3 sucks
Tak butuh waktu lama, Yoori sudah lekat dengan Jaera. Bahkan saking Yoori tidak mau lepas dari Jaera, Yonjae hanya bisa tidur di box bayinya karena Yoori yang selalu ingin digendong. Untung saja Yonjae tidak rewel. Ini sangatlah menjadi pengalaman baru bagi Jaera, mengurus bayi, dan harus 2 sekaligus.
Lantas Jaera melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 7 malam. Saatnya ia harus menunggu Lee Yoonki pulang. Tapi jujur ia sangat gugup, apa memang harus tugasnya seperti itu? Apa lagi harus bertatapan lagi dengan wajah itu, dingin tanpa ekspresi. Sungguh mengerikan.
Beruntung Yoori dan Yonjae sudah tidur nyenyak di box mereka masing-masing, jadi Jaera tak perlu repot-repot menggendong salah satu dari mereka, karna pengasuh hanya bekerja sampai jam 5 sore. Sudah hampir jam 9 malam, Jaera masih duduk di ruang tamu tapi masih tak ada tanda-tanda jika tuan kulkas berjalan itu akan tiba. Tapi Jaera harus tetap menunggu nya, karna ini satu satunya cara membalas kebaikan keluarga ini. Saat matany hampir terpejam, Jaera mendengar suara mobil yang memasuki pekarangan rumah. Akhirnya, pulang juga orang itu.
"Selamat malam tuan," sapa Jaera gugup seraya membungkuk padanya. Tapi Yoonki hanya melewati Jaera anpa menghiraukan sedikitpun.
"Bi-biar saya bawakan tasnya tuan," Jaera mengambil pelan tas yang Yoonki jinjing. Barulah Yoonki menoleh dan menatap Jaera sangat tajam. Namun Yoonki hanya kembali melanjutkan langkahnya. Jaera menunduk seraya mengikutinya dari belakang.
Duukk
Kepala Jaera terbentur sesuatu. Aroma alkohol tercium jelas di hidungnya. Bagaimana aku ia ini bau alkohol? Karna, si Jeeon bajingan itu. Jaera sering mencium bau ini saat ia pulang dari club malam. Jaera mendongak, astaga ia membentur dada Lee Yoonki yang membalikkan badannya.
"Kenapa kau masih mengikuti ku?" Tanyanya dengan nada menusuk.
"Itu..." Jaera sangat gugup. "Itu, nyonya Lee menyuruh ku untuk membantu anda menyiapkan air untuk mandi."
"Aku bisa sendiri. Sana pergi!" Perintah nya.
"Tapi, nyonya Lee sudah memberi perintah padaku tuan. Ini sudah menjadi pekerjaan ku."
Dia hanya berdecak kesal "terserah kau saja," kemudian dia berbalik dan membuka pintu kamarnya
Lagi lagi Jaera dibuat kagum oleh dekorasi rumah ini. Kamar pria ini, meski hanya didominasi warna hitam dan putih ini
sangat mewah.
"Apa kau hanya akan berdiri seperti orang bodoh di sana?" Tanyanya mengangetkan Jaera.
"Cepat lakukan saja apa yang sudah menjadi tugasmu dan segeralah keluar dari kamar ini!"
Jaera meletakkan tasnya dan berjalan menuju pintu yang ia pastikan kamar mandi. Sial, tak bisakah ia memerintah setajam itu. Pantas saja ibunya sendiri mengatainya si keras kepala. Selain keras kepala ternyata mulutnya juga sangat tajam. Setelah selesai dengan air panas di bathup Jaera keluar dari kamar mandi.
"Astaga," kaget nya. Saat ia baru saja keluar, dan harus berpas-pasan dengan tuan Lee Yoonki yang sudah bertelanjang dada yang hanya menggunakan boxer hitam. Jaera hanya menunduk tanpa menoleh padanya. Sebagai seorang wanita, tentu saja ia gugup dengan situasi seperti ini. Meskipun badan si Jeon brengsek itu lebih bagus dari Lee Yoonki. Tetap saja seorang wanita akan gugup melihat tubuh pria tanpa menggunakan baju.
" Airnya sudah siap tuan. Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Jaera yang lagi lagi ia tak mendapat respon.
Setelah dia masuk, Jaera lagi lagi menatap kagum kamar ini. Tapi pandangan nya sedikit terganggu pada baju kotor Lee Yoonki yang tergeletak berceceran di lantai. Jaera memungut pakaian itu, mungkin ia akan dapat poin plus jika melakukan ini. Karna tugas ini tak ada disebut kan oleh nyonya Lee tadi.
"HYA, JAERA-SSI!" teriak Lee Yoonki lantang.
Kenapa dia harus berteriak selantang itu, tak bisakah pelan saja memanggilku? Jaera belum tuli.
"Iya tuan ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jaera mendekat pada pintu kamar mandi.
Pintu kamar mandi terbuka dan betapa kagetnya Jaera saat pria yang hanya menggunakan boxer ini menarik nya kasar ke dalam kamar mandi.
'Oh astaga apa yang akan dia lakukan?' batin Jaera.
Pikirannya melayang pada hal mengerikan yang sudah Jungho lakukan padanya. Dan Yoonki menariknya hingga bathup.
"Apa kau berniat membunuh ku dengan air sepanas ini?" Marahnya.
Ah sial, bagaimana bisa ia lupa mencampurkannya dengan air dingin. 'Kau memang bodoh Jaera!' rutuknya dalam hati.
"Maaf tuan, aku lupa menaruh air dingin nya," ucap Jaera menyesal.
"Cepat tambahkan air dingin nya!"
"Baik tuan"
Selama Jaera menambah kan air dingin ke bathup, pria ini hanya berdiri sambil berkacak pinggang di depannya. Tuhan, bisakah ia menjauh dari pandangan Jaera sedikit saja.
"Sudah tuan"
"Keluar!"
****
Apa memang harus Jaera masuk ke dalam? Tak enak rasanya masuk ke kamar ini mengingat tadi malam. Jaera masih berdiri bingung di depan pintu kamar Lee Yoonki si mulut tajam itu.
"Tuan, apa anda sudah bangun? Boleh aku masuk?" Akhirnya Jaera memberanikan diri untuk mengetuk pintunya.
Tapi tak ada jawaban sama sekali. Menurut nyonya Lee, jam segini pria itu sudah bangun. Tapi kenapa dia tidak menjawab, oh Jaera lupa, selain bermulut tajam pria itu juga irit bicara.
"Masuk saja, mungkin Yoongi sedang mandi." suara nenek Lee yang mengangetkan Jaera saat ia lewat begitu saja.
Namun Jaera masih ragu untuk masuk. Sampai nenek Lee membuka pintunya dan mendorong Jaera masuk ke dalam.
Bagus, ternyata memang pria itu sedang mandi. Jaera bergegas membuka lemari pakaiannya. Sebelum pria itu selesai mandi dan membuatnya terjebak lagi di situasi tak menyenangkan.
Jaera hanya menggaruk tengkuknya bingung, baju macam apa yang harus ia siapkan. Jaera tau itu jas, tapi yang yang mana? Ini banyak sekali.
"Apa lagi yang kau lakukan di kamar ku?"
Lagi-lagi, haruskah Jaera mendapat pemandangan pria bertelanjang dada seperti ini. Percayalah, ini sulit.
"Nyonya Lee, menyuruh ku menyiapkan baju kerja anda tuan."
"Apa yang ibu mau sebenarnya?" gumam Yoonki. "Yasudah, cepat ambil kan bajunya!"
"Tapi aku tak tau yang mana tuan ingin pakai."
"Ambil sembarang saja."
Jaera memilih jas, kemeja dan dasi yang menurutnya bagus. Dan menaruhnya di ranjang.
"Kenapa kau masih berdiri di sana? Apa kau mau melihat ku berganti pakaian?" Tanya Yoonki saat melihat Jaera masih berdiri di kamarnya.
"Itu..."
"Apa ibu juga menyuruhmu, memasang kan dasi untukku?"
"Y-ya."
"Hhhh, ya sudah keluar dulu. Nanti ku panggil lagi."
Jaera keluar, lebih bagus daripada ia harus berada di dalam. Jaera hanya menyandarkan punggungnya pada pintu menunggu pria itu selesai.
"Masuk. Aku sudah selesai."
Jaera masuk lagi, dan mengambil dasi yang tergeletak di ranjang. Mendekat untuk memakaikan dasi ini.
"Ck, dasar pendek," ejeknya tak acuh. Jaera diam, memang nya ia ada nyali untuk membalas pria ini? Tak ada. Sama sekali.
Untung saja sore kemarin nyonya Lee sudah mengajarkan nya bagaimana cara memakai kan dasi. Jadi Jaera tak harus mendapatkan ejekan yang kedua pagi ini.
"Sudah tuan, kalau begitu saya permisi."
Jaera keluar dan tak lama Yoonki pun ikut keluar untuk sarapan. Jaera hanya kembali ke kamar untuk melihat Yoori dan Yonjae yang masih setia bergelung di dalam selimut mereka. Saat akan menuju ruang makan karna mungkin Jaera bisa membantu membersihkan piring kotor, ia mendengar si Lee Yoonki itu protes pada ibunya. Tentang tugas Jaera pada nya.
'Bagus tuan Lee Yoonki, aku juga tak suka pekerjaan ini. Karna aku tak bisa menolak nya, lebih baik kau yang menolak nya pada nyonya lee,' gumam Jaera.
Tapi apa nyatanya? Lee Yoonki sikeras kepala itu kalah telak melawan ibu dan neneknya. Terlihat jelas saat raut wajah kesalnya meninggal kan ruang makan, dan berpasangan dengan Jaera
"Semua karna kau, hidup ku penuh ancaman dari ibu dan nenek," ucapnya dengan nada yang tidak enak pada Jaera.
Jaera hanya termangu. Salahnya? Dimana letak salahbya? Jaera juga dipaksa tuan Lee Yoonki yang terhormat. Ia pikir Jaera akan mau melakukan ini dengan senang hati. Begitu? Jika bukan karena keluarga Lee yang sudah sangat baik padanya. Jaera juga tidak mau. Jaera akui, Yoonki juga baik saat menolong nya saat itu. Tapi lama-lama pria Lee ini juga menyebalkan.
'Pantas saja istrimu lebih memilih pergi seperti itu. Karna tuhan tau, lebih baik dia pergi daripada harus hidup dengan orang seperti mu.'