Chereads / Cinta Abadi (The Eternal Love) / Chapter 39 - Cukup Sadis dan Cukup Kejam (4)

Chapter 39 - Cukup Sadis dan Cukup Kejam (4)

"Tan'er menjawab ibunda, Putri Kesembilan belas sangat baik." jawab Qu Tan'er. Dia sebenarnya tidak mengerti maksud Selir Lan, tapi tetap menjawab pertanyaan itu.

"Baik? Baik di mananya?" tanya Selir Lan.

"Putri Kesembilan sangat baik pada Pangeran." Apa hubungannya Mo Fengyang dengan dirinya? Bagaimanapun sikap Mo Fengyang, Qu Tan'er tidak peduli sama sekali. Dia juga tidak mau repot-repot peduli.

"Oh, begitu?"

"Iya." jawab Qu Tan'er dengan singkat.

"Kalau begitu, bagaimana dengan Cheng'er?"

"Pangeran juga sangat baik, Ibunda."

"Oh, memangnya apa yang baik tentang Pangeran?" tanya Selir Lan. Karena berjalan di depan, dia tidak bisa melihat ekspresi wajah Qu Tan'er saat itu.

"Saya tidak berani mengomentari Pangeran."

"Saya tidak keberatan. Silakan katakan apapun yang ingin kamu ucapkan."

"Pangeran baik dalam segala hal, Ibunda." tutur Qu Tan'er. Dalam hatinya dia juga berpikir bahwa hubungan Mo Liancheng dengan para wanita juga sangat baik. Mungkin saja Tuhan merasa iri padanya.

"Oh, dia baik dalam segala hal ya. Biarkan saya ingatkan kamu. Karena kamu sudah masuk ke kediaman Pangeran Kedelapan, kamu harus melayani Pangeran dengan baik. Jangan lakukan hal-hal bodoh yang akan membuatmu menyesal."

"Baik, saya akan mengingat nasehat ibunda." kata Qu Tan'er dengan patuh. Sepertinya, topik pembicaraan yang ditunggu-tunggu akan tiba. Setelah berbasa-basi cukup lama, akhirnya mereka masuk ke topik utama dari pembicaraan itu.

"Saya tidak peduli seberapa dekatnya hubunganmu dengan orang lain di masa lalu. Kini kamu adalah orang kediaman Pangeran Kedelapan. Maka dari itu, kamu harus memutuskan kontak dengan masa lalu dan fokus menjadi istri Pangeran. Sifat Cheng'er memang begitu. Pikirannya cukup sederhana. Dia tidak peduli dan tidak akan bertanya. Dia juga tidak ingin menjadi Putra Mahkota dan tidak punya ambisi untuk menjadi Kaisar. Dia juga tidak ingin memperebutkan takhta dengan saudara-saudaranya. Kalau kamu bermimpi menjadi permaisuri, takutnya Pangeran Kedelapan tidak akan bisa mewujudkan mimpi itu."

"..." Qu Tan'er hanya bisa tertegun. Setelah mendengar perkataan Selir Lan, Qu Tan'er akhirnya menemukan petunjuk akan pertanyaan yang sering muncul di benaknya. Ternyata…

Qu Tan'er sendiri tidak berniat menjadi istri dari Putra Mahkota, dia juga tidak berminat menjadi permaisuri. Lagipula, jika dia bisa mengatakannya, dia lebih memilih kebebasan. Dia ingin hidup bahagia tanpa terikat oleh siapapun dan apapun.

"Baik, saya akan mengingatnya. Ibunda tidak perlu khawatir, saya tahu apa yang harus saya lakukan."

"Ya, baguslah kalau begitu." Selir Lan tidak mengangguk ataupun menolehkan kepalanya untuk melihat Tan'er. Dia tetap berjalan melangkah ke depan. Tak lama kemudian, Selir Lan kembali membuka mulut. "Jika kamu tidak memiliki urusan lagi dengan Pangeran Pertama, lebih baik kamu menghentikan kontak dengannya. Jangan sampai membuat masalah. Hal ini tidak akan berdampak baik untuk mu dan juga Pangeran Kedelapan."

"Baik, saya mengerti." ucap Qu Tan'er dengan bibir yang terangkat sedikit. Dia tidak menyangka Selir Lan langsung membicarakan Pangeran Pertama. Dia juga tidak menyangka kabar kedekatan dirinya dengan Pangeran Pertama bisa terdengar sampai ke telinga Selir Lan. Tapi yang membuatnya depresi adalah kenyataan bahwa dia tidak punya bayangan atau memori sedikitpun tentang hal itu. Selama dua tahun ini, tak sekalipun Pangeran Pertama bertatap muka dengannya meskipun Pangeran pernah mengunjungi kediaman Qu.

"Sifat Fengyang memang begitu. Jangan terlalu diambil hati ya." tutur Selir Lan.

"Baik." jawab Qu Tan'er singkat.

"Apa kamu pernah mengunjungi Kakak Kedua mu, Selir Ningfei?".

"Belum, Ibunda."

"Baiklah. Coba cari waktu untuk menjenguknya." kata Selir Lan.

"Baik." kata Qu Tan'er.

Selir Lan kemudian berkata, "Carilah Cheng'er. Jangan membiarkannya berlama-lama dengan Fengyang. Sekarang sudah cukup larut. Sudah saatnya kalian pulang." Dia menyapukan pandangan ke arah taman bunga dengan tatapan mata yang penuh arti, entah apa maksud dari tatapannya itu.

"Baik. Tan'er menghantar Ibunda." Qu Tan'er melekukkan lutut dan memberi hormat menghantar kepergian Selir Lan.