Sesampainya di apartemennya Anne mempersilahkan Aaron untuk duduk di sofa kecil didepan televisi, sementara ia sendiri langsung menuju ke dapur untuk membuat makan malam. Anne mengingat kemarin baru membeli pasta dan udang, ia berniat ingin memasak itu sebagai makan malam untuk mereka.
Saat Anne sibuk di dapur Aaron nampak melihat-lihat interior apartemen sederhana milik Anne yang tertata rapi, senyumnya tersungging saat melihat apartemen kecil itu terasa nyaman dan hangat. Sangat beda sekali dengan rumahnya yang besar nan mewah namun terasa dingin dan terasa sepi.
"Kau tinggal sendiri Anne?" tanya Aaron dengan keras.
"Iya," jawab Anne singkat.
"Di mana orang tuamu aku tak melihat satupun foto mereka yang kau pajang di sini?" tanya Aaron kembali sambil menatap foto-foto Anne yang ada di atas meja.
"Ibuku meninggal ketika aku belum bisa berjalan sedangkan ayahku meninggal saat aku memasuki sekolah menengah atas, jadi aku tak memiliki foto mereka satupun. Masalahnya waktu itu keluarga kami sangat miskin, jangankan untuk pergi ke studio foto untuk makan saja kami susah," jawab Anne jujur.
Aaron langsung terdiam seketika mendengar perkataan Anne, ia kemudian berjalan mendekati dapur dimana Anne sedang memasak bumbu untuk pasta.
"Kau serius?" tanya Aaron tak percaya.
"Untuk apa aku berbohong, lagi pula sangat menyedihkan sekali ketika kau masih punya orang tua dan mengatakan mereka sudah meninggal
Bukankah itu adalah tindakan yang sangat tidak terpuji," jawab Anne pelan sambil tersenyum menatap Aaron.
"Lalu dimana keluargamu?" tanya Aaron kembali.
Anne .enatap Aaron tanpa berkedip, ia kemudian melambaikan tangannya ke arah Aaron untuk membantunya mengangkat teflon yang cukup berat dari atas kompor. Aaron kemudian melakukan apa yang diperintahkan Anne, ia lalu membawa teflon yang berisi pasta itu ke atas meja makan yang letaknya tak jauh dari tempat ia duduk pertama kali tadi.
"Kau ingin kita makan langsung dari tempatnya seperti ini?" tanya Aaron tak percaya.
"Tentu tidak, kita akan tetap makan dari piring. Hanya saja aku lebih suka meletakkan teflon seperti itu di atas meja makan, supaya lebih praktis dan tidak mengotori peralatan makan ku yang lain," jawab Anne asal bicara.
"Kau ini benar-benar wanita yang aneh," ucap Aaron dingin, biasanya gadis yang ia kenal adalah gadis yang pemalu dan sangat menjaga attitude. Namun gadis yang ada di hadapannya saat ini justru terlihat lebih cuek dan tak memperdulikan semua itu.
"Ayo duduk, aku sudah lapar," ucap Anne pelan sambil memberikan piring bersih di meja yang akan menjadi tempat makan Aaron.
Karena lapar Aaron pun duduk di kursi yang ada di sebelah Anne tanpa bicara, tak lama setelah Aaron duduk Anne segera mengisi piring Aaron dengan pasta yang baru ia masak. Ia juga meletakkan beberapa ekor udang di atas pasta milik Aaron.
"Kalau kau suka pedas kau bisa memakai ini," ucap Anne pelan sambil menunjukan botol kaca berisi black paper.
"No thanks," jawab Aaron singkat, melihat makanan yang ada di hadapannya ia sebenarnya tak selera. Aaron sangat terganggu dengan teflon yang ada di hadapannya, walaupun teflon itu diberi alas dari rotan oleh Anne namun tetap saja ia merasa risih melihat ada peralatan masak diatas meja makan.
Anne yang sudah lapar langsung menikmati pasta udang buatannya dengan lahap, ia sudah melakukan kewajibannya dengan membuatkan makanan untuk Aaron. Masalah Aaron mau makan atau tidaknya itu adalah hak pria yang ada disampingnya saat ini, oleh karena itu ia tak mau memaksa Aaron dan terus makan pasta buatannya tanpa malu.
Melihat cara Anne makan lama-lama membuat Aaron tergoda, aroma dari pasta yang dibuat oleh Anne benar-benar membuat cacing-cacing di dalam perutnya berdemo minta diisi. Dengan ragu Aaron meraih garpu yang ada di samping piringnya dan mulai memasukkan pasta itu ke dalam mulutnya, ekspresi wajah Aaron langsung berubah ketika ia mengunyah pasta yang dibuat oleh Anne. Tak lama kemudian Aaron pun mau makan dengan lahap makanan yang sudah terjadi saji di atas piringnya, Anne yang duduk di hadapan Aaron hanya tersenyum melihat Aaron makan.
Tak lama kemudian Anne dan Aaron pun sudah selesai makan, karena merasa bersalah Aaron akhirnya memutuskan untuk membantu Anne merapikan meja makan. Sementara Anne terlihat mencuci peralatan makannya di tempat pencucian piring tanpa bicara apa-apa,ia cukup senang ketika melihat Aaron makan dengan lahap tadi. Bahkan pria itu sampai mengambil pasta kembali dalam jumlah yang banyak dan membuatnya senang karena makanan yang ia buat akhirnya habis tanpa sisa.
"Maaf dan terimakasih atas hari ini Anne," ucap Aaron pelan sambil mencuci tangannya di samping Anne yang sedang memasukkan piring ke dalam tempatnya.
"Maaf kenapa?" tanya Anne bingung.
"Maaf karena aku sudah meng-underestimate masakanmu dan sudah merendahkan cara makanmu tadi dan terima kasih karena kamu sudah membuat makanan seenak itu untukku," jawab Aaron jujur.
Anne hanya tertawa mendengar perkataan Aaron, ia sebenarnya tidak tersinggung sama sekali dengan perkataan pria itu. Masalahnya memang caranya terlihat sedikit ekstrem dan pasti akan membuat orang lain kaget, namun menurut cara makan seperti itu justru membuat terlihat lebih kekeluargaan.
"Sebenarnya kau tak perlu minta maaf, karena aku yakin orang lain pun pasti akan merasa tidak nyaman ketika melihat ada teflon sebesar itu di meja makan he he he, " ucap Anne pelan.
"Ya sudah karena hari sudah malam dan aku yakin kau butuh istirahat maka lebih baik aku pulang, kalau besok pagi barista mu itu tak ada kabar lagi kau bisa menghubungiku lagi. Cara pembayarannya pun masih sama seperti hari ini, kau bisa membuatkan aku makanan untuk membayar hasil kerja ku," pamit Aaron sambil memakai jaketnya.
"Tenang saja itu bisa diatur, lagipula aku kan sudah memiliki nomor ponselmu. Nanti tinggal aku kirim pesan saja," jawab Anne sambil tersenyum lebar.
"Ya sudah kalau begitu aku pulang dan sekali lagi terima kasih atas makanannya, tadi itu adalah pasta terenak yang aku makan," ucap Aaron jujur memuji masakan buatan Anne pelan sambil berjalan menuju pintu keluar.
Anne hanya tersenyum tanpa bicara merespon perkataan Aaron, ia kemudian menutup pintu apartemennya ketika Aaron sudah masuk ke dalam lift.
Aaron yang sudah sampai di lobby langsung berjalan menuju ke jalan raya, ia kemudian melangkahkan kakinya kembali menuju ke dekat kedai kopi milik Anne dimana tadi ia memarkirkan mobilnya. Saat akan masuk ke dalam mobilnya tiba-tiba ponselnya berdering dengan keras, secara reflek Aaron meraih ponselnya yang ada di dalam saku baju. Senyumnya mengembang saat melihat pesan masuk itu.
"Dasar gadis bodoh," ucap Aaron pelan.
Bersambung