"Mam, udahlah!! Gausah diliatin sebegitu rincinya juga mam!" Pandu mengintrupsi.
Memang, saat ini mereka sudah berada dikediaman orangtua Pandu, lebih tepatnya dimeja makan. Bahkan kini kegugupannya kembali datang karena diperhatikan sedemikian rupa oleh Mami dari kekasihnya itu.
"Papi, mami waktu masih gadis sama kan kaya calon mantu mami ini??" Tanya Erie pada suaminya dengan senyum lebarnya.
Rudie terbatuk-batuk karena tingkat Narsistik istrinya yang akut parah.
"I--yaa... Mami sama cantiknya kaya calon mantu mami!!" Jawab Rudie terpaksa, karna jika tidak begitu istrinya ini akan memberikan tatapan permusuhan dan berakhir 3 hari 3 malam didiamkan.
Erie tersenyum penuh kemenangan
"Padahal mami udah tau, jawaban papi sebelum papi jawab!! Tapi yaudah mami sedang berbaik hati karena ada mantu mami disini"
Rudie hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bukan karena istrinya itu tidak cantik, namun ia kaget dengan pernyataan yang Erie lontarkan.
"Makan yang banyak ya nak!!" Titah Erie
Pita mengangguk dengan senyum manisnya.
Namun ia kembali teringat kejadian beberapa jam yang lalu saat mereka tiba disini, dimana saat dihadapkan dengan sesi tanya jawab kedua orang Pandu yang membuat Pita sedikit takut.
*Flashback off*
"Siapa nama kamu?" Tanya Erie wijayanti
Belum sempat menjawab Pandu mendahuluinya.
"Mami udah tau namanya kenapa nanya lagi mam??" Hardik Pandu.
"Mami ngga nanya kamu!! Mami nanya gadis disamping kamu!!" Ketus Maminya dengan memelototkan mata membuat Pandu ngeri melihatnya.
Sedangkan Pita masih dengan kegugupannya berhadapan dengan para senior Dirgantara itu, dilihat dengan caranya menjawab perkataan Pandu membuat Pita sedikit takut.
"Pi--taloka Bu!!" Jawab Pita setelah menemukan suaranya karena kegugupannya sendiri.
"Bu?? Jangan panggil ibu, panggil saja Mami, sama seperti Pandu!" Jawabnya datar.
Membuat Pita sedikit menciut, karena wajah datar dan tatapan meneliti Ibu dari kekasihnya itu, jangan lupakan jika ia juga melipat kedua tangannya didada
Pandu yang duduk disamping Pita hanya tersenyum memperhatikan kegugupan kekasihnya itu, terlihat menggemaskan dengan bulir keringat didahi kirinya, padahal ruangan ini cukup dingin karena AC
Pandu lalu menatap tajam Maminya
"Udah deh Mam, gausah akting!! Akting Mami itu ngga bagus... Mami mau buat calon istri Pandu jantungan??" Tegas Pandu kembali setelah melihat gadis disampingnya menunduk takut.
"Eehh, Mami pernah dapat Awards ya dulu, akting mami bagus!!" Balas Maminya tak kalah tajam menatap Pandu.
Tanpa sadar Pita meneteskan air mata karena ketakutannya sendiri, bahkan perebutan kata Pandu dan Maminya sama sekali tidak ia gubris, ia mencoba menahan tangannya yang bergetar dengan meremas kuat dress yang ia pakai.
Maminya lalu mengabaikan Pandu dan kembali menatap Pita namun tatapannya menjadi tatapan bersalah karena kekasih sang anak mengeluarkan air mata.
"Loh loh, ko nangis nak??" Tanya Erie seraya berdiri menghampiri Pita dan duduk disampingnya. Melewati Pandu dan mengambil posisinya dengan cara menggeserkan Pandu agar menyingkir.
Pandu hanya berdecak kesal, ia sudah tahu jika akan seperti ini!! Maminya ini dulu adalah Aktris, namun memutuskan untuk berhenti didunia perfilman setelah memutuskan menikah dengan Papinya.
Pandu beranjak pergi menuju sofa tempat Papinya berada dan hanya duduk menyilangkan kaki dan bersidekap tangan, sama seperti yang dilakukan Papinya. Seolah mereka sedang menonton acara yang sama sekali tidak menarik.
"Mami nakutin kamu nak??" Tanya Erie pada Pita
Pita hanya menggelengkan kepala.
"Maafin Mami ya!! Kamu pasti takut, mami tau!! Akting mami bagus kan??" Tanyanya kembali dengan tawa dibibirnya.
Demi apapun sebenarnya ia tidak ingin menangis namun setelah mendengar Pandu yang mengatakan jika Maminya itu hanya akting, membuat pertahanannya runtuh. Kini bukan takut ataupun gugup yang ia rasakan namun malu.
Maminya membawa Pita kedalam pelukan dan mengusap lembut punggung kekasih anaknya itu.
"Mami udah tau semuanya dari Pandu, mami cuma mau ngasah kemampuan akting mami dan ternyata berhasil!!" Ucapnya dengan nada menenangkan.
Jadi, ia hanya dijadikan kelinci percobaan??
"Mami seneng akhirnya Pandu, anak kurang ajar mami bawa kekasihnya kesini. Mami kira dia ngga tertarik sama wanita!" Ucapnya kembali yang mana membuat Pandu melotot tidak percaya karena secara tidak langsung, maminya menyangka jika ia 'gay'. Namun ia lebih memilih diam karena masih ingin melihat pemandangan gadis yang berada dipelukan Maminya.
Maminya mengurai pelukan dan menangkup wajah Pita dengan kedua lengannya menghapus airmata yang mengalir dipipi mulus calon menantunya.
"Mami ga semenakutkan yang kamu pikir!! Tanya sama Pandu.." Erie melirik Pandu, dan Pandu hanya mengangkat sebelah alisnya dengan posisi duduk masih betah seperti itu sama seperti Ayahnya.
"Mami bahkan menyambut kedatangan aku dengan tatapan tajam, dan sekarang bikin calon menantu mami nangis?! Kurang nakutin apa coba mami??" Jelas Pandu, membuat maminya tersenyum paksa karena merasa bersalah.
Pita tersipu malu dengan ucapan Pandu yang menegaskan kata 'Calon Menantu' dihadapan kedua orangtuanya. Dia amat sangat yakin jika kini pipinya sudah memerah karena malu.
"Senyumnya calon mantu mami manis!! Kamu pinter nyari calon istri." Tutur Erie.
"Tanya calon mantu mami, dia pake jimat apa bisa naklukin aku?!" Jawab Pandu menatap Pita.
"Kamu pake jimat apa nak??" Tanya Erie pada Pita yang langsung membuat Pita menggelengkan kepala cepat tidak percaya dengan pertanyaan Pandu dan Maminya.
"Dia polos, mami tambah suka!!" Dengan kekehan ia menatap lembut mata Pita
Kini Pita sudah sedikit tenang, karena suasana yang tadinya tegang menjadi sedikit ramai hanya karena perbincangan anak dan ibu itu.
"Mami anterin kamu ke kamar ya!! Kamu pasti cape kan??" Tanya Erie dengan mengelus bahu Pita dan langsung dianggukinya, karena jujur saja saat ini ia butuh rebahan.
"Aku aja mam!!" Pandu menawarkan diri.
"Mami aja!! Kalo kamu yang nganterin, mami ga yakin calon mantu mami bisa langsung istirahat!!" Jawab maminya dengan melotot.
"Mami kaya gapernah muda aja!!"
Namun perkataan Pandu tidak digubris sama sekali, mereka berjalan menuju kamar atas.
*Flashback on*
Pita senyum-sendiri tidak dipercaya jika kedatangannya bersama Pandu bisa disambut baik oleh kedua orangtuanya, dilihat dari manapun ia sangat berbeda jauh dengan Pandu. Posisinya diperusahaan hanya Office Girl dan Pandu Bosnya, pemilik perusahaan menggantikan posisi sang Ayah yang ingin pensiun. Dan mereka bagai langit dan bumi
Ternyata benar perkataan Pandu kedua orangtuanya baik. Ia kira orang sekaya ini akan tetap menjunjung tinggi Bibit Bebet Bobot calon menantunya, namun prasangkanya salah. Bahkan teringat jelas saat tadi percakapannya diruang tamu, meski tidak banyak namun mampu membuat detak jantungnya terpacu hebat karena Akting calon mertuanya.
"Kamu mikirin apa??" Tanya Pandu setengah berbisik
"Hah??"
"Kamu mikirin apa senyum-senyum sendiri? Tunangan? Nikahan? Apa malam per--- Awww!!!" Teriak Pandu. Serangan dadakan Pita dikakinya membuat mami dan papinya menatap heran.
"Ma---af" Pita tersenyum canggung
"Pap, kaya nya bakal nambah satu lagi wanita kejam dirumah ini."
Papinya hanya tertawa kecil sedangkan sang mami hanya cuek, dia sangat mengerti arah bicara sang anak yang secara tidak langsung menyebutnya kejam.
Pita juga baru mengetahui jika calon mertuanya ini dulu seorang Aktris, apa kabar dia yang tidak mengenali Erie Wijayanti aktris legend ibukota. Bahkan ia dibuat kagum oleh tingkat keNarsisan mami dari kekasihnya itu, hingga mereka menyelesaikan acara makannya dengan canda tawa.
******
"Otak kamu itu isinya apasi??" Tanya Pita.
"Isinya kamu, kamu, kamu!! Sisanya vulgar Hahaha!!"
Mereka kini duduk tepatnya dibalkon kamar Pita, menikmati suasana dingin malam. Disana ada sofa dan meja kecil dengan kopi dan teh serta camilan diatasnya.
Pita melotot tidak percaya dengan ucapan frontal kekasihnya itu.
"Dasar mes---." Ucapannya terhenti saat mendengar nada dering ponsel lalu melihat layarnya yang menampilkan wajah Lusi sahabatnya. Ia lupa menghubinya beberapa hari. Terakhir saat ia berada dirumah bibinya.
"Siapa??" Tanya Pandu
"Lusi, aku angkat dulu ya sebentar!!" Ia berdiri hendak berjalan, namun sebuah tangan kekar menarik pinggang rampingnya sangat kuat hingga membuat tubuhnya kembali terduduk, namun tidak diatas sofa melainkan diatas paha kekasihnya.
Siapa lagi jika bukan Pandu Dirgantara.
Tubuhnya bersandar pada dada bidang Pandu, bahkan ia bisa merasakan deru napas kekasihnya yang menggelitik ditelinganya. Yang mana membuat seluruh tubuhnya meremang, merasakan sensasi yang hanya ia rasakan saat bersama Pandu. Ia buru-buru menggelengkan kepala bersikap biasa saja, lalu mengangkat panggilan itu.
"Ha--Halo??"
๐"Halo pit?? Kapan pulang?? Lama banget si diCianjur nya??" Tanya lusi disebrang sana
"Mmm, aku diMa--lang lus!!" Ucapnya terputus saat Pandu dengan sengaja menaruh dagunya dileher jenjang Pita. Ia bahkan tidak fokus dengan pertanyaan Lusi, yang ia rasakan saat ini adalah rasa geli yang menjalar ditubuhnya.
๐"Hah?? Di malang? Ngapain si Pit?? Besok udah mulai kerja, mending balik deh!! Maen jauh amat ampe ke malang segala? Nanti keabisan ongkos!! Buru balik....."
"Bukan maen Lus!! Mmm nanti deh aku ceritain, sekarang aku tutup dulu ya!!"
๐"Lah lah, song----"
Pita menutup telponnya sepihak dan menaruh ponselnya, ia yakin saat ini Lusi sedang mengumpati dirinya.
'Masa bodo'
Pita melepas paksa tangan kekasihnya yang memeluk pinggang rampingnya lalu berdiri menghadap Pandu dengan wajah memerah, dan mata melotot.
Pandu yang tidak siap dengan gerakan dadakan Pita, terpaksa merelakan lengannya yang sedari tadi melingkar indah dipinggang wanita itu.
"Kamu malu???"
Pita mangap tidak percaya, Bosnya ralat 'kekasihnya' ini buta atau bagaimana?? Jelas-jelas Pita marah dengan perlakuan mesum Pandu padanya.
"Kamu mesum!!!" Tunjuknya.
"Aku??" Tanya Pandu jahil.
"Si--siapa lagi??"
Boleh tidak jika ia meninju wajah kekasihnya?? Dia terlihat tidak merasa bersalah atas tindakannya.
Sedangkan Pandu masih betah memberi tatapan jahilnya. Yang mana membuat Pita benar-benar ingin meninju wajah tampan itu!!
"Duduk!!" Titah Pandu.
"Kamu keluar deh sana, aku mau tidur!!!"
Pandu tetap pada pendiriannya dengan tangan menepuk-nepuk sofa itu. Pita hanya menghembuskan napas kasar mencoba bersabar dengan sikap calon suaminya, dan duduk kembali.
'calon suami'?? Belum, dia belum bertunangan.
Pandu menatap kecantikan wajah Pita dari samping, meneliti setiap inci ukiran tuhan diwajah mulusnya. Lalu tangan kanannya menarik bahu gadis itu agar bersandar didadanya. Kaliini dia tidak melawan, dia pasrah dengan perlakuan Pandu.
"Kamu mau dengar cerita aku?? Ada yang harus kamu tau!!" Tanya Pandu
"Cerita??" Pita balik bertanya dengan menatap mata Pandu.
"Dulu, aku hampir jatuh cinta!!"
Pandu menatap dalam kedua bolamata kekasihnya.
********
Udah ya segini dulu, maafin baru UP๐ Palaku vertigo mulu ini gaessโน๏ธ
.
.
yaudah deh, selamat menikmati, semoga kalian ga lari dari story ini karena UPnya ga nentu๐