Yu Yiren mengangkat kepalanya perlahan, wajahnya masih terlihat seperti anak-anak. Ia memiliki sepasang mata hitam yang besar; jernih; dan cerah. Hidungnya kecil, serta rambutnya yang dikepang dua, ditambah lagi roknya yang bermotif bunga-bunga.
Mata Huo Jincheng tampak terpesona, bukan karena kecantikan gadis kecil di depannya, namun karena sepasang mata itu terlalu menakjubkan, hitam dan sangat cerah.
"Seorang gadis dengan banyak keingintahuan." Terdengar suara Huo Jincheng yang sedang menundukkan kepalanya, dan menyeruput teh lalu meletakkan cangkirnya.
Yu Yiren menahan napas kemudian mengarahkan matanya ke belakang tirai, ia ingin melihat Tuan Keenam.
"Kamu benar-benar ingin melihatku?" Huo dapat melihat kedua mata Yu Yiren yang terus menatapnya.
Yu Yiren hanya diam dan tidak berani menjawab.
"Jangan khawatir, cepat atau lambat kamu akan melihatku." Suara Huo Jincheng terdengar begitu tenang.
Suasana hening untuk beberapa saat, dan wewangian kayu cendana di atas meja ruangan itu telah terbakar habis, dan aroma harumnya pun menghilang perlahan.
"Setelah melihatku tadi, bukankah kamu tahu harus berkata apa?" Sekali lagi, terdengar suara seorang pria yang sangat dingin.
Yu Yiren tertegun lalu dengan sigap berkata, "Tuan Keenam, hari ini aku tidak melihat apa-apa."
"Ah…." Lelaki itu tertawa kecil. "Iya, untuk umur semuda ini, kamu lumayan pintar."
Yu Yiren tidak berani mengatakan apapun, dan hanya menundukkan kepalanya karena ia tahu bahwa Tuan Keenam tidak akan membiarkannya melihat wajah aslinya.
"Apakah kamu pernah bertemu dengan Tuan Ketujuh?" Di belakang tirai itu, Huo Jincheng dapat melihat orang di hadapannya dengan jelas.
Yu Yiren menggelengkan kepalanya lalu menjawabnya dengan suara rendah. "Belum pernah."
"Apakah kamu mau bertemu dengannya?"
Yu Yiren mengangguk lalu mengedipkan matanya. "Mau."
"Sungguh gadis yang jujur." Huo Jincheng berkata sambil tersenyum. "Apakah tahun ini kamu berusia dua belas tahun?"
"Iya, sudah dua belas tahun." Jawab Yu Yiren dengan suara rendah.
Di belakang tirai, terdengar suara gerakan tangan Huo Jincheng yang sedang menggosok cangkir teh. Tidak lama kemudian, bibir tipisnya terbuka dengan lembut. "Tunggu empat tahun lagi, dan kamu akan melihatnya. Kamu juga bisa melihatku empat tahun kemudian, sekarang kembalilah."
Yu Yiren lalu bangun dari lantai dengan rasa kecewa. Ia lupa jalan keluar dari Zhuxuan, dan hanya tahu jalan kembali ke Meiyuan. Ia seperti orang linglung, dan kedua kakinya lemas.
"Yiren, kamu dari mana saja? Aku mencarimu kemana-mana." Xiao Taohong melangkah mendekatinya lalu menarik lengan Yu Yiren.
Yu Yiren yang awalnya ingin berbicara akhirnya mengurungkan niatnya.
Xiao Taohong melihat sekelilingnya lalu berkata," Yiren, jangan lupa, besok adalah malam bulan purnama."
Wajah Yu Yiren tiba-tiba memucat, karena ia tahu persis apa arti dari malam bulan purnama itu.
…...
Keesokan malamnya, bulan purnama yang indah terlihat di langit.
Sementara itu di dalam Meiyuan.
Yu Yiren bersandar di sudut tempat tidur, dan dahinya penuh dengan butiran keringat dingin.
"Tidak nyaman." Ucap Yu Yiren sambil menangis pilu.
"Sangat sakit…."
Ia dapat dengan jelas merasakan bahwa hatinya seolah sedang dipotong dengan pisau.
"Ciitt ~" Lalu terdengar suara pintu yang terbuka.
Xiao Taohong menyelinap masuk untuk membawakan kotak makanan. Ia melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada orang di sana.
"Yiren, pria misterius itu mengirimimu obat lagi untuk sakit di hatimu."
"Tolong cepat berikan kepadaku, ini sangat menyakitkan." Ujar Yu Yiren yang tidak berdaya.
Xiao Taohong segera mendekatinya. "Jangan khawatir, ini obatnya."
Xiao Taohong buru-buru membuka kotak makanan itu, dan mengeluarkan semangkuk darah yang masih mengepul.
"Yiren, cepat di minum, setelah meminumnya kamu tidak akan merasa sakit lagi."
Yu Yiren mengambil mangkuk darah itu dengan satu tangan lalu meminumnya.
Darah di mangkuk itu terlihat semakin sedikit.
Mulut Yu Yiren penuh dengan darah, lalu ia menutup matanya dan menghela nafas lega.
Xiao Taohong segera mengambil sapu tangannya untuk menyeka darah di sudut mulut Yu Yiren.
"Yiren, apakah hatimu masih sakit? Apakah sekarang sudah lebih baik?"
Yu Yiren mengangguk, dan wajah pucatnya perlahan-lahan kembali normal.
"Xiao Taohong, menurutmu kenapa aku seperti ini?"
Xiao Taohong menundukkan kepalanya. "Yiren, kamu jangan khawatir."
Yu Yiren mengerutkan keningnya lalu memegang tangan Xiao Taohong.
"Pernahkah kamu melihat wajah pria misterius itu? Sebenarnya siapa dia?"
Xiao Taohong menggelengkan kepalanya. "Terlalu gelap, pria itu datang lalu buru-buru pergi dengan wajah tertutup. Ia ke sini hanya untuk membawakanmu semangkuk darah ini."
Mata Yu Yiren menampakkan rasa penasaran. "Orang ini bisa datang dan pergi dengan bebas di dalam rumah keluarga Huo yang begitu besar, dan ia tahu bahwa aku mengidap penyakit hati, benar-benar sulit diterima oleh akalku."
"Yiren, apakah kamu tidak tahu jenis penyakit aneh apa yang sedang kamu derita? Bisakah itu disembuhkan?" Tanya Xiao Taohong yang merasa khawatir.
"Sudah empat tahun lamanya, namun penyakit ini tidak kunjung membaik."
"Aku benar-benar tidak ingin terus menerus meminum darah." Ujar Yu Yiren lalu tersenyum getir.
Xiao Taohong merasa iba lalu menghela nafas. "Ketika kamu datang ke rumah keluarga Huo pada usia enam tahun, saat itu aku lah yang selalu bersamamu. Kejadian ini bermula ketika kamu berumur delapan tahun. Setiap malam bulan purnama, lelaki misterius itu akan mengirimimu darah. Aku merasa pria misterius itu selalu berada di dekat kita."
Yu Yiren lalu melihat sekeliling, hatinya merasa sangat ketakutan.
Yu Yiren lalu menggenggam tangan Xiao Taohong dengan erat dan berkata, "Xiao Taohong, apakah kamu tahu apa yang paling aku khawatirkan saat ini?"
"Aku tahu kamu khawatir tentang hari saat kamu akan dinikahkan dengan Tuan Ketujuh empat tahun lagi kan?" Jawab Xiao Taohong sambil tersenyum getir.
"Apakah menurutmu Tuan Ketujuh akan takut jika ia tahu bahwa aku menderita penyakit ini?"
Yu Yiren mengkhawatirkan hal itu hari demi hari, namun di sisi lain ia juga sangat ingin bertemu dengan Tuan Ketujuh.
Xiao Taohong berusia tiga tahun lebih tua dari Yu Yiren, dan ia berusaha menenangkan Yu Yiren, "Yiren, pria misterius itu sudah pernah berkata bahwa kamu tidak akan bisa menghentikannya, itu sudah menjadi takdirmu. Kamu hanya bisa menunggu sampai kamu dinikahi oleh Tuan Ketujuh."
"Dinikahi oleh Tuan Ketujuh..." Yu Yiren berkata dengan lemas. "Masih empat tahun lagi."
Xiao Taohong mengangguk lalu berkata, "Empat tahun itu kalau dibilang lambat ya lambat, dibilang cepat ya cepat."
Yu Yiren, seorang gadis berusia 12 tahun memiringkan kepalanya sambil membayangkan hari ketika ia menikah dengan Tuan Ketujuh dari keluarga Huo saat ia berusia 16 tahun nanti.