Chereads / I'LL Teach You Marianne / Chapter 11 - Pesona sang barista

Chapter 11 - Pesona sang barista

Coffee shop yang biasanya buka jam 10 pagi dari jam 9.30 sudah didatangi para pelanggan yang tahu kalau pemilik dan barista coffee shop itu sudah datang walaupun tulisan di kaca belum diubah menjadi "open dari closed" namun para pelanggan setia yang berkantor di sekitar coffee shop itu langsung masuk begitu saja ketika melihat Jack sudah ada diposisi  lengkap dengan menggunakan seragam kebanggaan coffee shop milik Anne.

"Americano please," pinta seorang pria berkepala botak memesan satu cangkir kopi americano kepada Jack.

"Ada yang lain?" tanya Jack dengan cepat.

"Cookies buatan nona Anne jangan lupa," jawab pria itu kembali sambil menunjuk deretan cookies yang ada di etalase. 

"Yang rasa almond atau rasa coklat?" tanya Jack kembali.

"Dua-duanya seperti biasa," jawab pria itu kembali sambil mengeluarkan kartu kreditnya pada Jack.

Dengan cepat Jack meraih kartu kredit pemberian sang pelanggan tetap itu, ia lalu memprosesnya semuanya dan memberikan pesanan kopi sesuai permintaan pelanggan tersebut. 

Setelah pria itu duduk beberapa pemuda lainnya yang juga sudah menjadi langganan tetap pun berdiri di hadapan Jack,  tanpa bertanya Jack sudah tahu kalau mereka akan memesan apa. Pasalnya mereka selalu berkata seperti kemarin ketika ditanya oleh Jack, alhasil Jack sudah sangat hafal dengan pesanan para pria muda tersebut. 

Dalam waktu singkat kursi-kursi yang ada di coffee shop nampak sudah penuh oleh pelanggan yang datang, padahal belum ada jam 10 pagi. Dari dalam dapur Anne mengintip melalui tirai dan tersenyum melihat para pelanggan yang sudah duduk di kursi sambil menikmati kopi dan cookies buatannya.

"Masukk, kau ini koki dan koki dilarang untuk mengintip," ucap Jack dengan cepat sambil memukul kening n menggunakan kertas.

"Sakit Jack, lagipula aku hanya ingin melihat saja. Dari dapur aku mendengar suara yang gaduh jadi aku melihatnya karena penasaran," jawab Anne pelan memberikan alasan. 

"Sekarang sudah lihat kan, ya sudah cepat masuk kembali lagi ke pekerjaanmu. Jangan sampai cookies mu gosong, banyak pelanggan yang bermasalah pada lidahnya sehingga menyukai cookies buatanmu," cibir Jack menggoda Anne.

Mendengar perkataan Jack membuat n memicingkan satu matanya ia kemudian masuk kembali ke dalam dapur karena cookies yang ada di dalam oven sudah waktunya diangkat, setelah melihat Anne masuk kembali ke dalam dapur sebuah senyuman tersungging di wajah kaku Jack secara tanpa sadar. Kesadarannya kembali datang saat ada beberapa orang gadis datang memesan vanilla latte yang merupakan kopi favorit para gadis, satu-satunya menu kopi yang akan langsung habis pertama kali setiap hari.

"Kak Jack, aku kan sudah menjadi pelanggan ini selama berbulan-bulan. Bolehkah aku minta sesuatu padamu?" tanya seorang gadis cantik yang merupakan karyawan sebuah bank yang ada didepan coffe shop.

"Minta apa?" tanya Jack dengan cepat sambil menyiapkan pesanan gadis itu.

"Aku minta nomor ponselmu kak," jawab gadis itu tanpa malu-malu.

Jack yang sedang membungkus cookies ke dalam kantong kertas langsung menghentikan kegiatannya ketika mendengar perkataan gadis yang ada di hadapannya.

"Aku tak punya ponsel…"

"Bohong!!!kau mau nomor ponselnya nona, nomornya adalah... mmmppphh" 

Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya karena mulutnya ditutup oleh Jack dengan cepat saat ia akan menyebutkan nomor teleponnya.

"Aku akan memikirkan permintaanmu nona, untuk saat ini lebih baik begini saja dulu ya. Itu pesananmu sudah siap beserta kembaliannya, aku harus mengurus koki kecilku ini dulu," ucap Jack dengan cepat sambil menarik Anne ke dapur.

"Baik kak Jack, terima kasih. Aku ke kantor lagi ya," sahut karyawan Bank itu dengan riang, iya kemudian meraih pesanannya dan berjalan dengan cepat meninggalkan coffee shop menuju Bank yang ada di seberang jalan. 

Di dalam dapur Jack nampak menatap Anne dengan penuh kemarahan, sementara itu Anne hanya tersenyum lebar tanpa rasa bersalah.

"Kau belum puas menjual kopi dan cookies? Lalu sekarang kau juga ingin menjual ku juga?" tanya Jack dengan suara meninggi.

"Bagaimana bisa aku menjualmu, memangnya aku mucikari!!" jawab Anne asal bicara.

"Lalu yang kau lakukan tadi itu apa namanya?" tanya Jack kembali.

Anne tertawa mendengar perkataan Jack, ia lalu menyentuh pundak Jack yang lebih tinggi darinya lima centimeter sambil tersenyum lebar.

"Yang aku lakukan tadi adalah membantumu supaya kau memiliki kekasih, aku kasihan melihatmu terus single di usiamu yang sudah hampir mencapai 35 tahun Jack. Memangnya kau mau menjadi perjaka tua yang tak lalu.. ups apakah kau masih perjaka Jack," ucap Anne terkekeh menggoda Jack. 

Mendengar perkataan terakhir Anne membuat darah Jack mendidih, ia lalu meraih pinggang Anne dan dorong sampai ke tembok.

"Kau ingin bukti untuk mengetahui aku masih perjaka atau tidak Anne?" tanya Jack dengan suara pelan di telinga Anne sambil menatapnya tajam bak tatapan serigala yang sedang lapar. 

"J-jangan gila Jack!!!" jerit Anne panik sambil mendorong Jack menjauh darinya, ia lalu keluar dari dapur menuju meja kasir meninggalkan Jack yang masih ada didapur.

Bersambung