Chereads / Ai No Koe (Suara Cinta) / Chapter 24 - Chapter 23

Chapter 24 - Chapter 23

-(-(-(-(-(-(-(-(-(-(-

Kaito

3 tahun lalu ...

(Sehari setelah Ame meninggal)

Aku hanya mengurung diri di kamar tanpa melakukan apapun. Hatiku terasa teriris, kepala ku serasa ingin pecah. Perasaanku sudah hancur berkeping keping karena nya.

"Senpai ... janji ya?",

Janji apa nya? ... kau malah meninggalkan ku sendiri di sini.

Hanya suara dan senyum manis nya yang terus muncul di kepalaku. Air mata ku mengalir deras membasahi bantal di ranjang ku.

"Lihat senpai! ... hujan di musim panas loh",

Kau memang hujan di musim panas ... kau tak akan pernah muncul lagi di musim panas selanjutnya.

"Jangan lupa baca novel kita ya?",

Aku tak akan pernah membacanya ... satu halaman pun. Kenapa suara mu terus terngiang di kepalaku?

"Karena senpai spesial",

Apa maksudnya itu? ... hanya aku yang menganggap mu spesial, kau tak mungkin berkata seperti itu padaku.

"Apa maksudnya itu?, senpai tak pernah bertanya perasaanku jadi mana mungkin senpai tau",

"Aku ... aaaghhh!!!, kenapa aku jadi gila gini sih?!!", teriak ku seraya memukul dinding dengan tangan ku.

"Kaito? ... apa kau baik baik saja?", tanya Mina dari luar kamar.

=============

Karena tak mendengar jawaban dari Kaito, Mina kembali bertanya sembari mengetuk pintu kamar Kaito yang tertutup rapat.

"Kaito?, setidak nya jawab aku dulu", ucap Mina khawatir.

Karena termakan rasa khawatir nya akhirnya Mina segera membuka pintu kamar Kaito untuk memastikan keadaan Kaito.

"Lebih baik aku mati saja", ucap Kaito dengan wajah datar sembari bersiap menusukan pisau yang ia genggam ke arah jantung nya.

Mina segera berlari ke arah Kaito dan menepis tangan Kaito hingga pisau ditangan nya terjatuh ke lantai.

"Oii?!! Apa yang kau pikirkan tolol, ayah ibu mu sedang di luar kota!, kalo aku gak kesini gimana?!", tanya Mina dengan wajah khawatir nya sembari menampar pipi Kaito.

"Aku tak tau ...", jawab Kaito dengan tatapan kosong nya.

"Kalau kau ingin mati ... aku ikut!!!", teriak Mina seraya mengambil pisau yang tergeletak di lantai.

"Kau pikir jika kau mati masalah akan berakhir? ... jika kau mati aku mungkin juga akan bunuh diri juga tau!?? ... kau ini sangat berarti bagi ku, ku mohon jangan tinggalkan aku ...", ucap Mina dengan air mata yang mulai mengalir di pipi nya.

=°=°=°=°=°=°=°=°

Kaito

Tepat saat itu juga, aku mengingat semua kenangan ku bersama Mina. Sahabat ku sejak kecil, dia yang membuat ku selalu tersenyum.

Aku tak pernah melupakan pukulan amarah nya saat aku berbuat jahil padanya. Dan juga janji ku untuk tetap menjaga nya selama nya.

Aku yang melihat sahabat ku menangis pun segera mengambil pisau yang ia genggam dan melempar nya ke sembarang arah.

"Maaf ... kau malah menangis karena aku", ucapku sembari memeluk nya.

"Kau tolol! tolol! tolol!", teriak Mina dengan air mata nya yang mulai membasahi baju ku.

"Maaf ... maaf ...", ucap ku menahan air mataku.

=°=°=°=°=°=°=°=°

Mina

Dasar bodoh! ... kau sudah lebih dari sahabat buat ku ... biarkan perasaan ku terpendam selamanya. Asal aku masih tetap merasakan pelukan hangat mu ini selamanya.

=°=°=°=°=°=°=°=°

Kaito

"Oi sudah lah ... jangan nangis terus", ucap ku melepaskan pelukan ku lalu mengusap air mata di pipi nya dengan lembut.

"Habis nya kau ...",

"Iya iya ... aku janji gak akan gini lagi ... janji!", ucap ku sembari mengusap kepalanya.

-)-)-)-)-)-)-)-)-)-)-

Kaito

Setelah kami berdua minum dan beristirahat sejenak di kafe, kami pun kembali melanjutkan langkah menuju tempat festival musim panas tahunan diadakan.

"Oh ... gimana naskah novel mu?", tanyaku menghilangkan rasa bosan karena berjalan.

"Oh! Aku lupa! batas pengumpulan nya hari ini", tulis nya dalam pesan yang ia kirim kan lewat smartphone padaku.

"Jangan bercanda lah ... apa aku bawa naskah nya?, udah selesai belum?", tanyaku setelah membaca pesan dari nya.

"Bawa kok, udah selesai juga", pesan yang kubaca.

"Ya udah sekalian aja ini masih jam empat, masih sempet kok kamu tau tempat nya kan?", tanyaku memastikan.

Dia hanya mengangguk dan melangkah menuju tempat pengumpulan naskah novel lomba yang ia ikuti. Aku hanya melangkah mengikuti nya dari belakang.

Entah mengapa rambut pirang keemasan nya itu selalu mengingatkan ku pada Ame.