Chereads / Mafia's Little Angel / Chapter 11 - Secercah Lentera Penerang

Chapter 11 - Secercah Lentera Penerang

"Apa yang kau lakukan?"

David mengeringkan rambutnya. Baru saja selesai membersihkan tubuhnya yang beberapa saat lalu dipenuhi keringat akibat rutinitas baru yang dilakukannya dengan Angeline.

Semenjak saat itu, David selalu membangunkan Angeline dengan cara yang tidak biasa. Setiap pagi, gadis itu selalu terbangun berkat kecupan-kecupan hangat David di bibirnya, yang berujung pada permainan ranjang yang sangat panas di pagi hari.

Entahlah, akhir-akhir ini David jarang berada di rumah pada malam hari. Mungkin lebih tepatnya di apartment. Ia selalu menyuruh Angeline untuk tidur lebih dulu.

Dan karena hal itu, mereka hanya bisa melakukan kegiatan favorit mereka di atas ranjang pada pagi hari.

"Menonton film." jawab Angeline yang sedikit kesulitan untuk terus menahan fokusnya pada layar laptop yang berada di pangkuannya, dengan posisi duduk bersandar pada kepala ranjang. Tentu saja, tubuh bagian atas David yang terekspos itu terlalu sulit untuk ditolak.

"Menonton film?" tanya balik David.

"Yup."

David berjalan ke arah lemari pakaian dan mengambil sebuah kaus yang nyaman untuk dikenakannya di rumah. Hari ini David tidak ada hal penting yang membuatnya harus pergi ke kantor, jadi mungkin ia hanya akan menghabiskan waktu berdua dengan Angeline di rumah.

Kini David duduk di samping Angeline, menyelipkan rambut Angeline ke belakang telinganya sehingga ia bisa mengecup telinganya. "Jika tahu kau ingin menonton film, aku bisa menyewakan satu studio bioskop untukmu."

"Terlalu boros. Lagipula film ini juga sudah lama tidak ada di bioskop."

"Memangnya film apa yang sedang kau tonton?"

David terdiam sejenak saat melihat ke layar laptop yang berada di pangkuan Angeline.

Terlihat seorang pria sedang bercinta dengan seorang wanita. Sebenarnya itu hal yang biasa. Namun yang tidak biasa adalah cara mereka bercinta yang terkesan lumayan ekstrim.

David melirik ke arah Angeline yang matanya masih terfokus pada layar laptop. "Aku tidak tahu kalau kau penggemar 'BDSM'."

"Tidak juga. Aku hanya suka jalan ceritanya. Begitu romantis." balas Angeline yang berusaha sebiasa mungkin, walau adegan dalam film yang ia tonton sedang panas-panasnya.

"Apa yang membuatmu berpikir BDSM itu hal romantis?"

Kini Angeline membuang napas Jengah dan menoleh ke arah David. "Kubilang jalan ceritanya, bukan cara mereka bercinta. Mengerti?"

David hanya tersenyum, membuat Angeline mengerti bahwa ia sedang dipermainkan.

"Bisakah kau membiarkanku menonton film dengan tenang? Kumohon."

David mengiyakan permintaan Angeline yang sudah memasang ekspresi puppy-eyes nya itu. Ia pun berbaring dengan kedua tangan menopang belakang kepalanya.

Beberapa kali Angeline melirik ke arah David yang begitu tenang menunggunya selesai menonton film. Di satu sisi, ia merasa kasihan kepada David karena membuatnya menunggu seperti itu. Namun di sisi lain ia benar-benar ingin menonton film berjudul Fifty Shades of Grey yang sudah lama hangat dibicarakan di media sosial itu.

Walau Angeline tidak tahu bahwa David sudah terbiasa diam dengan tenang hingga berjam-jam dengan senapan runduk berada di genggaman tangannya, menunggu saat yang tepat untuk melubangi kepala seseorang.

Angeline yang sudah tidak tahan dengan rasa bersalahnya akan sikap tenang David langsung menutup laptop di pangkuannya itu, menaruhnya pada meja terdekat dan ikut berbaring bersama David.

David menoleh. "Sudah selesai?"

Gadis itu mengangguk pelan sambil memasang ekspresi bersalah. David yang melihat hal itu mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Angeline dengan lembut untuk menghilangkan jejak rasa bersalah di wajah cantiknya.

Perlakuan manis David selalu bisa membuat Angeline luluh.

Dalam hatinya, gadis itu masih penasaran bagaimana bisa seorang yang begitu tampan dan memiliki status sosial yang berada sangat jauh di atasnya bisa jatuh cinta kepadanya. Ia selalu merasa bahwa David berada di luar jangkauannya yang bukan siapa-siapa.

Namun sikap David yang terlampau manis kepadanya selalu bisa menepis segala macam prasangka buruk yang muncul di benaknya.

"Kenapa tidak menontonnya sampai selesai? Aku masih sanggup menunggu." ucap David sambil mengelus kepala Angeline.

Gadis itu menggeleng. "Aku yang tidak sanggup melihatmu menungguku seperti itu."

"Kau yang memintaku untuk membiarkanmu menonton film dengan tenang."

Angeline mengerutkan keningnya, "Kukira kau akan melakukan hal lain selagi menungguku, tapi yang kau lakukan hanyalah berbaring dengan tenang. Apa kau tidak merasa bosan menungguku seperti itu?"

David membelai wajah Angeline dan menaruh tangannya di pipi gadis itu. Angeline memegang tangan David yang berada di pipinya, kembali memasang ekspresi bersalah.

David tersenyum. Angeline sudah menduga bahwa lelaki di hadapannya akan mengeluarkan kata-kata manis lagi seperti yang selalu ia katakan kepadanya. Namun yang dikatakan David selanjutnya malah membuat Angeline terkekeh pelan.

"Sangat. Rasanya seperti menjadi mayat hidup."

Angeline pun mendekatkan wajahnya, mengecup bibir David yang langsung dibalasnya dengan tempo yang sama. Kecupan dan belaian David selalu membuat Angeline merasakan sengatan-sengatan aneh yang perlahan mengalir di seluruh tubuhnya dengan cara yang menyenangkan.

Angeline menyudahi ciumannya dengan menggigit bibir bawah David dengan gemas. Hal itu selalu bisa membuat David tersenyum. Ia merebahkan kepalanya pada otot bisep David, berusaha mengatur ulang napasnya.

"Ceritakan aku tentang dirimu." pinta Angeline yang masih merebahkan kepalanya di tangan kekar David.

"Aku tampan, kaya, dan seksi."

Angeline terkekeh pelan. "Bukan itu. Maksudnya ceritakan hal yang belum kuketahui darimu."

"Seperti apa?"

"Umm … " gumam Angeline sejenak. "Masa lalumu mungkin?"

David terdiam sejenak.

Haruskah ia menceritakan masa lalunya yang dipenuhi peluru dan darah?

"David?" tanya Angeline, mulai bingung dengan sikap diam David.

Tidak.

Angeline belum boleh tahu tentang hal itu. Mereka belum sedekat itu hingga David bisa menceritakan hal yang terlampau mengerikan seperti jati dirinya sebagai seorang mafia tyang paling ditakuti seantero Dunia Bawah saat ini.

David hanya takut Angeline belum bisa menerimanya dan meninggalkan David, membuatnya kembali hidup sendirian dalam jalan gelap berlatarkan pembantaian yang selama ini dijalaninya.

Bukan. David bukannya menjadi lembek. Hatinya masih saja bengis dan dahaga akan darah yang tidak akan pernah bisa terpuaskan, selama dendamnya kepada orang-orang yang telah menjebak Hendrick Brasco—ayah angkatnya—masih belum terbalaskan.

Tapi David merasa, Angeline adalah secercah lentera penerang, satu-satunya cahaya yang bisa menemaninya dalam gulitanya jalan yang ia tempuh.

Dan demi apapun David tidak ingin kehilangan cahaya itu.

Angeline. Gadis polos yang entah dari mana datangnya itu telah menjadi sesuatu yang berharga bagi David.