Satu bulan kemudian….
Salju turun dengan sangat lebat, hingga menutupi halaman rumah seluas seribu hektar tersebut.
Keluarga Huo merupakan keluarga dari golongan bangsawan terkemuka yang bergelut dengan rempah aromatik.
Yu Yiren yang berusia enam tahun, ditemani oleh seorang pembantu rumah tangga yang sudah berusia lanjut saat memasuki sebuah mansion.
Beberapa saat kemudian, wanita tua itu duduk sambil meminum teh dan tiba-tiba berkata, "Nak, keluarga Huo telah menyelamatkanmu dari peristiwa kebakaran itu. Apakah kamu tahu bagaimana harus berterima kasih kepada mereka?"
Yu Yiren mendongakkan kepalanya sembari menatap wanita tua itu. Ia membelalakkan matanya karena kebingungan.
Wanita tua itu melihatnya dan berkata, "Apa yang bisa yang kamu ingat dari kejadian itu?"
Yu Yiren menggelengkan kepalanya. Ketika ia bangun, semua ingatannya telah menghilang.
"Baiklah, lupakan itu. Mulai hari ini sampai seterusnya, kamu akan dibesarkan oleh keluarga Huo dan menikah dengan anggota keluarga Huo, lalu kamu akan menjadi Istri dari anak ketujuh, apa kamu mengerti?"
Suara wanita tua itu terdengar sangat jelas dan tegas.
Yu Yiren mengangguk lalu berkata, "Aku mengerti. Aku akan diasuh untuk dinikahkan dengan Tuan ketujuh."
"Iya." Wanita tua itu lalu mengangguk puas.
…...
Enam tahun kemudian….
Saat ini Yu Yiren yang diasuh oleh keluarga Huo telah berusia 12 tahun.
Di halaman depan rumah terdapat taman hutan bambu.
Yu Yiren berbaring di teras depan rumah sambil menatap origami berbentuk bebek.
Ia ingat bahwa Xiao Taohong telah memberitahunya bahwa Zhuxuan, adalah area terlarang di rumah keluarga Huo, dan ia tidak diizinkan masuk ke sana.
(Zhuxuan adalah sebuah Paviliun dengan arsitektur China yang terbuat dari bambu.)
Tapi ia ingin mengambil origami berbentuk bebek itu.
"Ah!!" Terdengar teriakan seorang wanita yang datang dari dalam Zhuxuan.
Tangan Yu Yiren langsung mengepal ketakutan.
"Tuan Keenam, hamba mohon padamu, Tuan Keenam, hamba tidak akan mengulanginya lagi!" Teriakan wanita itu datang dari arah Zhuxuan.
Didorong oleh rasa ingin tahu, Yu Yiren memberanikan diri untuk memanjat bebatuan agar dapat mendekati jendela, hingga ia dapat mengintip dan mengetahui apa yang terjadi.
Muka Yu Yiren langsung pucat karena ketakutan saat melihat apa yang terjadi di dalam ruangan tersebut, bahkan kedua kakinya sampai gemetaran.
Di dalam ruangan itu, ada seorang wanita tergeletak dengan posisi tengkurap di lantai. Wanita itu sedang menangis, dan kulit putihnya terlihat berlumuran darah.
Di sekelilingnya ada para pria yang berdiri, mereka bermuka garang dan berkulit putih. Orang-orang itu adalah penjaga di rumah keluarga Huo.
"Katakan! Siapa yang mengirimmu untuk mencuri dupa?" Suara seorang pria terdengar dari balik tirai.
"Tuan Keenam, Hu-hu-hu~ Aku tidak mencuri dupa, tidak.. Hu-hu~"
Wanita itu terus berlutut dan bersujud tanpa henti dengan baju sobek-sobek di hadapan tirai, hingga ia melukai kepalanya sendiri.
Yu Yiren terkejut, jantungnya berdebar kencang ketika tahu bahwa orang yang berada di balik tirai itu adalah Tuan Keenam. Bukankah Tuan Keenam adalah Huo Jincheng? Kepala keluarga Huo.
Yu Yiren telah berada di dalam keluarga Huo selama enam tahun. Sebagai menantu perempuan ketujuh dari Tuan Ketujuh, ia tinggal di Meiyuan, sehingga ia belum pernah bertemu dengan Tuan Ketujuh, apalagi Tuan Keenam.
(Meiyuan adalah sebuah ruangan tertutup di rumah keluarga Huo.)
Dengar-dengar Tuan Keenam dan Tuan Ketujuh adalah saudara kembar. Meskipun wajah mereka sama persis, namun kepribadian mereka sangat berbeda.
Yu Yiren berpikir, jika ia bisa melihat wajah Tuan keenam, bukankah itu sama saja dengan melihat wajah Tuan ketujuh?
Yu Yiren tentu saja sangat penasaran dengan penampilan calon suaminya, karena mereka bahkan belum pernah bertemu dalam enam tahun terakhir.
"Wushh~" Secangkir teh panas dilempar dari balik tirai.
Teh panas itu tumpah di atas tubuh wanita itu.
"Ah!" Wanita itu menangis kesakitan.
Yu Yiren terkejut lalu melihat orang di tirai.
"Tuan Keenam~ Hu-hu-hu~ Aku benar-benar tidak mencuri dupa, sungguh." Ujar wanita itu sambil bersujud di tanah.
"Jangan membuatku memaksamu lebih keras lagi agar kamu mengatakannya!" Suara pria itu terdengar sangat dingin karena marah.
"Zheng Qing, bawa dia ke ruang pembakaran parfum. Jika kamu tidak membuka mulut, maka jangan pernah keluar."
"Baik, Tuan Liu." Zheng Qing kemudian melambaikan tangannya ke arah para penjaga yang lainnya.
"Tidak!" Teriak wanita itu lalu meratap, "Tuan Keenam, aku tidak mau pergi ke ruang pembakaran parfum, aku lebih baik mati, Tuan Keenam."
Wanita itu diseret oleh dua penjaga sambil menangis tersedu.
Teriakan itu kemudian menghilang, dan ruangan itu kembali hening dalam sekejap.
Sementara itu, Yu Yiren masih bersembunyi di balik jendela. Ia sangat ingin melihat wajah pria di balik tirai itu, namun ia hanya bisa melihat bayangannya.
"Keluar!" Mata Huo Jincheng langsung menatap ke arah jendela.
Ia sudah tahu sejak awal kalau Yu Yiren berusaha mendekati jendela.
Yu Yiren terkejut dan seluruh tubuhnya gemetar.
"Keluar! Jangan biarkan aku mengatakan hal yang sama dua kali!" Suara dingin Huo Jincheng seakan langsung menusuk jantung.
Yu Yiren berusaha melangkah, namun kakinya lemas dan gemetar. Ia benar-benar tidak bisa melangkah sama sekali.
Huo Jincheng lalu menatap Zheng Qing.
Zheng Qing memahami isyarat dari Tuannya dan langsung pergi ke luar.
Zheng Qing menarik kerah baju Yu Yiren, seolah membawa seekor ayam, dan membawanya masuk.
"Berlutut!"
Yu Yiren berlutut di lantai dengan tubuhnya yang menggigil ketakutan.
"Apa kamu baru saja melihatnya?" Tanya Huo Jincheng dengan suara dinginnya.
Yu Yiren mendongakkan kepalanya. "Tuan Keenam, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin mengambil origami bebek."
"Apa kamu tahu kalau aku adalah Tuan Keenam?" Suara pria di balik tirai itu terdengar sangat dingin, sedingin salju di musim dingin.
Mata hitam Yu Yiren terlihat panik. "Aku dengar mereka memanggilmu begitu."
Suasana berubah menjadi hening.
Di balik tirai, terdengar suara pria yang sedang menyeruput teh. Itu menunjukkan betapa tenangnya Huo Jincheng sekarang.
"Kamu pelayan dari paviliun mana?" Huo Jincheng bertanya dengan acuh.
"Meiyuan." Jawab Yu Yiren.
"Meiyuan?" Mata Huo Jincheng sedikit menyipit, dan suaranya terdengar tegas. "Siapa namamu?"
"Yu Yiren."
Mata Huo Jincheng terbelalak, dan langsung meresponnya dengan secepat kilat. "Apakah kamu menantu Anak ketujuh?"
"Iya." Jawab Yu Yiren sambil mengangguk.
"Kemari!" Panggil Huo Jincheng dengan suara yang sangat tegas dan dingin.