Seminggu sudah, seminggu sudah mereka menikah. Acara digelar sangat mewah bahkan digadang-gadang pernikahan mereka merupakan pernikahan termewah tahun ini.
Ya, bagaimana tidak, Arka yang merupakan seorang pilot pasti tidak akan mau menyia-nyiakan pernikahan sekali seumur hidupnya itu.
Tanpa orang tua, bahkan yang menjadi wali dari Arsha saja penghulu, ada sebersit kesedihan dihati gadis yang kini sudah bertransformasi menjadi wanita tersebut.
Namun kesedihan itu tak berlangsung lama, sebab kehadiran sang nenek dan juga Sita sudah menggantikan dukanya.
Tak jauh berbeda dari Arsha, Arka pun sama. Ia yang sudah tak memiliki keluarga juga merasakan kekosongan saat prosesi sungkeman berlangsung. Namun lagi-lagi pasangan itu saling menguatkan. Seolah itulah takdir mereka.
Dua hari lalu pasangan baru tersebut pulang dari honeymoon yang berlangsung di Kota Paris. Ya, demi menyenangkan hati sang istri yang sangat ingin melihat menara Eiffel dan segala keromantisan yang tercipta disana, Arka rela mengambil cuti selama dua minggu. Seminggu mereka habiskan di sana, dan seminggu lagi akan mereka habiskan dirumah.
"Yang, aku keluar sebentar," nama panggilan pun sudah berganti yang awalnya hanya nama kini ada embel-embel sayangnya. Kata Arka biar rasa sayang di hatinya kian bertambah. Arsha awalnya merasa geli, namun lama-lama sudah terbiasa.
"Iya, hati-hati bawa motornya."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Jangan lupakan ciuman lembut di dahi dan salam sayang di punggung tangan Arka, mereka mulai membiasakan hal-hal kecil seperti itu.
Dan lagi, sifat protektif dan posessive Arka kian bertambah. Membuat kepala Arsha sering berdenyut dibuatnya. Mereka juga tak mempekerjakan pembantu, bukannya pelit, namun Arsha tak ingin tugasnya untuk berbakti kepada sang suami dan peluang menambah pahala malah diambil orang lain. Arka sempat menolak, namun Arsha sudah lebih pintar dalam hal mendebat. Membuat pria itu mengangguk pasrah sambil mencium pipi sang istri.
Tapi jangan lupakan segala peraturan yang Arka buat, pria itu hanya mengizinkan istrinya untuk mengerjakan hal ringan saja, seperti menyapu, masak dan hal ringan lainnya. Untuk mencuci sendiri sudah ada mesin yang mengerjakan, sedangkan untuk menyetrika, Arsha hanya menyetrika baju kerja Arka. Untuk baju lainnya Arka menaruhnya di Laundry. Arsha tak sempat menolak karna Arka lebih dulu memberi peringatan kepada wanita muda tersebut agar tidak membantah.
*****
Setelah sholat isya, mereka membaca Al-qur'an, ya agenda rutin mereka memang seperti ini. Kata Arka agar cinta yang mereka miliki tak melebihi cinta mereka kepada sang pemberi cinta. Terkadang Arka itu manis sekali, membuat Arsha takut diabetes dibuatnya.
"Aku angetin lauknya dulu mas, kamu duduk aja," kini pasangan muda tersebut sudah berada di dapur, sehabis mengaji Arka merengek lapar. Arsha dengan sigap membawa sang suami ke dapur untuk mengisi perut.
"Cepet ya yang, aku udah lapar," rengek Arka manja membiat Arsha mengangguk.
Tak lama, Arsha datang membawa lauk yang telah ia panaskan keatas meja. Melirik Arka yang tengan sibuk dengan ponselnya, ia pun langsung mengambil nasi dan segala lauk yang ada diatas meja untuk Arka.
Arka langsung meletakkan ponselnya, lalu tersenyum hangat kearah Arsha. "Makasih sayang," ucapnya, sebelum menyendokkan nasi tersebut, ia ber doa terlebih dahulu.
Tak jauh berbeda dari Arka, Arsha juga melakukan hal yang sama. Sesekali suara terdengar dari ke duanya, mengisi kekosongan yang tercipta.
"Yang, Rabu aku udah mulai terbang."
Saat ini mereka tengah bersantai diruang tamu, sambil menonton tv yang menayangkan film action. Arka meletakkan kepalanya di paha Arsha, menjadikan paha wanita itu sebagai bantalnya.
"Hm," Arsha hanya bergumam, sebab fokusnya tengah berada di film yang sedang berputar. Arka berdecak kesal, ia menangkup wajah sang istri, lalu mengarahkan wajah Arsha kebawah tepatnya ke wajahnya yang berada di bawah, di pangkuan Arsha.
"Kamu denger nggak sih."
"Apa mas?"
"Tuh kan, kamu nggak dengerin omongan aku."
Ya, Arka kini berubah menjadi manja, lebih tepatnya sangat manja. Bagaimana tidak, ia kini merasa ada yang memperhatikan serta menyayanginya setulus hati. Membuat ia menjadi sangat manja, dan bergantung kepada Arsha.
"Maaf, sekarang aku bakal denger. kamu mau ngomong apa?"
"Rabu aku udah mulai masuk yang, tapi cuma empat hari kok."
"Oh, emang mau terbang kemana?"
"Aku bakal landing ke Kalimantan, terus dari sana langsung ke Singapore."
"Enak dong kamu jalan-jalan."
"Aku bukan jalan-jalan sayang, aku cuma nganterin penumpang aja kesana. Habis itu balik lagi kesini."
"Ya sama aja, kan kamu bisa terbang ke berbagai tempat."
"Ya cuma nganterin aja, gak pernah sampe mampir kok. Lagian aku sekarang udah males mau terbang, enakan dirumah sama kamu."
"Ck, itu mah maunya kamu."
"Emang, aku suka gak tenang kalau lagi tugas, habisnya suka kepikiran sama kamu."
"Aku kenapa? Aku gak bakal kemana-mana mas, kamu jangan kayak gitu. Itu bisa ngebahayain kamu sama penumpang yang kamu bawa," ucap Arsha sambil mengelus surai hitam nan lebat milik Arka, membuat sang empunya menjadi nyaman dan keenakan.
"Iya, kamu kalau aku lagi tugas, jangan melanggar aturan aku ya."
"Hm."
"Yang bener jawabnya."
"Iya mas."
Keheningan menyelimuti mereka, Arka yang menikmati sapuan lembut dirambutnya, sedangkan Arsha, ia begitu menikmati kebersamaan mereka. Ada rasa hangat dan haru yang menjalari hatinya membuat ia yang sedang sensitif karna akan kedatangan tamu, ingin menangis. Namun urung, karna tak ingin merusak moment yang sedang tercipta.
******
Segini dulu ya, ini aku tulis buat mancing mood aku supaya bisa baik lagi.
Oh ya, aku sebenernya udah lama pengen buat cerita romantis gini tapi takut nggak dapat feelnya. Moga aja part ini feelnya dapat ya.
See you.
Batam, 6 Maret 20.