Chapter 6 - 6

Pagi pagi sekali Arsha sudah terbangun karena semalam sang majikan akan pergi, entah pergi kemana Arsha pun tidak tau dan tidak mau tau.

Dia hanya ditugaskan untuk memasak sarapan pagi, entah angin dari mana tiba tiba Arka ingin dimasakkan sup untuk sarapan paginya.

Dengan cekatan ia mengiris daging yang akan dimasukkan kedalam air yang sudah ditaruh bumbu sup sebelumnya, ia harus menyelesaikan tugasnya sebelum majikannya itu turun.

Tak berapa lama menu yang diinginkan pun sudah tersaji diatas meja tepat ketika Arka menapaki kakinya dilantai bawah rumahnya.

"Kopi saya mana?"

"Sebentar saya ambilkan dulu pak," jawabnya sambil tergesa-gesa kedapur ia lupa dengan segelas kopi yang wajib dihidangkan dipahi hari untuk tuannya itu.

"Ini pak," ujarnya sambil meletakkan segelas kopi dengan asap yang masih mengepul dihadapan Arka.

Melirik sekilas kearah Arsha yang masih berdiri di samping kiri meja makan, ia mengambil gelas tersebut meniupnya sebentar lalu menyeruputnya.

Entah mengapa setiap kali kopi bikinan Arsha ia teguk, dia seperti merasakan kembali kopi bikinan seseorang dari masa lalunya.

"Kamu tidak makan?" Pertanyaan tiba tiba Arka membuat Arsha yang sedang menatap wajah sang majikan pun mengalihkan pandangannya.

"Eh.. sudah pak,"

"Kalau begitu isikan nasi," ucap Arka sambil menyodorkan piring ke hadapan Arsha.

"Ini pak," Arsha menyerahkan piring penuh dengan nasi dan lauknya kehadapan Arka.

Setelah menyerahkan piring tersebut Arsha menuangkan air minum kedalam gelas kosong untuk Arka. Saat ia ingin beranjak dari sana Arka sudah lebih dulu menahan langkahnya.

"Kamu mau kemana?."

"Kebelakang pak," jawaban Arsha membuat Arka menaikkan sebelah alisnya.

"Disini aja temani saya," balas Arka mutlak.

Untuk membunuh rasa bosannya Arsha mengamati sekeliling ruang makan tersebut, setiap kali ia melihat interior rumah milik Arka ia selalu mengagumi betapa indah dan mewahnya rumah itu, tak sekalipun ia bosan mengamati rumah dengan nuansa abu-abu tersebut.

Selang beberapa menit Arka sudah menyelesaikan sarapan paginya, ia pun menoleh sebentar kearah Arsha.

"Saya mau pergi kamu tolong jaga rumah, kalau mau pergi ada pak Dono yang ngantarin kamu," belum sempat Arsha menjawab ucapan Arka, ia sudah beranjak dari sana menuju garasi untuk memakai salah satu mobil koleksiannya.

Deru mobil Arka menandakan sang empu akan pergi entak kemana, Arsha pun langsung membersihkan bekas makan Arka, dan membereskan pekerjaannya yang lain.

******

Hampir pukul setengah sebelas Arka belum juga menunjukkan tanda-tanda kepulangannya, membuat Arsha yang bertugas untuk mengunci pintu pun terpaksa harus menunggu.

"Lima belas menit lagi kalau belum pulang aku kunci aja deh pintunya, tapi kalau pak Arka pulang kayak mana? Tapi pasti pak Arka punya kunci rumah sendiri," ujar Arsha pada dirinya sendiri.

Sudah lelah ia menunggu, jam pun sudah menunjukkan pukul dua belas pas. Arsha yang memang sudah ngantuk pun akhirnya terlelap di sofa ruang tamu rumah tersebut.

Saat Arka memasuki pelantara rumahnya tepat pukul satu dini hari, ia memang memiliki masalah sedikit pada bisnis sampingan yang akan ia buat. Masalah yang tengah ia hadapi hampir menyita seluruh waktu santai yang ia punya. Sebenarnya Arka tak mesti turun tangan karena orang kepercayaannya pasti dapat menyelesaikan.

Saat membuka pintu ia mendapati pintu tersebut tidak terkunci, membuatnya mengernyitkan dahi. Apakah Arsha lupa dengan pintu ini.

Malas memikirkannya Arka langsung masuk, saat ia berjalan diruang tamu ia mendapati suara seseorang, seperti suara orang mengigau.

Arka berjalan mendekati suara tersebut ditengah ruangan yang gelap karena memang seluruh lampu sudah dimatikan.

"Sabar dek, kakak masih belum gajian."

Arka menghentikan langkahnya tepat didepan seorang gadis yang terlelap dihadapannya ini, ia duduk di karpet berbulu tepat diatas kepala Arsha.

"Em.. kamu harus tetap sekolah Sika," suara Arsha kembali menggema digendang telinga Arka.

Arka yakin pasti gadis dihadapannya ini sedang ada masalah, menghela nafas lelah Arka mengusap rambut Arsha yang menggeliat mencari posisi nyaman dalam tidurnya.

"Kamu punya masalah apa sebenarnya Arsha." Tanya Arka pada dirinya sendiri.

Masih menatap wajah polos Arsha, Arka yakin masalah apapun yang sedang dihadapi oleh gadis tersebut pastilah masalah yang berat.

Entah dorongan dari mana Arka mengecup kening mulus Arsha  dengan penuh perasaan. Dia sangat yakin bahwa Arsha adalah seseorang yang Tuhan kirim kan untuk menggantikan wanita yang telah pergi dari hidupnya.

*******