Pagi itu cuaca sangat cerah, burung burung kecil mengitari rumah panti asuhan kecil itu dengan suaranya yang merdu. Angin sepoi sepoi mengindahkan hari hari yang ada di sekitar daerah itu.
Bunyi lonceng pagi hari menandakan waktu sudah menunjukan pukul tujuh. Seorang perempuan berusia kira kira 18 tahun dengan rambut pendeknya di bawah telinga percis bersiap untuk berangkat mengasah pendidikannya. Dia merupakan salah satu penghuni panti asuhan tersebut. Panti asuhan St. Claire adalah sebuah panti asuhan kecil di Desa Onike yang terdapat di Kota Honolulu.
"Lexa, kau sudah siap ke universitas, anakku?" Tanya suster Regina pada Lexa si perempuan berambut pendek itu. Ya nama gadis itu Lexa, Alexa Luxurio. Nama yang begitu berani dan sensual.
"Ya, sus, doakan aku agar semuanya berjalan lancar. Aku akan kembali setiap akhir pekan," jawabnya yang sudah menyelesaikan mengikat tali sepatunya.
"Tuhan selalu bersertamu, anakku, jangan lupa hubungi aku ketika sampai disana oke?"
"Siap suster Regina ku yang paling cantik!!" Lexa memperagakan seperti hormat pada tiang bendera ketika upacara.
Lexa memasuki bus yang sudah menjemputnya untuk menuju ke Universitas Honolulu Internasional. Sebuah Universitas favorit pilihan setiap muda mudi di Honolulu. Lexa adalah seorang yang beruntung mendapatkan beasiswa mangasah ilmu disana. Dia mencoba keberuntungannya ketika ada suatu sayembara menjawab semua pertanyaan mengenai Honolulu yang berhadiah beasiswa belajar di UHI (universitas honolulu internasional) sampai lulus sarjana. Dan Tuhan memang di pihak Lexa. Lexa dihubungi untuk segera belajar di universitas itu. Di desa Onike hanya Lexa saja yang berhasil masuk universitas itu.
Lexa telah sampai di UHI. Terpampang ada sekitar 4-5 bangunan yang menjulang tinggi dan besar. Lexa lalu bertanya pada satpam dimana dia mendapatkan informasi tentang mahasiswi beasiswa. Sang satpam dengan ramah memberitahukan ruang informasi di salah satu bangunan yang ada di depannya. Lexa melangkahkan kakinya ke ruangan tersebut. Ketika ia sampai ke dalamnya, beberapa pasang mata memperhatikannya dari bawah sampai atas. Lexa yang cukup sederhana hanya mengenakan kemeja putih yang dibalut dengan cardigan peach nya dan rok model clock sepanjang lutut seperti anak sekolah bercorak kotak kotak merah. Dan tak lupa sepatu convers yang menghiasi kakinya. Lexa hanya mengumbar senyum dan menuju ke biro kemahasiswaan.
Seorang wanita bergaya stylist memberi tahu segala tata aturan di UHI dan Lexa mendapatkan kamar di asrama sesuai fasilitas yang di dapatkan mahasiswa beasiswa. Lexa sudah mengerti semua dan bersiap mengikuti mata kuliah besok. Lexa mengambil jurusan Management Pemasaran di Universitas itu.
....
Hari hari Lexa ternyata tidak seperti yang ia bayangkan. Setiap hari ia mendapat banyak ejekan dari teman sekelasnya. Bukan hanya teman sekelasnya, setiap berganti mata kuliah, ada saja temannya yang mengoloknya. Mengatakan bahwa dirinya hanya bebek usang yang sedang di pelihara di UHI. Bukan hanya itu, Lexa juga dikatakan kampungan karna pakaiannya yang sangat sederhana. Bagaimana tidak sederhana, dia hanyalah perempuan dari panti asuhan desa kecil di Honolulu.
"Lexa, apa kau tidak punya selera yang bagus? Hanya mengenakan kemeja dan rok atau kaos dan jeans usangmu itu, kau tidak membawa uang banyak untuk membeli pakaian bagus satu saja!!"
"Lexa, namamu tidak seperti gayamu. Berbeda jauh sekali, sebaiknya kau ganti namamu si buruk rupa,"
"Lexa, apa kau mempunyai kaca mata yang lebih bulat? Aku akan membelinya lebih mahal dari biaya kuliahku!!
Hahahahahahahahaaa
Namun, Lexa seperti batu karang yang diterpa ombak, tidak pernah meladeninya, tidak pernah membalasnya, dia hanya memikirkan mengapa semua orang kaya seperti ini. Tidak ada sopan santun dan attitude. Dia bersumpah dia akan menjadi seorang wanita yang cantik dan sukses.
....
Suatu ketika dia melewati segerombolan wanita sekitar 3-4 wanita yang mengitari seorang pria. Pria itu dikatakan tertampan di UHI. Gabriel. Ya itu nama yang diingat oleh Lexa. Lexa sempat memperhatikannya dan memikirkan sesuatu yang agak menggelikan pikirannya.
"Mengapa ada pria dengan gincu di bibirnya dan sepertinya dia menggunakan pensil alis agar terlihat tebal dan seksi, ahhh bagaimana para perempuan itu menggilainya? Tidak masuk akal!!"
Dan sekarang Lexa harus melewati segerombolan itu untuk menuju ruang seminar.
"Hai bebek usang! Kau tidak lelah terus mengikuti seminar?" Ucap Samantha salah satu diantaranya dan juga merupakan teman sejurusan Lexa. Lexa tidak menggubrisnya dan hanya diam. Samantha tidak tinggal diam dan menghampirinya. Gadis yang terbilang cibirannya paling sadis itu menarik tas ransel Lexa dengan tangannya yang geli. Lexa terdiam.
"Kau tidak dengar apa yang kukatakan? Kurasa kau harus membersihkan telingamu yang kotor itu, bebek usang!!" Samantha menarik tas ransel Lexa sehingga Lexa berbalik menatap Samantha.
~Lexa tenang, kau tidak akan pernah menang, diam saja lebih baik~ pikir Lexa dalam hati.
"Ikut denganku!!" Samantha menarik lengan baju Lexa ke arah Gabriel. Samantha memang berniat mempermalukan Lexa.
"Gabriel apa kau tahu, aku pernah lihat dia memperhatikanmu, bagaimana menurutmu?" Samantha mendorong Lexa ke arah Gabriel sehingga ia terjatuh di bawah kaki Gabriel.
"Hai cantik!! Sebenarnya dirimu cantik, tapi kurang dipoles saja, apa kau mau dipoles?" Kata Gabriel mendongakan kepala Lexa dengan memegang dagu Lexa.
"Apa maumu, lepaskan aku!!" Bisik Lexa pelan sampai hanya Gabriel yang mendengar.
"Aku akan menjadikanmu putri, kau datang ke tempatku nanti malam dan puaskan aku, bagaimana? Kau akan menyukai gaya bercintaku, sayang,"
Cuih!! Dengan berani, Lexa meludahi paras nan tampan Gabriel. Gabriel lalu menghempaskan wajah Lexa sehingga dirinya jatuh ke lantai.
Hahahahaha! Gabriel tertawa!
"Hebat juga kau angsa liar?! Bahkan memegang dagumu saja aku jijik! Bagaimana aku harus melihat kemaluanmu yang pasti sangat memuakan!!" Ucap Gabriel kasar sambil membersihkan tangan yang tadi memegang dagu Lexa.
Kali ini hati Lexa terasa di lecehkan. Semua orang yang mengitarinya mentertawakannya. Akhirnya dia menitikan air matanya. Dia merasa sendiri dan terjepit. Dia pun tidak ada teman dan kerabat yang berada di sekitar universitas itu.
Sampai sebuah uluran tangannya bertandang di depan matanya.
"Bangunlah, kau tidak pantas seperti ini," suara tegas dan gagah dari seorang pembicara seminar yang selalu dihadirinya.
"Itu Tuan Egnor Jovanca, awas awas, dia menolong bebek usang itu!!" Bisikan terus bergema di sekitar gerombolan itu.
Lexa bangun dengan menggenggam tangan Egnor. Lexa menghapus air matanya dan terus menunduk.
"Gabriel, aku katakan padamu untuk pertama dan terakhir kalinya, jika aku melihat atau mendengar saja kau melecehkan Lexa atau perempuan yang lainnya lagi. Aku tidak akan segan segan mem blacklist namamu di seluruh kantor lawyer di Honolulu. Aku akan bicarakan pada ayahmu!! Kau sangat tidak pantas menjadi pengacara!!" Ucap Egnor tegas. Dia lalu membawa Lexa ke ruang rektor untuk memberikan perlindungan lebih pada Lexa.
Gabriel yang mendengarnya hanya mematung namun tangannya mengepal kesal.
Dan mulai hari itu Lexa tidak pernah ada yang mengganggu. Dia menjalani hari hari belajarnya di UHI dengan tenang dan tidak ada lagi ejekan sampai dia lulus sarjana dengan hasil yang memuaskan. Ternyata Suster Regina adalah saudara angkat dari Aunty Anne ketika belajar biarawati bersama. Suster Regina meminta tolong kepada Egnor yang sering menjadi pembicara seminar di UHI untuk melindungi Lexa, anak kesayangannya di panti.
Kehidupan Lexa dijamin oleh Egnor. Dan sejak saat itu, Egnor juga meminta Lexa untuk bekerja bersama Viena Jovanca (mantan terindah), adik Egnor di Legacy.
....
bersambung,
Next part 2 cerita si leon
Halo semua jumpa lagi di ceritanya si lele (Lexa-Leon) mohon like n komennya 😍