"Hentikan ini Doni, jika tidak kau akan hab—," Sebelum menuntaskan kata habis, Doni mengecup bibir Binar dengan paksa.
Bug! Binar menendang bagian bawah Doni yang sensitif sehingga terjatuh dan mengerang kesakitan. Ini adalah kesempatan bagi Binar, dia membuka pintu kamar lalu berjalan dengan tenaga yang sudah hampir habis.
Brugggg!
Dia terjatuh saat menubruk seseorang di depannya, dia sudah tidak memiliki tenaga lagi. Pria itu hendak marah tetapi dia melihat dengan saksama wanita yang sudah terjatuh di hadapannya adalah gadis tengil yang menabrak mobilnya.
"Tolong aku—bawa aku ke rumah sakit ... Aku mohon!" Binar berkata dengan lirih.
Pria itu dengan cepat menggendong Binar, saat menggendongnya dia tahu jika gadis ini sudah dibius. Dia berjalan dengan cepat menuju mobilnya, lalu menyuruh asistennya untuk segera membawa ke rumahnya. Karena jika dibawa ke rumah sakit maka akan membuat nama baik dirinya dan juga gadis ini tercemar.
Dalam perjalanan menuju rumah, Binar merasakan tubuhnya sangat panas sehingga dia berusaha untuk melepaskan pakaian yang menempel di tubuhnya. Namun, pria itu berusaha menahan apa yang dilakukan oleh Binar.
Dia memegang kedua tangan Binar dengan kuat dan tibalah mereka di rumah yang begitu megah dan memiliki banyak sekali pengawal. Pria itu menggendong Binar, berjalan memasuki rumah.
"Hubungi Alan—suruh dia kemari secepat mungkin!" ucap pria itu pada asistennya.
Dengan cepat sang asisten menghubungi Alan, dia adalah dokter sekaligus sahabat pria yang sudah menyelamatkan Binar. Alan yang sudah di hubungi oleh asisten sahabatnya itu bergegas pergi dengan membawa peralatannya.
Pria itu menghempaskan Binar yang sudah membuatnya tidak bisa menahan hasrat untuk segera melahapnya. Binar menarik dasinya lalu mengatakan jika dia sudah tidak tahan lagi.
"Tuan Adnan, Dokter Alan sedang dalam perjalanan menuju kemari!" ucap Candra pada Adnan yang dasinya masih ditarik oleh Binar.
Candra tahu jika saat ini dia harus meninggalkan tuannya dengan gadis yang sudah tidak sadar itu. Sembari meninggalkan dokter di depan rumah.
Binar masih saja menginginkan hal-hal yang bisa memenuhi semua hasratnya. Obat biusnya sudah semakin membuat dia tidak sadar dan menginginkan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sama sekali.
"Aku sudah tidak tahan lagi," ucap binar dengan lirih sembari menarik kembali dasi Adnan. Sehingga wajah mereka sangat dekat.
Adnan tersenyum lalu dia berkata, "Ini yang kau inginkan gadis tengil!"
Dengan lembutnya Adnan memberikan kecupan pada Binar, kecupan mereka semakin membuat hasrat mereka semakin meningkat. Sentuhan-sentuhan lembut mulai dilayangkan oleh Adnan pada tubuh Binar, sehingga membuat tubuhnya menggeliat.
Dilain tempat, Doni yang merasa kesal karena kehilangan Binar langsung menuju kamar yang di sana ada Belva. Terlihat Belva sudah tidak bisa menahan gejolak yang ada di dalam dirinya karena pengaruh obat bius yang diberikan oleh Doni.
"Berjaga di luar—jangan biarkan ada yang masuk!" perintah Doni pada temannya.
Doni mendekati Belva yang sudah tidak sadarkan diri dan menginginkan semua hasratnya terpenuhi. Dia sudah tidak peduli jika yang ada di hadapannya adalah Doni, pria yang sudah mengkhianati Bianca.
"Apa kau menginginkan semuanya, Sayang?" bisik Doni sembari menggigit daun telinga Belva.
Belva menggeliat saat Doni melakukan itu, tubuhnya masih ingin merasakan yang lebih lagi dan lagi. Doni memandang wajah Belva dengan lekat, dia berkata dalam hatinya jika wanita yang ada di hadapannya ini tidak kalah cantik dengan Binar dan Bianca.
Sebelum memulai semuanya Doni memasang sebuah alat untuk merekam semua yang mereka lakukan. Setiap permainan yang dilakukannya terekam sangat jelas. Semua itu akan dia gunakan untuk mempermalukan triple B.
Saat Doni melakukan permainan busuknya, Binar yang masih berada di rumah Adnan melakukan hal-hal yang membuat Adnan tidak bisa bertahan dari godaannya.
Dalam benak Adnan gadis tengil ini sudah membuatnya tergoda. Beberapa saat kemudian Alan tiba, dia terbelalak saat melihat Adnan yang sedang bermesraan dengan seorang gadis, dia berpikir akhirnya sahabatnya itu terlihat normal.
Adnan menyadari kedatangan Alan, dia langsung melepaskan Binar dan menutup tubuhnya dengan selimut yang ada di atas tempat tidur. Alan terkekeh saat melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Jangan tertawa—cepat periksa dia!" Adnan berkata dengan nada dingin.
Alan tersenyum dia mengatakan senang melihat temannya bisa berlaku normal di dekat wanita yang sedang penuh hasrat seperti ini. Karena biasanya Adnan selalu meninggalkan wanita yang sudah menginginkan kepuasan darinya. Bahkan tidak pernah menyentuh wanita yang menginginkannya.
Melihat wanita yang masih dipegang erat oleh sahabatnya itu, Alan memeriksa dengan saksama. Dia menuliskan resep yang harus dibeli obatnya dengan cepat. Sebelum itu dia harus didinginkan tubuhnya.
Adnan menyuruh Candra untuk membeli obat yang sudah dituliskan oleh Alan. Dan Alan pun memutuskan untuk pergi karena ada pasien yang harus dia rawat. Sebelum pergi Alan mengatakan jika gadis itu harus didinginkan.
Mungkin maksud dari Alan adalah Adnan harus memenuhi apa yang diinginkan oleh Binar. Namun, yang ada di pikiran Adnan adalah merendam Binar dengan air dingin di dalam bathtub.
Adnan menyiapkan air dingin di dalam bathtub setelah semuanya siap. Dia menggendong Binar dan melepaskan ikatan di kedua tangannya. Jika Alan melihat itu mungkin dia akan kembali terkekeh.
Dia mengikat Binar karena sudah tidak bisa menahannya, berjalan menuju kamar mandi lalu menghempaskan Binar ke dalam bathtub. Binar merasa kedinginan, dalam benak Adnan mungkin gadis itu memerlukan beberapa menit untuk mendinginkan tubuhnya.
Adnan sungguh terkejut saat binar beranjak dari bathtub lalu mendekapnya dari belakang. Jantung Adnan berdegup tidak beraturan. Tangan Binar mulai menjalar di tubuh Adnan, dia sudah tidak bisa menahannya lagi.
Dengan lembut Adnan melepaskan tangan Binar, dia membalikkan tubuhnya lalu melihatnya dengan lembut. Dalam benaknya gadis tengil ini jika sedang sadar seperti kucing liar yang bisa mencakar musuhnya dengan sangat kejam.
Wajah mereka sangat dekat, dengan lembut Adnan mengecup bibirnya. Satu per satu pakaian basah yang menempel pada tubuh mereka berdua.
Adnan tahu apa yang harus dia lakukan, dia tidak mungkin mengambil kesempatan pada wanita yang sedang tidak dalam keadaan sadar. Dia hanya membuat permainan yang bisa memenuhi hasratnya.
Candra yang baru saja masuk kedalam kamar tidak melihat tuannya dan gadis itu. Dia mendengar ada suara di dalam kamar mandi, senyumnya timbul. Dia menyimpan obat yang sudah dibelinya lalu pergi meninggalkan kamar.
Binar jatuh tak sadarkan diri setelah hasratnya terpenuhi, Adnan menggendongnya lalu menidurkannya di atas tempat tidur. Butuh waktu yang lama untuk membuat hasrat Binar terpenuhi sehingga membuat Adnan kelelahan. Dan akhirnya dia pun merebahkan tubuhnya di samping Binar.