Beberapa saat kemudian Niken dan Putri datang.
"Nih, aku beliin jajan." kata Niken, menyodorkan beberapa kantung makanan dan minuman kepadaku.
"Tau aja kalo aku lagi haus Ken." sahut Ucil, datang menghampiri.
"Kalian udah cari talinya?" tanya Sinar ke Putri.
"Dah aku kasih ke Sufi tadi. Ini tinggal ngapain aja?" tanya Putri, membantu Ucil membagikan makanan kepada anak-anak yang lainnya.
"Ngasih warna doang." jawab Sinar singkat.
"Kalian nggak makan?" tanyaku, duduk di gundukan tanah.
"Udah tadi kok. Capek ya?" tanya Niken, menghampiriku.
"Mayan sih. Mau mijitin?" kataku, menyeringai.
"Okeeh.." Niken berdiri di belakangku dan memijit pundakku. "Kamu jadi ikut Pekan Ta'aruf nggak?" imbuhnya.
"Ha? Nggak lah. Ngapaen coba." jawabku, yang kemudian meminum pocari yang aku pegang.
"Sin! Shiro nggak mau ikut PekTa!" seru Niken.
"Ikut! Awas kalo nggak mau!" kata Sinar dari kejauhan.
"Ngapaen ikutan event itu coba? Ga jelas banget. Tuh event kan cuma wajib bagi anak kelas 3." keluhku.
"Ya mungkin Sinar pengen kelas kita aktif aja. Lagian juga nggak ada larangan untuk kelas 1 ikut. Ya, kan?" sahut Putri, berjalan mendekat.
"Kamu ikutan juga?" tanyaku kepada Putri.
"Nih, nemenin dia." jawab Putri pelan.
"Lah.. Emang kristen ada PDKT model Ta'aruf juga yak?" tanyaku, sedikit terkekeh.
"Ehm.. Nggak tau sih. Aku aja jarang ke gereja. Tapi apa salahnya untuk ikutan coba. Nggak dosa kan?" tanya Niken, sejenak berhenti memijitku dan sedikit mencondongkan wajahnya ke bawah untuk menatap mataku.
"Setahuku sih kagak. Ya kan bu nyai?" jawabku yang malah bertanya kepada Putri.
"Kayaknya sih nggak masalah. Pekta itu kan kedok model pendekatan aja sih kalo menurutku." jawab Putri. "Emang model pelaksanaanya kaya gimana?" imbuhnya.
"Ya.. Setahuku sih. Tahun lalu kayanya cuma perlu buat profil terus di tempel di majalah dinding gitu. Trus ntar kalo ada yang suka, tinggal hubungi wali kelas yang akan membimbing hubungan kalian gitu. Aktifitas pembelajaran juga masih normal kaya biasa." terangku.
"Di kasih kontak pribadi gitu?" tanya Putri, penasaran.
"Nggak. Yang punya kontak para peserta cuma para wali kelas. Jadi kalau emang niat PDKT ya harus lewat guru pembimbing." terangku lagi.
"Oh." Putri mengangguk mengerti. "Napa Ken?" tanya Putri, penasaran melihat Niken yang terlihat agak bingung.
"Nggak. Aku nggak bisa bayangin aja kalo bu Fitri jadi makcomblangku." jawab Niken, sedikit terkekeh.
Putri tertawa pelan seakan mengerti apa yang Niken bayangkan.
"Bu Fitri galak-galak gitu, aslinya baik sih kalo menurutku. Ya cuman kalo sama anak yang bermasalah tu agak nggak bisa akur lah ibaratnya." jelasku.
"Shiro.. Udah ah istirahatnya. Nggak selesai-selesai ini nanti. Pacaran muluk." sahut Sinar, berjalan mendekat.
"Cemburu yak?" candaku, menggoda Sinar.
"Nggak." jawab Sinar, jutek. "Soal Pekta tadi. Setidaknya 20 anak X-7 harus ikut. Sebagai formalitas aja sih. Kamu kalo nggak mau ikutan aku laporin bu Fitri ntar." imbuhnya, berdiri di hadapanku.
"Noh, kan. Lagian Ucil ama yang lainnya juga pada ikutan kok." sahut Niken.
Aku menghela nafas dan menggaruk keningku. Karena tidak punya banyak pilihan, aku pun menuruti perkataan Sinar dan Niken untuk mengikuti Pekta yang akan di mulai Senin besok.
.
.
Setelah semua pekerjaan kami di kebun selesai, anak-anak pun pulang ke rumah masing-masing. Setelah mengantarkan Putri dan Niken ke kost, aku kembali ke kebun untuk menjemput Sinar yang masih ada disana bersama dengan Ucil dan Mozek.
"Napa balik lagi?" tanya Sinar, menyapaku yang baru datang.
"Jemput kamu. Nggak baek cewek pulang sendirian maghrib-maghrib gini." jawabku, mematikan mesin motor.
"Kan aku bisa minta anterin Ucil sih. Lagian aku kost di deket sini." kata Sinar, memunguti sampah plastik yang berserakan.
"Iya, tauk. Kamu ngekost di belakang sekolah, kan?" kataku, turun dari atas motor.
"Kamu kok tahu?" tanya Sinar, penasaran.
"Ya tahu lah. Hatimu kan dah aku pasangi GPS." kataku menggodanya.
"Alah gombal muluk. Dah ayuk!" kata Sinar, berjalan mendekati motor. "Aku balik dulu ya?!" imbuhnya kepada Ucil dan Mozek yang masih bercengkrama di bawah pohon randu.
"Yoi!" jawab Ucil dan Mozek.
Aku menghidupkan mesin motor seraya berkata, "Pegangan yang kenceng. Ntar jatoh."
"Awas aja kalau kamu cari-cari kesempatan!" kata Sinar, memegang ujung belakang jaketku.
Aku memutar gas secara tiba-tiba, membuat Sinar tersentak dan hampir terjatuh.
"Pelan-pelan!!" sentak Sinar, menjambak rambutku dari belakang.
"Iya-iya. Aduh. Sakit, Sin!!" kataku, menstabilkan laju dari motorku.
"Makanya jangan main-main! Kalau jatuh gimana coba?!" gumam Sinar, perlahan melepaskan genggaman tangannya dari rambutku.
Walaupun kepalaku terasa sakit, namun hatiku terasa sangat bahagia. Mungkin inilah yang dinamakan cinta semasa SMA.
Beberapa saat kemudian kami sampai di rumah mas Dedy, pemilik dari kost yang Sinar tempati.
"Wiihh... Shiro boncengin cewek!" sapa mas Dedy yang sedang bersantai dengan anak-anaknya di teras depan.
"Loh, mas Dedy kok kenal kamu?" tanya Sinar, turun dari atas motor.
"Ati-ati Nar. Dia itu jahil banget orangnya. Pas masih SMP aja nakalnya nggak ketulungan. Apalagi sekarang." sahut mas Dedy, berjalan mengampiriku.
"Ooh.. Dia dulu dari SMP Nusantara toh? Bener mas, dia itu jahil banget, sebel aku sama dia." kata Sinar, menjulurkan lidahnya untuk meledekku.
"Sebel mah mulutnya. Tapi hatinya siapa tau, ya nggak mas?" candaku, tertawa pelan. "Kalo gitu aku pulang dulu mas, Sin." kataku, membelokkan arah motorku.
"Iya, hati-hati." kata Sinar dengan senyuman manisnya.
.
.
Di malam harinya. Karena kecapean, aku cuma menghabiskan waktuku di dalam kamar dengan tiduran dan mendengarkan lagu. Hingga sebuah notif pesan masuk mengalihkan perhatianku.
*Beep* "Keluar yuk? 😙" Niken.
"Aku capek Ken." to Niken
*Beep* "Dah ayuk. Jam 9 pulang. 🥺" Niken
*Beep* "Nggak ke kontrakan mas?" Revy
"Besok aja. Aku mau tidur." to Revy
*Beep* "Shirooo! 😡" Niken
*Beep* "Dicariin Niken kamu." Putri
"Sehari aja di kost nggak bisa ya tu anak?" to Putri
*Beep* "Ngajak ke salon katanya. 🙄" Putri
*Beep* "Shirooooooooo!! 😤😠" Niken
"Ini spam aku trus dia. Temenin kamu geh." to Putri
*Beep* "Nggak asyik katanya kalo nggak ada kamu. 😅" Putri
Kring... Kring... Kring...
Mungkin karena kesal pesannya tidak kunjung aku balas, Niken pun menelfonku.
"Ken.. Aku capek ini. Kalo aku sakit gimana? Nggak kasihan kamu? 🥺 Sama Putri sana geh." to Niken
*Beep* "😔 Yaudah deh aku ke salonnya besok aja. Tapi temenin. 🥺" Niken
"Iya. Dah aku mau tidur dulu." to Niken
*Beep* "Have a nice dream. 😉" Niken
"Cium dong. 😎" to Niken
*Beep* "😘😘😘" Niken
"Nah gitu 😊. Dah nggak usah bales." to Niken