Di ibukota, di markas aliansi NoobKiller.
Cloud88 berjalan keluar dan melihat Cloud76 sedang memperbaiki kandang milik Hatch. "Dimana Shiro?" tanya Cloud88.
"Ah, bocah itu sudah pergi ke hutan beberapa waktu lalu." jawab Cloud76. "Sial. Susah sekali memperbaiki kandang ini. Kenapa kau tidak tidur di dalam kamar saja." imbuhnya kepada Hatch.
"Tidak mau! Aku lebih nyaman tidur di dalam kandang. Aku tidak mau tidur di dalam kamar luas seperti manusia. Bowwow!" jawab Hatch.
"Hmm? Bukankah dia akan ikut penyerangan Goblin besok, kenapa dia malah pergi ke hutan?"
"Entahlah. Biarkan saja dia bertindak sesuka hatinya. Bagaimana persiapannya?" kata Cloud76, menyerah memperbaiki kandang milik Hatch.
"Hey! Jangan berhenti dari tanggung jawabmu! Bowwow!" sentak Hatch.
"Diamlah! Berisik sekali. Aku akan membelikan kandang baru untukmu nanti."
"Bowwow! Benarkah??" kata Hatch, melompat-lompat bahagia.
"Semuanya sudah siap. Kita akan berangkat nanti malam." jawab Cloud88.
Cloud76 menghela nafas dan memandangi bendera NoobKiller yang berkibar di tiang di depan markas. "Rasanya aneh mempertaruhkan nyawa kita untuk membantu bocah sialan itu menjadi lebih kuat."
"Apa yang kau bicarakan? Kita melakukan Ini untuk kebaikan kita semua." kata Cloud88. memandangi kerumunan Senshi yang berlalu lalang di jalan.
"Zzzz... Aku tahu. Hanya saja aku merasa iri dengan bocah itu." kata Cloud76, tersenyum tipis.
*Ping!* Sebuah pesan baru masuk ke dalam kotak masuk Cloud88. Melihat pesan tersebut berasal dari Dragon, Cloud88 langsung membuka pesan tersebut dan membacanya dengan seksama.
=================================
"Kita menemukan satu Dungeon lagi, penuh dengan monster jenis baru. Cepatlah kesini."
=================================
Setelah selesai membaca pesan dari Dragon, Cloud88 menutup tampilan pesan tersebut dan berjalan memasuki markas seraya berkata, "Berhentilah mengeluh akan nasibmu dan hubungi semua anggota kita. Kita akan berangkat sekarang."
"Eh?? Bukankah tadi kau bilang nanti malam?!" kata Cloud76, terkejut dengan ajakan mendadak dari Cloud88.
"Kita tunda dulu rencana kita untuk menahan pasukan Orc. Sekarang kita pergi ke Sriwijaya untuk menaklukkan Dungeon." kata Cloud88 sambil terus berjalan.
"Mereka telah menemukannya? Hmm..." kata Cloud76 lirih.
"Apa? Apa kita akan pergi berburu lagi?" tanya Hatch.
"Yeah. Siapkan mentalmu." kata Cloud76.
"Serahkan saja padaku! Akan ku hajar mereka semua! Bowwow!"
.
.
Sementara itu di Dungeon tempat Shiro saat ini berada. Ia telah sampai di lantai ketiga, yaitu lantai dimana Boss dari Flight Dungeon berada.
================
Lantai 3
Beehive
================
"Tempat apa ini? Bahkan lebih gelap dari lantai pertama." kata Shiro, melihat ke sekitar.
Walaupun di langit-langit lantai ketiga terdapat banyak sekali lubang, namun tidak seperti lantai kedua yang mendapatkan pencahayaan yang cukup, lantai ketiga sangat gelap dan terasa lembab.
"Cih! Menjijikkan sekali! Berapa banyak monster yang menghuni tempat ini?! Kenapa kotorannya sebanyak ini!" Shiro sedikit kesulitan untuk berjalan karena tanah yang ia pijak sangat becek dan terasa lengket. "Tapi, Hmm? Bau manis apa ini?" imbuhnya, mendengus.
Shiro yang sejak tadi terus mengeluh tiba-tiba terdiam dan menoleh ke area sekitar. Sejak tadi ia memang mendengar suara dengungan yang berasal dari atas, namun dia tidak terlalu memperdulikannya karena dia sudah tau jika penghuni Dungeon ini adalah jenis monster bersayap. Namun suara decitan yang baru saja terdengar membuatnya penasaran dan meningkatkan tingkat kewaspadaannya.
Shiro menghunuskan pedangnya dan berjalan perlahan. Tapi tanpa di sengaja, ia menginjak ekor dari salah seekor monster yang sedang berada di dekatnya.
Jeritan monster itu mengagetkannya. Shiro bersiaga dengan serangan dadakan, namun karena kegelapan membatasi pandangannya, monster tadi dengan mudah mengayunkan cakar tajam ke arah Shiro dan melukai tubuhnya. "Sial! Sama sekali tidak bisa kulihat." keluhnya, memegangi dadanya yang terluka.
Suara decitan semakin terdengar berisik. Shiro semakin tegang ketika mendengar langkah-langkah kaki yang bergemuruh di sekitarnya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri dan sesekali membalikkan badannya. "Tunjukkan wujudmu! Ayolah, jangan malu-malu!" seru Shiro, tersenyum memandangi sekitar. Ia merasa senang dengan kondisi tegang yang sedang ia rasakan saait ini.
Shiro melompat ke kanan dan ke kiri, menghindari serangan yang terdengar seperti sebuah pecutan cambuk. Shiro terkekeh dan berkata, "Sial! Perasaan tegang yang sangat menyenangkan." Tiba-tiba sesuatu menabraknya dari belakang dan membuatnya hampir terjatuh. Karena kelengahan sesaat, dengan seketika Shiro dihujani oleh serangan beruntun yang menusuk-nusuk kearahnya.
Walaupun ia dapat menangkis dan menghindari sebagian besar dari serangan tersebut, Shiro masih mendapatkan luka dari serangan yang menyerempet tubuhnya. "Keras sekali. Apa itu tadi?" kata Shiro, mengusap darah yang menetes di pipinya.
"Shiro-sama!" Teriakan Bunda terdengar semakin dekat. Para Rajul Mustanie berlari memasuki pintu lantai ketiga dan berhenti tepat di depan pintu masuk. Cahaya dari Magic Lamp menerangi wilayah sekitar dan membuat Shiro tertegun dengan kawanan monster yang sedang mengepungnya. Tanpa menurunkan tingkat kewaspadaannya, Shiro berkata, "Besar sekali tikus-tikus ini."
"Woa! Banyak sekali tikusnya!!" seru Dora dan Chellyn.
Shiro menoleh ke arah mereka dan berteriak, "Jangan bilang kalian juga takut tikus!" Mata Shiro terbelalak, melihat kepala Scolopendra Gigantea yang sedikit keluar dari lubang besar yang ada di dinding tepat di samping pintu masuk lantai ke tiga.
"Eh, kenapa kami harus takut dengan makhluk imut seperti mereka. Maksudku bukan monster itu, tapi tikus asli." kata Chellyn.
"Benar, benar. Mereka itu peliharaan yang lucu." sahut Dora.
"Aku rasa yang kau maksud itu adalah hamster." sahut Marsha.
"Lalu bagaimana dengan serangga yang ada di samping kalian itu?" kata Shiro, menunjuk kearah monster lipan raksasa yang ada di samping mereka.
Dengan serentak, mereka menoleh ke samping dan terkejut melihat kepala monster raksasa yang ada di samping mereka.
"Gyak! Monster yang sama seperti waktu itu!" seru LeoKing.
"Aaahhh!! Lipan!!" Para gadis berteriak histeris.
"Scolopendra Gigantea... Sial, monster kuat muncul." keluh SouthKing.
LeoKing dan beberapa anggota aliansi Butterfly lain berlari menuju ke arah Shiro, membuat lipan raksasa itu merasa terganggu dan mengejar mereka.
"Kenapa kau malah lari!" sentak Ben.
LeoKing terkekeh dan berteriak, "Arrghh!! Selamatkan kami!"
"Hmm.. sepertinya aku pernah mellihat kejadian seperti ini sebelumnya." kata Shiro lirih, menghindari serangan Papagomys Armandvillei tanpa melihat.
Shiro berlari kemudian melompat dan memukul kepala Scolopendra Gigantea ke tanah, membuat monster lipan itu berhenti seketika. "Urus tikus-tikus itu. Aku akan mengurus lipan yang imut ini." kata Shiro.
"Sama mustahilnya!" teriak para anggota aliansi Butterfly, menghindari serangan beruntun dari tikus-tikus raksasa itu.
Karena merasa lawan mereka cukup kuat, Ayah memutuskan untuk mementingkan keselamatan para Goblin dan melarang mereka untuk ikut bertarung. "Kalian tetaplah disini dan perhatikan cara mereka bertarung." kata Ayah, memberi perintah kepada para Goblin.
Mereka mengangguk dan pimpinan dari para Goblin itu menjawab, "Ba-Baik, Ayah-sama."
Ayah berlari membantu Shiro dan memotong kaki-kaki Scolopendra Gigantea, membuat monster lipan raksasa kehilangan keseimbangannya. SouthKing dan Marsha bergegas berlari untuk membantu teman-temannya mereka yang terus-terusan berlari dari kejaran kawanan Papagomys Armandvillei.
Sementara itu Bunda masih terdiam dan mendongak ke atas. Walaupun pandangannya masih tidak terlalu jelas, namun Bunda menyadari akan kehadiran kerumunan monster yang sedang terbang mendekat. Tanpa ambil pusing Bunda meluncurkan serangan ke arah kawanan monster terbang tersebut, membuat mereka mati berjatuhan.
Beberapa dari monster itu jatuh di dekat Shiro dan mengalihkan perhatiannya. "Tawon?" kata Shiro. Dia kemudian menancapkan pedangnya ke sela cangkang Scolopendra Gigantea. "Jadi cairan lengket itu adalah madu?" imbuhnya, mendongak keatas kearah kawanan tawon yang berterbangan.
===============================
Name : Tawon Ndas
Monster Type : Beast
Level : 15
Power : 1.500 CP
ATK : 900
DEF : 100
HP : 500
Speed : 25 Meter/Second
Skill : Blister Sting
Note : Beracun dan mematikan, Tawon Ndas adalah prajurit lebah kebanggaan sang ratu.
Blister Sting menimbulkan 500% damage dan juga dapat menyebabkan kulit melepuh yang dapat menimbulkan damage berkelanjutan sebesar 10% per detik selama 1 menit. Skill ini mempunyai cooldown selama 3 menit.
REWARD : Bee Venom, Ndas Needle, Red Crystal Essence {Level 2} And 20 Bronze Coin
===============================
Tawon Ndas memiliki warna hitam pekat dan tubuh sebesar kepala manusia. Oleh karena itu mereka juga sering disebut sebagai tawon kepala. Jarum sengat dari monster ini biasanya digunakan oleh para warga untuk amunisi dari senjata tradisional mereka yang dinamakan sebagai "Tulup".
Sarang Tawon Ndas dapat ditemukan di hutan dan pegunungan pada ketinggian yang rendah. Tawon Ndas membuat sarang dengan menggunakan lubang yang sudah digali oleh para hewan pengerat, atau menduduki tempat di dekat akar pinus yang sudah membusuk. Monster ini biasanya memburu serangga besar dan mempersembahkannya kepada sang ratu.
Muncul kawanan tawon baru, dan kali ini jumlah mereka jauh lebih banyak. Para Rajul Mustanie yang tersisa membantu Bunda menyerang kawanan tawon yang datang menyerbu, namun jumlah mereka hanya tersisa beberapa orang saja dan dengan mudah terbunuh oleh kawanan tawon itu.
Melihat para Rajul Mustanie yang mati satu persatu menghadapi monster bersayap, Shiro mendapatkan sebuah ide dan berencana untuk membuat pasukan baru. "Atasi lipan ini!" kata Shiro, berlari menjauh dari amukan Scolopendra Gigantea.
"Sesuai perintahmu, Shiro-sama." kata Ayah dengan tegas, menebaskan pedangnya ke kepala monster lipan raksasa itu dan menghentikan pergerakannya.