Di rumah kontraknya Helen mengacak rambutnya yang sudah berantakan seperti sapu kusut. Digigit kuku dan jempolnya sambil mondar-mandir mencari cara untuk bisa menghindari ucapan dari Bryan.
Kejadian 15 menit yang lalu ...
"Aku suka kamu!"
Tiga kata terlontarkan dari mulut Bryan ketika Helen bersiap untuk melangkah kaki keluar dari apartemennya. Antara terkejut, syock, jantungan dan terakhir terpaku diam.
"Aku suka kamu! Apa kamu mendengarnya, saya rasa kamu mendengar. Apa yang saya lontarkan kepadamu." Bryan kembali bersuara tetap Helen tidak berkutik mencerna kata-kata dari bibir si Bos sinting ini.
"Apa saya tidak boleh menyukai staf sendiri apalagi dia sekretaris yang sudah lama saya pendamkan perasaan selama ini. Kamu pasti tahu maksud ucapan saya ini. Kenapa saya tidak mengizinkan kamu dekat dengan divisi lain, selain diriku."
Bryan tetap berbicara, Helen masih memikirkan cara untuk menolak. Tapi tidak ada yang tepat untuk di berikan jawaban pada Bryan. Langkah kakinya mulai bergerak kembali untuk melanjutkan keluar dari apartemennya.
****
Setelah di kontrakannya sendiri, Helen masih memikirkan cara untuk menjawab agar Bryan mengerti penolakannya.
"Haisshh...! Ini benar-benar berat buat diriku! Apa yang harus aku lakukan?!" Helen berbicara diri sendiri.
Bunyi pesan masuk diponselnya, Helen mengecek ponsel disaat dirinya sedang frustrasi, pesan dari Eric. Sepertinya lampu kembali terang diatas kepalanya. Ide untuk memberi jawaban pada Bryan sudah didapatkannya.
Helen mulai mengetik layar keyboard-nya, mungkin ini akan pengaruh baginya. Bisa jadi Bryan akan menerima dengan lapang dadanya. Chating'an antara Helen dan Eric semakin berjam-jam.
Pada malam harinya Helen meminta Bryan ketemuan di salah satu Kafe terdekat, Bryan tentu dengan senang hati mengiyakan. Bryan sudah tahu kalau Helen tidak akan menolak perasaannya soal tadi siang.
Bryan sudah menunggu Helen dari tadi belum juga datang, dengan pakaian kasual yang santai tentu buat di dalam Kafe melirih sejenak sekaligus menatap gratis cuci mata.
Bryan menemukan sosok Helen saat masuk ke dalam Kafe tersebut, saat melambai tangan padanya, mata Bryan mendelik sempurna dengan pandangan yang tidak menarik untuk di lihat.
"Maaf, Pak. Sudah lama menunggu? Tadi dijalan macet," sapa Helen sopan.
Wajah yang gembira menjadi surut kembali. Bryan akan mendapat guncangan hebat pada harga diri demi seorang sekretaris. Dua bola mata Bryan seperti berubah tajam saat melihat sebelah Helen seorang pria culun terpampang sangat keren. Rambutnya berbeda dari biasanya saat dirinya bertemu di rumah makan dekat kantor Kencana Global tersebut.
"Kenalkan, Pak. Dia-Eric pacar saya, kedatangan saya mengajak Bapak ke sini hanya ingin memberitahukan kalau saya sudah baru menerimanya. Mungkin Bapak merasa heran kenapa tiba-tiba saya mengatakan seperti ini. Maafkan saya, Pak." Helen memulai berbicara, Bryan tidak mendengar pembicaraan dari bibir Helen.
Yang Bryan fokuskan adalah Eric, pria culun ini. Bryan yakin ini hanya sandiwara Helen dan pria culun ini. Bryan tentu tidak akan tertipu sandiwara apa yang mereka rencana. Yang pastinya Bryan tetap akan mempertahankan pendiriannya untuk bisa mendapatkan Helen.
"Oh, begitu. Jadi kamu bekerja di Kencana Global sudah berapa tahun? Apa gaji kamu bisa menghidupi istrimu nanti?" Bryan seperti orang tua mempertanyakan untuk Eric buat Helen bingung.
"Insyallah cukup menghidupi istri dan anak-anak. Meskipun gaji saya tidak sebanding dengan penghasilan tinggi seperti Anda," jawab Eric gugup.
Bryan senyum tipis tak terlihat oleh Helen, Bryan sudah yakin ini hanya drama. Bryan akan senantiasa mengikuti permainan mereka, sampai berapa lama mereka membodohi diri mereka sendiri. Bryan tidak mempermasalahkan kalau Helen si sekretarisnya menolak perasaannya. Gagal boleh saja tapi ini akan buat semangat jiwa untuk Bryan semakin ingin mendapatkan hasil lebih baik.
"Begitu, semoga hubungan kalian langgeng, ya. Kalau begitu saya pinjam pacar kamu dulu, ya. Kamu tenang saja, tidak akan saya apa-apaan," ujar Bryan menatap Helen sekilas.
Helen waswas jika Eric di apa-apain sama Bryan. Tapi Eric malah senyum dia akan baik - baik saja. Di luar Helen bisa melihat percakapan antara Eric dan Bryan. Helen tidak bisa mendengar, perasaan Helen benar tidak nyaman. Yang ditakutkan adalah Bryan bertindak gegabah pada Eric. Kan, ini semua rencana darinya.
"Aku tahu kamu suka sama Helen, tapi, kamu juga harus tahu Helen itu sekretarisku dan dia kerja karena aku juga. Tentu kamu bisa menyimpulkan maksud ucapan aku ini seperti apa. Sebagaimana pun kamu dekat dengan Helen. Tetap aku rebut darimu. Karena dia adalah milikku."
Bryan selesai berbicara saat Helen keluar dari Kafe tersebut. Bryan menepuk bahu Eric padahal tidak ada debu sedikit pun, Helen merasa khawatir saja sama Eric soalnya cara bicara Bryan dan Eric berbeda dari jarak jauh.
"Ya sudah, saya balik dulu dan kamu, ingat tugas besok. Tidak ada boleh terlambat." Peringatan pertama untuk Helen dari Bryan.
Helen diam tidak menanggapi yang dia cemaskan yaitu Eric dari tadi diam tak sedikit pun bersuara. Eric tentu diam karena ancaman dari Bryan berbeda. Eric bisa melihat auranya kalau Bryan benar lebih suka sama Helen daripada dirinya. Ya... meskipun hanya sandiwara tetap saja ini berbahaya untuk Helen.