"Kau apakan lagi istrimu?" Aku sedang duduk meratapi nasib di halaman belakang rumah orang tuaku. Baru saja, terjadi lagi masalah kecil yang sepertinya akan menjadi besar antara aku dan istriku.
Aku merasa, beberapa hari ini istriku terasa jauh. Tidak ada lagi Hannah yang setiap pagi minta dibuatkan susu. Tidak ada lagi Hannah yang setiap malam minta dielus perutnya. Tidak ada lagi Hannah yang setiap pagi minta dikecup bibirnya. Tidak ada lagi Hannah yang memintaku untuk melakukan ini dan itu. Semua dikerjakannya sendiri. Sekarang, aku sudah menjadi suami yang tidak dibutuhkan istrinya.
Tidak berguna.
Aku menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Bapak. "Tidak ada," jawabku.
"Kau mau membohongiku?" kata Bapak lagi. Tadi, Ibu juga sudah menceramahiku panjang lebar. Sekarang, saatnya Bapak untuk memberiku ceramah sesi kedua. "Mana mungkin tidak kau apa-apakan? Aku melihatnya menangis di dapur setiap sore."