Chereads / HASRAT CINTA DI BALIK TERALI BESI / Chapter 2 - PENJELASAN EZRA

Chapter 2 - PENJELASAN EZRA

Walau Mizran memintanya duduk, Ezra tetap berdiri tegak tanpa melihat ke arah Mizran.

"Ezra!! apa kamu tidak mendengarku!!" ucap Mizran menatap Ezra sedikit emosi.

Seketika Ezra terlonjak kaget mendengar suara keras Mizran.

"Apa yang anda katakan Tuan?" tanya Ezra dengan wajah mulai ketakutan.

"Duduklah, sebelum aku berubah pikiran tentang kamu." ucap Mizran menegakkan punggungnya menatap wajah Ezra dari tempat duduknya.

Dengan wajah ketakutan akhirnya Ezra duduk di hadapan Mizran yang masih menatapnya dengan tatapan tak berkedip.

"Sekarang ceritakan semuanya padaku apa saja yang terjadi padamu. Tapi ingat, jangan ada kebohongan di dalamnya. Ceritakan sekarang." ucap Mizran menyandarkan punggungnya menunggu Ezra menceritakan apa yang terjadi padanya.

"Aku cerita mulai darimana?" tanya Ezra sambil meremas-remas kedua tangannya menghilangkan rasa gugupnya.

"Terserah kamu, kamu mau cerita darimana?" ucap Mizran dengan tenang.

"Baiklah, namaku Ezra Harcel. Usiaku sembilan belas tahun. Aku tidak punya orang tua sejak aku masih kecil. Aku tinggal bersama Nenek hingga aku dewasa. Sejak Nenek meninggal semua orang berubah memusuhiku, terutama wanita-wanita yang sudah bersuami. Aku tidak tahu salahku di mana? Bukan aku yang menggoda suami mereka, tapi suami mereka yang menggodaku. Lalu kenapa mereka marah padaku, ini sama sekali tidak adil bagiku kan?" ucap Ezra dengan nafas tertahan bercerita panjang lebar tanpa ada jeda membuat Mizran tersenyum melihat gaya bicara Ezra seperti masih anak remaja belasan tahun.

Mizran tidak heran karena pada kenyataannya Ezra Harcel memang masih berusia sembilan belas tahun.

"Minumlah dulu." ucap Mizran melihat Ezra terlihat emosi saat menceritakan awal kisahnya.

Tanpa membalas ucapan Mizran, Ezra segera mengambil segelas air putih yang ada di atas meja dan meneguknya sampai habis.

"Yang kamu habiskan itu, minumanku. Ada botol minum di situ kenapa mengambil yang gelas? apa kamu tidak takut tertular penyakit dari sisa minumanku?" ucap Mizran sambil menekan pelipisnya.

"Maaf, aku sangat haus, terlalu lama untuk membuka minuman yang botol. Aku tidak takut tertular penyakit karena penyakit itu sendiri sudah takut padaku." ucap Ezra seraya mengusap dagunya yang sedikit basah.

"Lain kali kamu harus bertanya lebih dulu kalau kamu tidak tahu." ucap Mizran terpaksa minum air botol yang di sediakan untuk tamu.

"Aku sudah tahu Tuan, apa yang aku lakukan tidak sopan. Tapi aku sangat haus, mereka tidak memberiku makan dan minum sama sekali. Aku bisa mati kalau tidak punya tenaga. Benarkan Tuan?" ucap Ezra dengan tatapan mata polosnya.

Mizran hanya bisa tersenyum mendengarkan celotehan Ezra yang begitu polos, membuat Mizran tidak percaya dengan kesalahan yang telah di tuduhkan pada Ezra.

"Bagaimana Ezra bisa menggoda seorang pria dengan sikapnya yang begitu polos? bisa jadi apa yang di katakan Ezra benar, pria-pria itu yang menggoda Ezra. Ezra terlihat menggemaskan dengan cara bicaranya dan tatapan matanya yang benar-benar polos." ucap Mizran dalam hati mengamati sosok remaja yang duduk di hadapannya dengan penampilan sangat sederhana.

"Apa kamu lapar Ezra?" tanya Mizran dengan duduk tegak memperhatikan Ezra yang sedang mengusap-usap perutnya.

"Sangat lapar sekali Tuan." ucap Ezra tanpa basa-basi.

"Kamu bisa makan bekalku siang ini. Tapi kamu harus menceritakan masalahmu dengan jujur kenapa mereka sampai membawamu ke sini. Kamu tahu Ezra, kamu di bawa ke sini oleh mereka berarti kamu sudah di nyatakan bersalah. Dan tidak ada proses pembelaan lagi. Kamu tinggal menjalani hukuman di penjara ini." ucap Mizran merasa kasihan melihat kepolosan gadis remaja yang duduk di hadapannya masih terlihat bingung dengan masalah yang di hadapinya.

"Ini sama sekali tidak adil buatku Tuan!! aku tidak bersalah sama sekali. Vino pria terkutuk itu selalu menggodaku! sering datang ke rumahku ingin menjadikan aku pacarnya. Aku tidak mau dan selalu menolaknya." ucap Ezra dengan penuh emosi.

"Kenapa kamu tidak mau? bukankah dia pria terkaya di desa kamu?" ucap Mizran setelah membaca jelas kasus Ezra.

"Dia pria mesum, aku tidak menyukainya. Di dalam otaknya penuh dengan kotoran. Apa Tuan tahu bagaimana cara dia menatapmu? sangat menjijikkan. Aku sama sekali tidak menyukainya, walau dia kaya aku sangat membencinya!" ucap Ezra dengan berapi-api sampai meremas lembaran berkas di hadapannya.

"Kamu tenang dulu, jangan menyentuh apa pun yang ada di atas mejaku." ucap Mizran terpaksa bangun dari duduknya dan menggenggam tangan Ezra yang tidak bisa diam seolah-olah ingin menghancurkan semua barang yang ada di hadapannya.

"Apa kertas-kertas itu sangat penting Tuan? maafkan aku. Aku pikir lebih baik meremas kertas itu daripada aku menghancurkan gelas ini." ucap Ezra dengan wajah terlihat panik dan ketakutan berusaha menjelaskan kenapa dia meremas kertas itu daripada menghancurkan sesuatu.

"Semua yang ada di mejaku sangat penting. Jangan lagi kamu memegangnya apalagi meremasnya. Kamu mengerti Ezra?" ucap Mizran dengan tatapan penuh.

Ezra menganggukkan kepalanya dengan tatapan bersalah.

"Bagus, sekarang lanjutkan ceritamu." ucap Mizran kembali duduk di tempatnya.

Ezra menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya.

"Saat itu, aku pergi ke tokonya mau memintanya surat rumah Nenek yang sudah terbayar lunas. Tapi Vino bilang rumah Nenek belum lunas kecuali aku mau jadi pacarnya. Aku menolaknya dengan keras, dia membujukku dengan memberi perhiasan kalung padaku. Saat aku memegangnya tiba-tiba saja dia berteriak memanggilku pencuri dan menghubungi polisi. Aku tahu semua ini niat jahat Vino yang tidak kesampaian untuk mendapatkan apa yang dia inginkan." ucap Ezra dengan sinar mata penuh kebencian.

"Memang apa yang di inginkan Vino?" tanya Mizran memajukan badannya merasa penasaran dengan cerita Ezra.

"Tubuhku, apalagi kalau bukan itu!" ucap Ezra sambil mengusap perutnya yang sudah berbunyi dengan keras.

Mizran menelan salivanya kembali bersandar di kursinya setelah mendengar jawaban Ezra.

"Apa Vino pria yang tampan?" tanya Mizran memastikan apa yang ada di dalam pikiran Ezra.

"Sama sekali tidak tampan, dia pria tua seperti Tuan, tapi dia sangat sombong. Dia punya hotel juga toko perhiasan. Dan satu lagi dia terkenal sebagai rentenir di desaku. Sama sekali tidak ada kebaikan dalam dirinya." ucap Ezra dengan tatapan jijik saat menceritakan tentang sosok Vino.

Mizran kembali menelan salivanya saat Ezra tanpa basa-basi menyebutnya pria tua.

"Apa aku terlihat tua di matamu?" tanya Mizran penasaran dengan dirinya sendiri saat Ezra menyebutnya pria tua.

"Bukankah Tuan memang sudah tua? tapi Tuan sangat tampan tidak bisa di bandingkan dengan Vino yang sudah tua, jelek dan tidak menjijikkan." ucap Ezra tanpa malu-malu memuji ketampanan Mizran.

"Aku rasa sudah cukup penjelasanmu untuk hari ini Ezra. Sekarang kamu bisa makan makananku ini. Makanlah." ucap Mizran mengeluarkan bekal siangnya dan di berikan pada Ezra.

"Tuan sendiri bagaimana? apa Tuan tidak lapar? kita bisa makan bersama Tuan." ucap Ezra dengan tatapan mata polosnya.