抱歉我被禁了
Assalamu'alaikum
Kepada. Fathan Hamzah Asidqi
Ditempat
Masih ingatkah ikrar yang terucap untuk saya?
Haza Mau'iduna, Baini wa bainak
'Asallah an yuwaffiqona 'ala ma nahnu alaihi
Inilah perjanjian kita, antara aku dan kamu. Semoga Allah menolong kita atas apa yang kita perjanjikan.
"Hayal kurma". (Jangan melamun)
Ustman menggugah lamunan Hamzah sembari tersenyum menatap apa yang ditatap Hamzah.
"Apakah aku masih dibutuhkan untuk pemindahan meja kerja mu?". Ustman melihat keadaan meja kerja Hamzah telah kosong kecuali kumpulan amplop yang tergeletak di atas meja dan salah satunya terletak di tangan Hamzah.
"Tidak, semuanya telah usai tinggal membuang beberapa benda dan kertas yang tidak lagi dibutuhkan". Hamzah melipat kembali surat yang ditulis dengan tangan. Beberapa lembar kertas termasuk amplop dia rapikan dan dikumpulkan dalam kota persegi panjang untuk direlakan sesuai niatnya. Kecuali dua amplop yang menarik perhatian dia simpan benda tersebut di sudut berbeda.
Dan bergegas berdiri mengikuti Ustman, Hamzah menyadari kedatangan pria Turki ini tidak jauh dari masuknya jam solat. Di new York sangatlah berbeda dengan Indonesia, Hamzah paling rindu dengan suara lantunan adzan yang berseru bersahut-sahutan antara satu masjid dengan masjid yang lainnya. Walaupun kadang sang Muadzin menyuarakan azan dengan lafaz yang beraneka sesuai dengan logat bahasa daerahnya.
Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan nikmatnya mendengar enggap gempita suro-suro dengan speaker biasa menyuarakan kumandang mendirikan solat yang konon katanya di kota besar negara tetangga sesama muslim pun tak semeriah kota kecil atau pelosok desa ketika menyambut kedatangan waktu salat.
Sedangkan disini Hamzah dan beberapa teman sesama muslim mengandalkan alarm di handphone mereka masing-masing.
Ustman dan hamzah berjalan menyusuri pintu keluar gedung World Trade Center, tidak banyak yang sama seperti keduanya dan tidak banyak pula yang mendapatkan izin spesial seperti keduanya datang ke mosque tepat waktu.
Sesuatu spesial ini sudah menjadi bagian dari negosiasi Hamzah ketika wawancara akhir dalam prosedur penerimaan karyawan di Conde Nast, karena Hamzah rekomendasi yang spesial dia pun mendapatkan hak spesial khusus untuk salat dzuhur dia diperkenankan mendapatkan jam istirahat tepat sesuai kumandang adzan dzuhur.
Sedangkan untuk ashar tak selamanya mampu dia jalankan di mosque fenomenal yang sempat menghangat di kalangan masyarakat umum dan politisi Amerika serikat.
Mosque pada kondominium 43 lantai dengan ruang untuk museum budaya Islam yang berlokasi di Park 45 - 51 (awalnya bernama Cordoba House ) adalah pengembangan yang awalnya dibayangkan sebagai pusat komunitas Islam dan masjid 13 lantai di Lower Manhattan . Kota New York . Pengembang berharap untuk mempromosikan dialog antar agama di dalam komunitas yang lebih besar. Karena lokasi yang diusulkan dua blok dari situs World Trade Center , secara luas dan kontroversial disebut sebagai " Masjid Ground Zero ".
Pada akhir September 2011, sebuah pusat Islam sementara seluas 4.000 kaki persegi (370 m 2 ) dibuka di ruang yang telah direnovasi di lokasi Park51. Di musim panas 2014, diumumkan bahwa akan ada museum 3 lantai dengan ruang doa, serta kondominium, di 49-51 Park Place. Rencana diubah lagi pada bulan September 2015, ketika pemilik mengumumkan sebuah bangunan kondominium mewah berlantai 707 kaki (203 m) di lokasi tersebut. Pada bulan Mei 2016, pembiayaan dijamin untuk sebuah bangunan kondominium 43 lantai dengan ruang untuk museum budaya Islam yang berdekatan dengannya.
Bangunan kondominium, yang disebut 45 Park Place , memulai konstruksi pada tahun 2017 dan hampir selesai pada tahun 2019. Ruang budaya Islam, berisi ruang seluas 16.000 kaki persegi (1.500 m 2 ) dan tinggi 71 kaki (22 m) di 51 Park.
Sebelumnya bangunan ini di realisasikan masih ingat jelas pada bulan Mei 2010, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama telah mendukung dibangunnya sebuah masjid dan pusat kebudayaan Islam di dekat bekas menara kembar World Trade Center (WTC) New York, Amerika Serikat (AS). Proyek ini mendapat tentangan keras dari kaum konservatif di New York.
Bahkan beberapa penentang turun ke jalanan dan beberapa politikus ikut bersuara. Termasuk jajak pendapat difasilitasi oleh beberapa media CNN, Fox News, nasional Economist / YouGov dll.
Termasuk Pada 2012, pembuat film David Osit membuat film dokumenter tentang kontroversi Park51, khususnya mengikuti kisahnya melalui pengalaman pengembang Sharif El-Gamal. Film ini ditayangkan di PBS pada musim gugur 2013.
Sebuah sepak terjang luar biasa komunitas muslim Mahattan New York untuk mewujudkan tempat ibadah umat muslim di ruang minoritas. Tidak jauh dari monumen tragedi besar yang menjadi pemicu utama gelombang Islamofobia.
Dan kini Hamzah telah sampai di tempat yang dia kagumi perjalanannya. Mengambil air wudhu dengan rasa syukur luar biasa kemudian meraih kumpulan mushaf yang tersusun indah berisikan kalam Allah.
Kalam Allah adalah sifat yang haqiqi yang ditetapkan selayaknya bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan terdiri dari huruf dan suara, dengan cara yang dikehendaki-Nya, kapan Dia berkehendak, dan dapat didengarkan oleh siapa yang dikehendaki-Nya, sebagaimana Musa 'alaihis salam mendengarnya tanpa perantara, begitu juga Jibril 'alaihis salam dan para malaikat serta rasul yang Allah Ta'ala izinkan untuk dapat mendengarkannya.
Hal ini terdapat dalam Al-Qur'an dan sunnah, diantaranya :"Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Rabb-nya telah berfirman (langsung) kepadanya (Musa) " (QS. Al-A'raf: 143)
Siapa yang dapat mengabaikan godaan untuk membaca lantunan dan mengarungi serta memahami makna kalam Allah, yang hanya hadir dan mendekat pada orang-orang yang terpilih.
Hamzah menghabiskan ayat demi ayat sembari menunggu kumandang adzan disuarakan oleh Muadzin.
Demikian juga dengan Utsman yang duduk tak jauh darinya. Walau sesungguhnya sahabat itu sedang menyimpan sesuatu yang segera ingin dia sampaikan. Dia beberapa kali mengamati kapan ada jeda untuk mendekati Hamzah. Tapi nyatanya Hamzah sangat khusyuk dalam ibadahnya dan Utsman tak ingin menjadi perantara setan dengan mengganggunya.
_saudaraku harus segera menikah, mungkin aku bisa jadi perantaranya_ Ustman bergumam sambil tersenyum seiring kumandang adzan menyerukan saatnya menyambut salat Dzuhur berjamaah.
Sejalan berikutnya Hamzah meletakkan Al-Qur'an membalas senyum Ustman menepuk pundaknya dan berdiri beriringan. Mereka dalam satu barisan rapat, Shaf shalat berjamaah.
.
.
Telah usai sholat dzuhur. pria itu enggan untuk membaur, dia cukup kan dirinya duduk bersimpuh berlama-lama dalam tengadah.
"Ampunilah diri ku wahai maha pemurah ya rohman ya rohim, Hamba yang dipenuhi lalai. Bahkan terhadap ikrar perjanjian hamba kepada dia yang jauh di negeri tempat asal saya. Izinkan saya memenuhinya jika itu jalan hidup yang engkau gariskan. Atau izinkan saya menghaturkan ungkapan maaf sebesar-besarnya ketika dia bukan lagi jalan hidup saya. Terima kasih atas terbukanya tabir yang membelenggu hati hamba".
"'Asallah an yuwaffiqona 'ala ma nahnu alaihi"
(Semoga Allah menolong kita atas apa yang kita perjanjikan).
"Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina 'adzabannar yang berarti".
(Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka)