Chereads / PARTNER IN CRIME : FRIENDZONE / Chapter 3 - 2. Profil [Most Wanted]

Chapter 3 - 2. Profil [Most Wanted]

Partner in crime, sebuah hubungan yang mereka jalani. Hanya sebatas sahabat tapi terkadang melebihi kekasih. Chakra adalah moodboster Lova, selalu jadi tempat bercerita saat dia senang, sandaran saat dia bersedih. Chakra selalu mengusahakan bahwa apapun keadaannya, dia harus bisa berada di samping Lova saat gadis itu membutuhkannya. Pria itu selalu menyediakan bahu untuk tempat bersandar, jari untuk menghapus airmatanya, dan tangan yang senantiasa menggenggamnya kemanapun mereka pergi.

Bagi Chakra, Lova memiliki tempat tersendiri di hatinya. Bukan sebatas sahabat namun juga bukan sebagai kekasih. Meskipun banyak orang yang bilang hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak lepas dari yang namanya love and lust….

***********

Klub MILLENIUM adalah klub yang berlokasi di jalan Moh. Yamin, Jakarta Pusat. Klub ini adalah salah satu klub yang paling happening di Jakarta. Klub yang bernuansa warna safir blue ini merupakan klub yang di buat khusus untuk para pelajar di Jakarta, tanpa minuman beralkohol, tanpa penari seksi dan juga tanpa rokok. Hanya musik DJ yang bergemang di ruangan ini.

Pilar Samudra alias ayahnya Chakra adalah pemilik dari tempat ini. Pria paruh baya itu melarang keras adanya asap rokok di ruangan ini, apalagi minuman dan obat-obatan terlarang.

Kekayaan keluarga Samudra memang sudah tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Putra tunggalnya yang akan meneruskan warisannya kelak. Pemuda jangkung yang malam ini mengenakan kaos hitam dilapisi kemeja kotak-kotak warta biru hitam.

Chakrawala Samudra [Chakra], pemuda akhir baliq yang mempunyai tinggi badan 180 cm, kulit putih khas asia, rahang tegas, serta mata coklat gelap kebanggaannya. Keluarga Putranta adalah pengusaha di bidang kuliner, mempunyai lebih dari 4000 cabang restoran yang tersebar di seluruh Indonesia dan juga lebih dari 700 yang tersebar di seluruh dunia.

Chakra tersenyum sekilas pada dua teman di sampingnya. Pria yang sudah ia kenal sejak mereka masih menggunakan popok.

Pertama, ada Naruchaka Sangabiru Arsangaji [Naka] . Pemuda Jawa ini memiliki karisma yang membuat siapa pun terpukau. Pemuda ini memiliki seorang ayah miliyader Asia yang cukup terkenal di kalangan pebisnis dunia. Meskipun dulu ayahnya mengambil urusan teknik di ITB Bandung, tapi siapa yang menyangka jika sekarang menjadi salah satu pebisnis terkemuka. Einer Dirgantara Group adalah sebuah perusahaan multi usaha yang bergerak di bidang fashion sampai consultant. Salah satu brand yang berhasil di launching-kan EDG adalah Cassablanca. Siapa yang menyangka bahwa parfum terkenal itu adalah karya dalam negeri?

Berikutnya pandangan mata Chakra beralih pada pemuda yang memakai jaket warna hitam. Pemuda itu tengah sibuk dengan ponsel di tangannya.

Namanya Galaksi Handaru Bramasta [Haru]. Tipe most wanted yang mendapat julukan playboy kelas kakap. Sama seperti ayahnya yang dulu seorang model, pria ini juga memiliki penampilan di atas rata rata. Di sekolahnya saja, dia sudah memacari 90 % dari adik kelasnya yang notabena kelas VII dan VIII. Playboy tampan ini nantinya akan menjadi pewaris dari SADIA FINANCIAL GROUP yang sekarang masih di pegang oleh ayahnya. Perusahaan yang bergerak di sektor finansial, asuransi dan perbankan. Perusahaan Sadia Financial ini sudah bekerja sama dengan bank yang ada di Swiss dan juda New York. Market cap yang dimiliki oleh perusahaan ini mencapai 20,4 miliyar US dollar sehingga menjadikan keluarga Sadia menjadi keluarga terkaya no. 4 di Indonesia.

"Kalian mau lanjut SMA dimana? Roma dong pastinya!" seru Haru begitu selesai absen sama pacar-pacarnya.

"Gue di Deandless," sahut Chakra sembari menegak gelas berisi cocktail tanpa alhokol miliknya.

"Kenapa Lo nggak gabung sama kita?" tanya Naka menautkan alisnya bingung.

"Bokap gue 'kan alumni Deandless. Otomatis dia juga pengen gue masuk sana. Lagian sama aja menurut gue," celoteh Chakra tak acuh.

"Gue dukung Lo sih, Chak. Kalau kita beda sekolah, zona kepopuleran gue pasti meningkat. Gue bakal sering mampir nengokin Lo kok," ceriwis Haru tersenyum lebar.

FYI : Naka, Haru dan satu lagi teman mereka yang hari ini tidak datang sekolah di Roma. Sedangkan Chakra sendri sekolah di Deandles. Meskipun orang tua mereka alumni Deandles, tapi mereka tidak memaksa anak anaknya untuk bersekolah di sekolah yang sama dengan mereka. Lagi pula benar apa jata Chakr tadi, bahwa semua sekolah sama saja.

"Halah, bilang aja Lo mau tebar pesona sama penghuni Deandles," cibir Chakra mengetahui niat busuk Haru.

Haru hanya cengengesan setelah niatnya terbaca dengan mudah oleh Chakra.

"Jangan cewek aja yang Lo dikirim, Ru. Ujian bentar lagi. Nggak lulus ujian, baru tahu rasa Lo," nasehat Naka tersenyum mengejek.

"Amit-amit dah!" seru Haru spontan. "Kalian tahu sendiri kalau bokap gue itu tegas, gue di skors 2 Minggu gara-gara ketahuan ngerokok di kamar mandi aja dibiarin. Gue yakin, kalau pun nanti nggak lulus ujian. Bokap gue bodo amat," curhatnya kemudian.

"Bukannya diem aja, Ru. Tapi bakalan depak Lo dari daftar warisan dan ngadopsi anak dari panti asuhan. Anak tunggal kayak Lo nggak berguna buat masa depan," celoteh Chakra mengejek Haru.

"Sialan, Lo! Enggaklah! Nyokap gue bisa nangis tujuh turunan kalau sampai gue di usir dari rumah," omel Haru.

"Eh, siapa bilang di usir? Orang Lo bakalan dijadiin pembantu atau tukang kebun kok. Ya Lo kan tamatan SMP, mentok di dua jabatan itu doang." Naka tertawa setelah mengejek Haru barusan.

"Ck, kompak banget ya, Lo berdua ngehujat gue," dumel Haru kesal.

Chakra dan Naka semakin tertawa melihat ekspresi kesal milik Haru.

Setelah puas mengejek dan mentertawakan Haru, Chakra mengutak-atik ponselnya lama. Berulang kali membuka kontak dan mencari satu nama, setelah dapat ia ragu-ragu apakah akan memencet gambar telfon warna hijau atau tidak.

"Ah," desah Chakra seraya melempar ponselnya pelan ke atas meja.

"Kenapa Lo, Chak?" tanya Naka menatap Chakra dengan raut bingung.

Haru yang awalnya fokus menikmati makhluk-makhluk cantik di tempat ini ikut menoleh ke arah Chakra.

"Tadi sebelum gue ke sini, gue ketemu dulu sama Kak Adisti, " ucap Chakra menjelaskan awal mula kegundahannya.

"Kak Adisti sepupu Lo?" tanya Haru.

Chakra mengiyakan pertanyaan dari Haru.

"Terus?" tanya Naka kemudian.

"Nah, di jalan gue ketemu sama cewek, eh... lebih tepatnya berantem. Kayaknya sih, dia seumuran sama kita," oceh Chakra.

"Terus Lo kenalan sama cewek itu? Lo ngeluarin jurus menggaet cewek yang udah gue ajarin dong!" seru Haru heboh.

"Boro-boro ngajak kenalan, udah syukur gue masih bisa ketemu sama Lo berdua. Dia galak banget, sumpah. Apalagi pertemuan pertama kita nggak kondusif. Sinis aja sama gue. Difikir gue ini virus korona kali ya," oceh Chakra mengomel.

Naka tersenyum geli mendengar omelan Chakra barusan.

"Ya udah, cari cewek lain aja. Jakarta masih luas, Indonesia apalagi. Kalau masih kurang, temen cewek gue di seluruh dunia juga ada. Lo tinggal kasih tahu gue aja, tipe cewek impian Lo itu kayak gimana? Cantik ada. Tunggi ada. Putih ada. Sawo ada. Manis ada. Imut ada. Semuanya ada pokoknya," ceriwis Haru panjang lebar.

"Lo udah kayak mas-mas sales panci aja," cibir Naka pada Haru.

"Gue nggak lagi cari pacar, Ru. Gue juga nggak berniat jadiin dia pacar gue. Gue cuma mau deket aja sama dia," sahut Chakra jujur.

"Wah, PHP Lo. Pengecut yang sembunyi dibalik hubungan Friendzone," oceh Haru.

"Udah gue bilang, gue nggak lagi nyari pacar, Njing. 100% temenan," ujar Chakra menjelaskan.

"Halah. Diem-diem pasti ntar Lo kejebak juga. Arusnya terlalu deras, Bro. Lo nggak akan kuat," canda Haru yang langsung mendapat lemparan kulit kacang dari Chakra.

"Lagian nggak semua hubungan friendzone itu nggak sehat. Ada kok yang temenan sampai tua, dengan partner hidup yang bisa menerima hubungan itu."

"Iya, tapi..."

"Lo tahu dia sekolah dimana?" tanya Naka memotong ucapan Haru. Ia tidak ingin jika pertengkaran mereka berlanjut lebih lama lagi.

Chakra menggeleng pelan. "Gue nggak tahu."

"Kalau nama?" tanya Naka lagi.

Chakra tersenyum lebar. "Namanya Lova."