Chereads / Misteri Bulan Purnama / Chapter 56 - Menghilang Sepanjang Hari

Chapter 56 - Menghilang Sepanjang Hari

Huo Liancheng menatap mata Nyonya Huo.

"Nenek, sudah larut, sudah waktunya aku kembali untuk beristirahat, Yiren menungguku."

Ketika Nyonya Huo mendengarnya, tiba-tiba dia merasa kesal, "Huo Liancheng, katakan yang sebenarnya, apakah kamu sengaja membiarkan Nenek mengadopsi Yu Yiren?"

Huo Liancheng tersenyum lalu berbicara, "Nenek, aku sedikit tidak bisa mengerti maksud perkataanmu, aku sengaja? Apa manfaatnya untukku? Aku mengerti Keluarga Huo menginginkan dua belas rempah aromatik."

"Pada masa itu ada rumor yang mengatakan bahwa diantara ke dua belas rempah aromatik itu enam diantaranya ada di tangan Keluarga Yu, bukankah kita melakukan semua ini demi mendapatkannya? Demi kemasyhuran Keluarga Huo?"

"Lalu mengapa diantara Yu Yiren dan Yu Yishui, kamu malah meminta untuk mengadopsi Yu Yiren? Kamu juga mengatakan bahwa Yu Yiren berbakat, menurut pengamatan Nenek dalam sepuluh tahun ini, Yu Yiren bukan hanya tidak memiliki bakat dalam hal wewangian, tetapi dia juga bisa dibilang bodoh!"

Nyonya Huo berkata sambil menghentakkan tongkatnya dengan keras.

Namun Huo Liancheng malah tertawa pelan.

"Nenek, jangan khawatir! Aku memiliki rencana sendiri. Kita juga masih bisa memanfaatkan Yu Yishui."

Nyonya Huo kemudian menarik napas dalam-dalam,

"Baiklah, pergilah beristirahat, dan keluarlah lebih sering di siang hari, jangan menghilang sepanjang hari, ini bukan zaman kekaisaran kuno yang sangat misterius, sudah berapa lama Nenek tidak melihatmu?"

Huo Liancheng tersenyum pelan dan pergi dengan kursi rodanya.

Begitu Huo Liancheng pergi, Nyonya Huo berjalan mondar-mandir di aula kuil dengan tongkat di tangannya.

Lalu ada seorang pelayan memasuki ruangan, "Nyonya Rumah, Tuan Keenam, um...."

 "Ada apa dengan Huo Jincheng? Huo Jincheng yang biasanya jarang keluar bahkan telah menemuiku, sekarang malah Huo Jincheng yang tidak datang-datang!" Ujar Nyonya Huo yang merasa sedikit terganggu.

Pelayan itu kemudian berkata dengan gugup, "Nyonya Rumah, saya baru saja pergi ke Zhuxuan untuk memanggil Tuan Keenam, kemudian saya mendengar pergerakan dari dalam ruangan selir ketujuh, saya rasa Tuan Keenam ada di sana, saya tidak berani mengganggu."

Nyonya Huo lalu berkata dengan nada marah, "Huo Jincheng ini masih terluka, para selir itu hanya akan mengganggunya, lagi pula tidak ada di antara mereka yang berhasil menghasilkan keturunan untuk keluarga ini!"

Pelayan tua itu kemudian berkata sambil tersenyum, "Nyonya Rumah, jangan khawatir, keturunan baru dari Keluarga Huo ini akan datang cepat atau lambat."

"Ah!" Nyonya Huo menghela nafas.

"Sudahlah, semua ini terjadi karena Huo Jincheng dan Huo Liancheng masih bertengkar karena masa lalu, mereka berdua masih belum bisa memaafkan satu sama lain. Ketika Huo Jincheng datang, Huo Liancheng tidak akan muncul. Ketika Huo Liancheng muncul, Huo Jincheng tidak akan datang. "

Pelayan tua itu berpikir sejenak lalu berkata, "Nyonya Rumah, apakah ini tentang kejadian delapan tahun yang lalu?"

"Um." Nyonya Huo mengangguk.

"Delapan tahun yang lalu, ketika sepasang kaki Huo Liancheng dinyatakan lumpuh, dia menjadi depresi dan tidak pernah keluar rumah. Namun, Huo Jincheng menjadi semakin arogan. Sebenarnya aku sangat sedih dengan situasi seperti ini, kenapa ini bisa terjadi...."

Nyonya Huo terus berbicara, dan pembantu rumah tangga tua itu hanya bisa berdiri di sampingnya dan mengucapkan beberapa patah kata dari waktu ke waktu untuk menghiburnya.

....

Di Hanyuan.

Yu Yiren sedang duduk di dalam kamar, dengan tangan di pipinya, ia masih memikirkan apa yang dilihatnya tadi malam.

Mengapa bisa bertemu dengan kakak?

Apa hubungan antara kakak dan Tuan Ketujuh?

Apa yang mereka bicarakan tadi malam?

Mengapa rasanya hubungan antara kakak dan Tuan Ketujuh begitu...

"Ciitt~" Kemudian terdengar suara pintu terbuka.

Lalu kursi roda Huo Liancheng perlahan masuk.

Yu Yiren tersadar dan buru-buru bangkit dari tempat tidurnya, "Tuan Ketujuh sudah datang, aku akan menuangkan secangkir teh untuk Tuan."

"Tidak perlu." Huo Liancheng mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Yu Yiren, lalu berkata dengan suara rendah, "Duduk di pangkuanku, aku harus mengatakan sesuatu padamu."

Yu Yiren meletakkan teko teh, lalu berjalan maju dan duduk di pangkuan pria itu. "Tuan Ketujuh, apa yang ingin Tuan katakan padaku?"