Kesehatan Binar sudah pulih kembali, dia pun sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Dan hukumannya masih berlaku hingga saat ini. Dia hanya bisa ikut dengan Arganta untuk pergi ke kampusnya.
"Makannya jangan berbuat seenaknya!" Arganta mengatakan itu dengan nada meledek.
"Diam kau!" balas Binar yang kesal dengan ucapan adiknya itu.
Arganta mengatakan jika ingin melakukan apa-apa harus mengatakan padanya atau pada ayah dan ibu. Karena Binar bukanlah anak sebatang kara yang tidak memiliki keluarga.
Dia juga mengatakan sangat khawatir dan bagaimana jika terjadi sesuatu padanya. Maka semuanya akan merasa kesedihan yang sangat mendalam. Karena mereka semua sangat menyayangi Binar.
Tibalah Binar di kampus, sudah ada yang menunggunya di area parkiran. Ya. Siapa lagi jika bukan kedua sahabatnya Bianca dan Belva.
"Nah triple B sudah lengkap," ucap Arganta sembari berjalan mendekat Bianca dan Belva.
Bian terkekeh mendengar yang diucapkan oleh adiknya itu. Dia mengejek Arganta jika mau mendekati Bianca sudah bisa. Karena Bianca sudah tidak ada yang memiliki.
Belva terkekeh kembali saat melihat wajah Arganta memerah. Dia pun ikut menggodanya dengan celotehnya sehingga membuatnya memilih pergi hari ketiga wanita yang selalu menggodanya.
"Kalian jangan menggodanya terus—bagaimana jika dia jatuh cinta padaku?" Bianca berkata dengan nada sombongnya sembari mengibaskan rambutnya yang panjang.
Binar dan Belva terkekeh-kekeh mendengar ucapan Bianca. Dan mereka pun berjalan menuju ruangan di mana mereka hari ini ada mata kuliah.
Mereka tidak tahu jika ada seseorang yang sedang memperhatikan dengan niat jahat. Orang itu adalah Doni, dia ingin membalas apa yang sudah dilakukan oleh Binar padanya.
Dia menghubungi seseorang lalu membicarakan rencana yang sudah dibuatnya. "Ingat jangan sampai gagal!" ucapnya pada seseorang dari seberang telepon.
"Triple B—kalian akan mendapatkan balasan dari semua sikap kalian yang menyebalkan itu!" gumam Doni.
Perkuliahan hari ini sudah selesai, Binar berencana untuk ke sebuah cafe bersama kedua sahabatnya. Dia menghubungi Arganta agar tidak menjemputnya karena akan pergi bersama Bianca dan Belva.
Namun, rencana mereka berubah karena ada temannya yang mengundang untuk acara ulang tahun di sebuah hotel ternama di Jakarta. Binar pun kembali ke rumah lebih cepat diantar oleh Belva yang membawa kendaraan.
"Aku jemput kau jam tujuh malam ya," ucap Belva lalu menutup kaca mobilnya lalu pergi meninggalkan rumah Binar.
Bunda yang melihat kedatangan Binar menyuruhnya untuk mengantarkan dokumen yang diperlukan ayah. Dia pun mengganti pakaiannya dengan pakaian untuk mengendarai sepeda motor.
Binar memutuskan untuk menggunakan sepeda motor karena jalanan sedang macet pada jam-jam sekarang ini. Dia sudah siap lalu menyuruh satpam untuk mengeluarkan sepeda motornya.
"Bun, aku pakai motor saja ya—biar cepat Samapi di kantor ayah!" Binar berkata sembari berjalan menuju motornya yang sudah ada di halaman rumah.
Sudah lama dia tidak mengendarai sepeda motor kesayangannya ini. Binar menyalakan mesin motornya, menarik gas motornya secara perlahan sehingga motor berjalan dengan pelan saat meninggalkan rumah.
Namun, saat sudah berada di jalanan Binar menarik gas motornya dengan kekuatan penuh sehingga motor melaju dengan pesatnya. Menembus jalanan Jakarta yang tidak dilalui banyak kendaraan.
Tibalah Binar di kantor ayahnya, dia langsung menuju resepsionis untuk mengatakan pada ayahnya jika dia sudah tiba. Resepsionis itu pun menghubungi sekretaris ayahnya, lalu dia menyuruh Binar untuk langsung menuju ruang kerja sang ayah.
Binar pun berjalan menuju ruang kerja ayahnya, mengetuk pintu ruangan ayahnya. Terdengar suara perintah untuk masuk, dia pun masuk kedalam ruangan kerja sang ayah.
"Kau naik motor?" tanya ayah yang melihat cara berpakaian putrinya itu.
Binar mengangguk lalu mengatakan jika masih dihukum oleh ayah tidak boleh menggunakan mobil. Sehingga dia menggunakan motor untuk mengantar dokumen ini.
Sanga ayah menggelengkan kepalanya, dia sungguh tidak habis pikir dengan putrinya ini. Segala cara sudah dilakukan agar Binar tidak lagi menggunakan sepeda motornya. Namun, itu semua tidak berhasil.
"Baiklah—berikan dokumen itu lalu segeralah kembali ke rumah! Ingat jangan kebut-kebutan di jalan!" Ayah berkata dengan nada penekanan.
Binar mengatakan iya, dia pun meminta izin untuk pergi ke pesta nanti malam bersama Bianca dan Belva. Ada acara ulang tahun temannya dan diadakan di sebuah hotel ternama di Jakarta.
Ayahnya mengizinkan dia pergi dengan satu syarat kali tidak boleh lebih dari pukul sebelas malam. Binar tersenyum lalu memeluk sang ayah dan mengecup pipi ayahnya dengan lembut dan mengucapkan , "Terima kasih Ayah."
Setelah mengucapkan itu Binar pamit untuk kali ke rumah, tidak ada niatan untuk bermain-main. Karena malam ini Belva akan menjemput.
***
Binar dan teman-temannya sudah berada di sebuah ruangan yang memang sudah dipersiapkan dengan matang. Namun, mereka tidak menyadari sudah ada rencana busuk di balik pesta tersebut.
Doni dengan teman-temannya selalu memperhatikan Binar. Dia membayangkan bagaimana menikmati tubuh putihnya itu. Dalam benaknya Binar semakin cantik dengan balutan gaun berwarna merah menyala itu.
Entah mengapa dia lebih tertarik untuk menikmati Binar bukannya Bianca yang pernah menjadi kekasihnya. Mungkin rasa balas dendamnya hanya tertuju pada Binar. Jika bukan gara-gara dia mungkin Bianca masih menjadi kekasihnya.
Sebenarnya Doni tidak mencintai Bianca yang diinginkannya hanya tubuh Bianca. Dan juga rasa percaya dirinya akan meningkat jika sudah merenggut apa yang sangat penting bagi tripel B itu.
Doni memanggil pelayan yang sudah dibayar olehnya untuk memberikan minuman pada Binar. Namun, yang meminum minuman itu bukanlah Binar melainkan Belva.
Dan itu membuat Doni kesal lalu dia menyuruh pelayan itu kembali memberi minuman pada Binar. Kali ini keinginannya berhasil. Bianca yang meninggal Binar serta Belva sesaat untuk ke toilet.
Bianca tidak menyadari jika dia meninggalkan kedua sahabatnya dalam bahaya. Binar dan Belva sudah tidak merasa tidak enak badan. Doni mengajak temannya untuk membawa kedua wanita yang sudah terbius olehnya.
Binar mengetahui jika dia sudah dibius lalu melihat Doni memapahnya menuju sebuah kamar. Dia berniat untuk melawannya dengan sisa tenaga yang dimilikinya. Namun, tidak berhasil Doni menghempaskan tubuh Binar ke atas tempat tidur.
Doni menatap tubuh Binar dengan tatapan penuh ingin menikmati setiap jengkal dari tubuhnya. Hasratnya semakin kuat saat melihat setiap gerakan dari tubuh Binar.
Dia mendekat lalu berusaha untuk mengecup bibir binar dengan paksa. Binar tersadar sesaat, dia melihat wajah pria yang sudah ada di atasnya adalah Doni.
Dengan sekuat tenaga Binar mendorong tubuh Doni dan pria itu terhempas sehingga tubuhnya menjauh dari tubuh Binar.
Binar berusaha berdiri dengan tenaga yang masih dimilikinya, berjalan keluar dengan terhuyung-huyung. Namun, Doni berhasil menangkapnya dan membawanya masuk kedalam kamar.