Chereads / HASRAT CINTA DI BALIK TERALI BESI / Chapter 4 - BANTUAN MIZRAN

Chapter 4 - BANTUAN MIZRAN

"Tunggu!! ada apa lagi ini?!" tiba-tiba terdengar suara Mizran yang berjalan mendekat ke tempat di mana Alma dan Hilda menghukum Ezra.

"Tuan Mizran?" ucap Alma segera berdiri dan memberi hormat pada Mizran di ikuti Hilda.

"Ada apa ini Alma? kenapa kamu menghukum gadis ini?" Tanya Mizran sambil melihat pada Ezra yang masih mengerang kesakitan.

"Dia sudah melanggar peraturan Tuan, dia sudah berani berbohong dan sudah berani masuk ke ruang kerja Tuan dan tidur di sana." ucap Alma dengan tegas tanpa melihat ke arah Mizran.

"Dia berbohong apa?" tanya Mizran penuh dengan wibawa.

"Dia mengatakan kalau Tuan Mizran yang menyuruh dia beristirahat di sana." ucap Alma dengan sedikit melunak.

"Apa yang dia katakan benar, dia napi baru yang datang dari desa. Aku memang belum mempertemukan kamu dengannya. Karena itu aku meminta dia untuk tetap di ruanganku sampai aku kembali. Aku menyuruhnya membersihkan ruang kerjaku dan beristirahat di sana selama aku pulang." ucap Mizran menjelaskan apa yang terjadi.

Alma dan Hilda menelan salivanya tidak tahu harus berkata apa setelah mendengar penjelasan Mizran.

"Kita berdua telah salah paham, tolong maafkan atas kesalahan kami berdua. Seharusnya kita bisa menahan diri." ucap Alma segera meminta maaf pada Mizran sambil melihat kearah Ezra yang masih meringkuk kesakitan.

"Tapi Tuan Mizran, walau kami salah dia juga salah karena sudah berani pada kita berdua." ucap Hilda masih merasa kesal dengan keberanian Ezra.

"Ezra berani karena benar. Alma, dan kamu Hilda panggil Dokter untuk segera ke ruanganku untuk mengobati Ezra." ucap Mizran dengan tegas.

Segera Alma dan Hilda memberi hormat pada Mizran kemudian pergi untuk memanggil Dokter khusus yang bertugas di penjara.

Setelah Alma dan Hilda pergi, Mizran mendekati Ezra kemudian mengulurkan tangannya pada Ezra yang masih mengerang kesakitan.

"Bangunlah, kamu akan segera di obati." ucap Mizran dengan tangan yang masih terulur.

Ezra membuka matanya melihat tangan Mizran yang terulur. Dengan ragu-ragu Ezra menyambut uluran tangan Mizran.

"Aku tidak bisa berdiri tegak Tuan. Punggungku sakit sekali." ucap Ezra dengan suara pelan menahan sakit.

"Maafkan aku, karena aku kamu di hukum oleh Alma dan Hilda. Percayalah, Alma dan Hilda orang baik, mereka hanya salah paham." ucap Mizran seraya membantu Ezra berdiri.

"Kamu bisa memegang tanganku agar tidak jatuh." ucap Mizran memeluk pinggang Ezra sedangkan Ezra memegang kuat lengan Mizran.

Dengan tertatih-tatih Ezra berjalan beriringan di samping Mizran yang membawanya ke ruang kerjanya.

"Kenapa aku ke sini lagi Tuan? mereka pasti akan menghukumku lagi." ucap Ezra menghentikan langkahnya saat Mizran mau membawanya masuk ke ruang kerjanya.

"Mereka tidak akan menghukum kamu, kamu aku bawa ke sini agar Dokter bisa mengobati kamu." ucap Mizran dengan tenang membawa Ezra masuk ke dalam ruangannya.

"Duduklah, aku akan mengambilkan minum untukmu." ucap Mizran sambil melihat sekeliling ruang kerjanya yang tampak bersih dan rapi.

"Apa kamu yang membersihkan ini semua Ezra?" tanya Mizran seraya mengambil segelas air putih dan di berikan pada Ezra.

Ezra menganggukkan kepalanya sambil menerima air putih dari Mizran.

"Terima kasih Ezra, kamu sudah melakukan tugas kamu dengan baik." ucap Mizran dengan tersenyum.

Ezra menganggukkan kepalanya lagi seraya meneguk minumannya. Karena tidak hati-hati saat minum, Ezra tersedak dan terbatuk-batuk.

"Uhukk... uhukk.. uhukk"

"Hei... hati-hati Ezra." ucap Mizran dengan cepat mengambil gelas yang ada di tangan Ezra kemudian memberikan saputangannya pada Ezra.

"Bersihkan dagumu." ucap Mizran menatap wajah Ezra yang terlihat sangat cantik, polos dan sederhana.

Dengan perasaan malu Ezra mengusap dagunya yang basah dengan memakai saputangan dari Mizran.

Mizran tersenyum kemudian bangun dari tempatnya.

"Ezra, setelah Dokter mengobati kamu. Alma dan Hilda akan menunjukkan tempat sel kamu. Dengan sikap yang baik dan mematuhi peraturan di penjara ini kamu bisa mendapatkan keringanan. Jadi bersikaplah yang baik dan jangan sekali-kali melanggar atau membantah pengawas penjara." ucap Mizran dengan penuh wibawa menasihati Ezra.

Ezra menganggukkan kepalanya dengan wajah sedih. Ezra berharap setelah dia memberi penjelasan dan menceritakan masalah yang sebenarnya kepala penjara bisa membebaskannya dari penjara karena dia benar-benar tidak bersalah dan hanya di jebak saja.

"Ada apa Ezra? kenapa kamu terlihat sedih?" tanya Mizran dengan tatapan serius.

"Tidak ada apa-apa Tuan, aku hanya memikirkan hal lain saja." ucap Ezra menggigit bibir bawahnya merasakan rasa sakit di hatinya lebih sakit di banding punggungnya.

Mizran menghela nafas panjang dengan tatapan tak lepas dari Ezra.

Melihat wajah sedih Ezra, hati Mizran sebagai orang tua yang juga mempunyai seorang anak merasa kasihan dengan masalah Ezra. Dengan nafas tertahan Mizran mendekati Ezra kemudian duduk tepat di hadapannya.

"Ezra, apa kamu tahu? kamu di bawa ke sini sudah berstatus sebagai tahanan, bukan tersangka lagi. Aku di sini hanya bisa memperlakukan kamu dengan baik seperti aku memperlakukan pada yang lainnya." ucap Mizran sangat tahu dengan apa yang di pikirkan Ezra yang menuntut keadilan.

"Tapi Tuan, bagaimana aku sudah berstatus tahanan kalau di sana aku belum di adili? ini semua tidak adil bagiku. Aku sama sekali tidak bersalah. Mereka semua sudah menjebakku." ucap Ezra dengan perasaan sakit.

"Aku tahu itu tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, surat yang aku terima resmi dari pihak kepolisian desa kamu. Maafkan aku Ezra, aku tidak bisa membantumu untuk mendapatkan keadilan itu." ucap Mizran dengan tatapan penuh.

"Kenapa Tuan tidak bisa membantuku? aku sudah menceritakan semuanya dengan jujur pada anda. Kenapa aku harus di sini Tuan?? aku hanya menuntut hak rumah nenekku, apa aku salah?" tanya Ezra dengan tatapan sedih.

Mizran menelan salivanya merasa bersalah tidak bisa membantu Ezra.

"Baiklah Ezra, aku akan berusaha membantumu. Aku akan meminta istriku untuk membantumu, dia seorang pengacara. Siapa tahu ada jalan untuk membebaskan kamu." ucap Mizran dengan sungguh-sungguh.

Ezra mengangkat wajahnya menatap Mizran dengan tatapan tak percaya.

"Benarkah itu Tuan?? anda akan membantuku?" tanya Ezra dengan mata berkaca-kaca memastikan apa yang di katakan Mizran adalah sungguh-sungguh.

Mizran menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.

"Ya Tuhan!! terima kasih Tuan Mizran." ucap Ezra tanpa merasakan rasa sakit di punggungnya bangun dari duduknya dan memeluk Mizran dengan erat.

"Terima kasih Tuan Mizran, terima kasih." ucap Ezra menangis dalam pelukan Mizran. Dengan memeluk Mizran, entah kenapa hati dan perasaan Ezra merasa tenang dan merasa terlindung.

Mizran terpaku di tempatnya tidak tahu harus mengatakan apa saat Ezra memeluknya dengan erat.

Dengan perasaan ragu, Mizran membalas pelukan Ezra dan mengusap pelan punggung Ezra.