang-orang desa tentang dirinya.

"Jangan banyak bicara lagi, ayo cepat masuk!" ucap polisi itu membawa Ezra ke dalam ruang kantor kepala penjara di kota A.

Di dalam ruang kantor Kepala Penjara, Mizran duduk tenang fokus dengan pekerjaannya.

"Selamat siang Tuan Mizran." ucap salah satu polisi itu sambil mendorong Ezra agar berdiri lebih dekat dengan Mizran.

Mizran mengentikan pekerjaannya kemudian duduk bersandar menatap kedua polisi wanita kemudian menatap wajah Ezra.

"Siapa dia? apa alasannya hingga dia di bawa ke sini? apa ada alasan khusus?" tanya Mizran bangun dari duduknya kemudian mendekati dua wanita Polisi yang berdiri tegang seketika saat Mizran mendekati mereka.

"Dia gadis pelacur yang telah merasakan semua warga desa. Sudah banyak sekali pria yang telah jadi korban dan juga dipermainkan oleh gadis itu. Dan terakhir gadis itu telah melakukan pencurian perhiasan dari salah satu tokoh Tuan Vino." ucap salah satu polisi itu dengan tatapan tidak senang pada Ezra.

Mendengar cerita itu Mizran mendekati Ezra dan menatap penuh wajah Ezra.

"Siapa namamu?" tanya Mizran dengan suara beratnya.

Ezra hanya mengangkat wajahnya menatap Mizran kemudian mengalihkan pandangannya tanpa menjawab pertanyaan Mizran.

"Sepertinya gadis ini tidak mau bicara, apa kalian berdua bisa menjawab pertanyaanku?" tanya Mizran dengan wajah serius.

"Dia bernama Ezra harcel usia sembilan belas tahun. Dia tidak sekolah juga tidak bekerja, pekerjaannya hanya menggoda juga menghabiskan uang pria-pria kaya yang membutuhkan belaiannya." ucap Polisi itu menjatuhkan harga diri Ezra di hadapan Mizran.

"Apa kalian sudah membawa laporan berkas miliknya? aku akan mempelajarinya lebih dulu." ucap Mizran dengan tenang kemudian duduk kembali di kursi kerjanya.

"Semua laporan sudah ada di atas meja anda Tuan Mizran." ucap Polisi itu sambil menunjukkan berkas yang sudah di bawanya khusus untuk membuktikan kejahatan Ezra.

Kedua tangan Ezra terkepal dengan perasaan kesal saat Mizran membaca berkasnya.

"Setelah anda membaca laporan berkas itu apakah anda begitu saja percaya kalau aku telah melakukan semua kejahatan itu?" tanya Ezra dengan kedua matanya berkaca-kaca.

Mizran mengangkat wajahnya menatap Ezra sekilas kemudian kembali fokus membaca lagi berkas yang ada di tangannya.

Setelah selesai membaca berkas laporan milik Ezra, Mizran menatap kedua polisi yang ada berdiri tegak di hadapannya.

"Aku sudah membaca semua berkas laporan milik Ezra, kalian bisa pergi sekarang. Biar aku menyelesaikan urusan Ezra di sini." ucap Mizran sambil melirik ke arah Ezra yang berdiri dengan wajah mengeras. Terlihat sekali Ezra sedang menahan emosi kemarahannya.

Kedua polisi wanita itu tersenyum puas setelah mendengar ucapan Mizran.

"Terima kasih Tuan Mizran, kita berharap Ezra berada di sini dalam waktu yang cukup lama." ucap salah satu polisi itu kemudian meminta izin untuk kembali ke Desa.

Setelah kedua wanita Polisi itu pergi ruangannya, Mizran mengetuk-ngetuk mejanya dengan wajah serius.

"Ezra, duduklah." ucap Mizran dengan tatapan penuh.

Walau Mizran memintanya duduk, Ezra tetap berdiri tegak tanpa melihat ke arah Mizran.

"Ezra!! apa kamu tidak mendengarku!!" ucap Mizran menatap Ezra sedikit emosi.