Chereads / CINTA PASANGAN ASISTEN / Chapter 3 - PART 3: Pacar Asisten

Chapter 3 - PART 3: Pacar Asisten

Dua tahun kemudian di kota Legacy.

Pagi itu cuaca sangat cerah, mendukung hiruk pikuk para karyawan yang hendak bekerja. Mereka memasuki sebuah gedung yang tidak begitu tinggi namun mempunyai sisi elegant. Gedung yang hanya memiliki empat lantai dimiliki oleh dua perusahaan. Salah satunya perusahaan iklan, yaitu Jovancy Adv.

Gadis itu berlarian menuju kantornya karna waktu sudah hampir menunjukan pukul sembilan pagi. Dia tidak mau terlambat karna dia merupakan salah satu panutan para karyawan.

"Selamat pagi, Nona Alexa," sapa sang keamanan membuka kan pintu kaca untuknya. Lexa hanya menunduk dan tersenyum. Dia lalu menuju ke lift dan menekan tombol up.

Ting! Akhirnya dia tepat menekan mesin absensi yang menyatakan dirinya datang tepat waktu. Dia lalu menuju ke ruangan atasannya untuk memastikan kedatangan bos nya dan mengecek kegiatan hari ini.

"Nyonya, apa kau di dalam?" Tanya Lexa membuka pintu ruangan bosnya perlahan. Ternyata nyonya nya sudah bertandang di depan meja kerjanya.

"Selamat pagi nyonya, ini kopi anda, apa sudah mengecek email hari ini?" Lexa meletakan kopi yang sebelumnya sudah dia buatkan untuk bos nya.

"Lexa, tolong kau tangani perjanjian pembuatan iklan kali ini. Sepertinya aku mengenal pemilik hotel ini. Perasaanku tidak enak, aku ke toilet sebentar." Perintah atasannya sang CEO Jovancy Adv, Viena Jovanca (mantan terindah).

Lexa langsung mengambil alih laptop yang digunakan atasannya. Dia mengecek email yang masuk dan melihat isinya. Dia paham dan mengerti tabiat atasannya. Dia lalu memeriksa latar belakang klien nya kali ini. Kliennya kali ini adalah perusahaan perhotelan yang sudah sangat terkenal. Dan sepertinya pemilik perusahaan ini mempunyai kenangan bagi bos nya.

"Bagaimana Lex, kau sudah paham apa yang kumaksud? Kau sudah satu setengah tahun menjadi asistenku mana mungkin kau tidak tahu," Viena sudah kembali dan menyandarkan tubuhnya di tembok dengan tangan terlipat.

"Yes madam, i know it!! Aku pergi sekarang atau besok?" Tanya Lexa mengerti. Yap, inilah pekerjaan Lexa, asisten pribadi Viena. Baru kali ini Viena menggunakan asisten, karna dia merasa sekertaris saja sudah cukup, namun referensi dari kakaknya ternyata tidak mengecewakan.

Lexa sangat cakap dan enerjik. Dia juga mengetahui secara detail ilmu management pemasaran. Dan ini merupakan hal yang sangat terkait pada perusahaan periklanan Viena. Lexa juga penurut dan sangat sedikit melakukan kesalahan. Oleh sebab itu, Viena memutuskan untuk menjadikan Lexa asisten pribadinya. Bukan hanya di kantor, Lexa juga selalu membantu Viena di luar pekerjaan. Lexa juga sangat senang bekerja bersama Viena karna Viena tidak suka meminta macam macam atau yang membuatnya kesal. Viena malah menganggapnya seperti adiknya sendiri. Tapi, Lexa tetap harus selalu menghormatinya. Itulah pesan Suster Regina ketika Lexa sudah lulus sarjana dan meminta ijin bekerja di Legacy dengan Viena, adik Egnor sang lawyer.

........

Lexa memasuki pekarangan gedung Hotel Prime dengan supir dari kantorny. Lexa mengamat amati betapa besar dan tingginya hotel tersebut. Biasanya Lexa menghampiri kliennya bersama dua temannya di sebuah cafe atau restoran, namun Tuan Dion, pemilik Hotel Prime yang meminta pihak Jovancy untuk langsung ke kantornya.

"Nona Alexa, kau mau turun disini atau di lobby parkir?" Tanya sang supir menyadarkan Lexa yang masih memperhatikan besarnya Hotel Prime. Sang supir sudah memberhentikan mobilnya di depan lobby pintu utama Hotel.

"Ah iya, disini saja, Bill," jawab Lexa sopan.

"Nanti kau tunggu di cafe hotel ini saja ya, aku yang traktir," suruh Lexa ketika turun dari mobil.

"Siap nona!" Bill mengangkat tangannya ke dahi untuk hormat pada Lexa. Lexa tersenyum dan memasuki lobby utama hotel.

Sebelum dia bertanya pada resepsionis, Lexa lagi lagi memperhatikan betapa mewah dan elegannya hotel prime.

~Pasti biaya untuk menginapnya sangat mahal. Biaya apartemenku satu bulan pasti kalah,~ decak Lexa dalam hati. Dia sering mengunjungi hotel, tapi hotel yang satu ini benar benar berbeda dari hotel yang lain.

Setelah beberapa menit memperhatikan hotel itu, Lexa tersadar akan pekerjaannya. Dia lalu menuju meja resepsionis untuk bertanya dimana ruang kantor utama asisten Tuan Dion Prime. Lexa juga memberitahu kalau mereka sudah membuat janji.

"Nona Lexa, terimakasih sudah menunggu. Silahkan anda ke lantai 8. Keluar lift belok kiri. Silahkan anda menemui Nyonya Nancy, sekertaris Tuan Pri sebelum bertemu asistennya," kata sang resepsionis ramah. Lexa mengucapkan terimakasih dan langsung menuju lift.

"Hem, bertemu asistennya saja harus melalui sekertarisnya dulu, sedangkan aku langsung saja bertemu denganku, haha, apa asistennya perempuan juga ya?" Gumam Lexa merasa lucu dan menuju ke lift.

Dia menekan tombol lift ke atas dan langsung terbuka karna saat itu hari sudah melewati jam makan siang. Biasanya, para karyawan atau pengunjung sudah berhambur untuk makan siang jadi tidak ada yang menggunakan lift.

Ketika Lexa hendak masuk ke lift, seorang pria menabraknya menyeruak masuk ke lift. Mereka berdua masuk ke lift dengan tubuh pria itu berhimpitan pada Lexa yang membuat mereka seperti dua tungkup roti.

Sesaat mereka bertatapan karna mereka merasa ada sesuatu yang membuat mereka terpesona. Bersamaan dengan itu pintu lift ke atas tertutup.

.......

Pria itu memperhatikan mata Lexa yang berwarna hitam bercampur coklat tua yang sangat menenangkan. Lalu dia turun ke bibir Lexa yang cukup tebal dibagian bawah seperti siap dilahap. Dan terakhir pria itu tersenyum pada Lexa.

"Apa apaan kau ini?!" Senyum pria itu menyadarkan Lexa dari pesonannya terhadap pria itu.

"Ada apa denganmu?! Apa tidak bisa berjalan pelan sampai harus menabrak?!" Lexa mengebas ngebaskan pakaiannya yang acak acakan karna tertabrak pria itu.

Lexa lalu meliriknya lagi. Tatapan mata pria itu sangat tajam karna matanya yang lancip seperti kucing. Pria itu masih tersenyum dan membenahi bungkusan yang ia bawa.

"Maafkan aku, aku buru buru dan aku melihat pintu lift terbuka, aku juga melihat ada wanita cantik yang hendak masuk jadi kupercepat langkahku, kau tidak apa apa?" Jelas pria itu lagi lagi menatap Lexa.

Seketika Lexa salah tingkah dan wajahnya sedikit memerah. Ini adalah kali pertama ada seseorang yang mengatakan dirinya wanita cantik. Dia baru menyadari kalau dirinya sudah dewasa.

"Gunakan matamu untuk bisa masuk dengan benar jangan asal menabrak," decak Lexa kesal lalu melipat tangannya.

"Kau bekerja disini atau mau menginap? Sepertinya aku baru bertemu denganmu kelinci cantik," pria itu lalu mencondongkan tubuhnya mendekati wajah Lexa membuat Lexa agak risih dan salah tingkah.

"Kau jangan macam macam atau akan kuadukan pada asisten pemilik hotel ini. Dia - dia - em - dia pacarku!!" Jawab Lexa gelagatan. Lexa tahu dia berbohong tapi baru kali ini dia bertemu pria yang sangat genit dan mencoba menggodanya. Dia mencoba melindungi dirinya agar terjadi hal hal yang tidak diinginkan, pasalnya dia berada di sebuah hotel dan tidak menutup kemungkinan akan ada pengunjung yang akan melakukan hal yang tidak tidak. Dia menjadikan asisten Tuan Dion sebagai tameng yang sebentar lagi akan dia temui. Tuan Dion pasti tidak akan keberatan jika dia meminjam asistennya dan dia merasa kalau asisten Tuan Dion adalah seorang pria. Lexa sempat tertawa kecil.

"Asisten pemilik hotel ini? Asisten Tuan Dion Prime?" Koreksi pria itu dengan wajah keheranan.

"Iya, asisten Tuan Dion, kami berpacaran, jadi kau jangan macam macam atau kau akan ditendang dari hotel ini,"

Akhirnya pria ini menyadari kalau wanita yang dia goda sedang membohonginya karna Lexa tidak menyebutkan namanya.

"Oke oke kalau begitu, sampaikan salamku padanya kalau pacarnya ini sangat cantik sehingga aku menggodanya," ucap pria itu menyeringai dan menekan tombol angka 8 pada lift karna lift sudah menunjukan angka 6.

Lexa melirik arah tangan pria itu menekan angka 8 dan seketika perasaannya jadi tidak enak. Hatinya seketika juga berdegup. Tapi dia tidak ambil pusing. Dia menghindari tatapan mata pria itu dan hanya memainkan jarinya dengan tangannya yang terlipat di depan dada.

Ting! Akhirnya pintu lift lantai 8 terbuka. Lexa masih terdiam membiarkan pria itu melangkah lebih dulu dan benar saja pria itu langsung menyeruak keluar dari pintu lift.

"Aku duluan ya kelinci galak, ingat sampaikan salamku pada pacarmu, ting!" Pria itu mengedipkan mata ke Lexa dan dia berbelok ke kiri.

Lexa bergidik. Dia menarik napas sambil keluar dari lift. Dia harus menyampaikan pada bos nya kalau dia menemukan pria aneh yang membuat jantungnya mau copot.

Sebelum Lexa menemui Renzy sang sekertaris, Lexa lebih dulu menuju rest room untuk membenarkan pakaiannya. Lexa mengenakan kemeja dan skinny jeans yang dipadukan dengan outer panjang berkerah dan boot wedges sepanjang setengah betis sehingga menutupi bagian bawah skinny nya. Lexa tampak stylist. Dia lalu melihat cermin. Ada guratan memerah di wajahnya karna ucapan pria itu. Dia memperhatikan wajahnya dan ternyata dia memang cantik tapi tidak begitu sempurna.

"Mami, kecantikan ini pasti karenamu," gumam Lexa tersenyum mengingat kepergian ibunya ketika dirinya berusia 15 tahun.

"Baiklah, saatnya bekerja," katanya lagi menyemangati dirinya.

Lexa keluar dari rest room lalu berjalan menuju sekertaris Tuan Dion untuk menemui asisten Tuan Dion. Dia berharap semoga jika asisten Tuahn Dion seorang pria, dia tidak menyebalkan seperti pria tadi. Ketika Lexa melewati lift, dia menyadari bahwa pria tadi keluar lift lalu berbelok kekiri. Dia berpikir sejenak, namun dia menggelengkan kepalanya. Dia berharap dia tidak bertemu pria itu lagi.

Lexa menuju sekertaris Renzy yang sedang mengetik laporan di komputer minimalisnya. Sangat canggih, gumam Lexa dalam hati.

"Permisi, saya Lexa dari Jovancy Adv. Saya mau menemui asisten Tuan Dion, Nyonya." Katanya dengan pelan dan sopan.

Renzy menurunkan sedikit kacamatanya dan memperhatikan Lexa lalu tersenyum.

"Kau utusan Nyonya Jovanca bukan?" Tanyanya laku berdiri hendak berjabat tangan.

Lexa mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan kembali.

"Mari ikut aku," Renzy lalu berjalan memasuki sebuah ruangan dengan dua pintu yang cukup besar dan megah.

"Leon, ada yang mau bertemu denganmu, dia utusan Nyonya Jovanca," panggil Renzy pada seorang pria yang sedang menyiapkan berkas berkas dengan posisi membelakangi Renzy dan Lexa.

Lexa sedikit gugup, dia mengingat pundak pria tadi. Tapi dia membuang pikiran negatifnya.

"Oke, terimakasih Renzy sayang," kata Leon dengan maksud menyuruh Renzy pergi.

~suara itu? Apa itu pria tadi? Tapi dia sepertinya sama menyebalkan dengan pria tadi, tidak tidak bukan!!~ gumam Lexa dalam hati.

"Sayang sayang, jangan membuatku diserbu semua penggemarmu!!" Decak Renzy dan keluar dari ruangan.

"Jadi, bagaimana perjalananmu kemari untuk menemuiku, sayangku?" Leon berbalik dan melipat tangannya menyeringai. Sebenarnya Leon sudah merasa kalau Lexa ini adalah utusan Nyonya Viena karna hanya dia satu satunya orang yang disuruh Tuan Dion untuk menemuinya sebelum bertemu dengan bos nya.

"Kau?!" Kata Lexa bingung namun sedikit kesal.

"Iya aku, pacarmu bukan? Jadi apa kau merindukanku?" Leon mulai mendekati Lexa perlahan lahan. Lexa mulai berjalan mundur sampai terhenti karna terhalang tembok. Dia terpojoki. Keringatnya mulai bercucuran di kepalanya padahal ruangan itu sangat dingin.

"Sayang, setelah pekerjaanku selesai temani aku minum di cafe ya?" Leon kembali menghimpit Lexa seperti di lift dengan satu tangannya menyandar ke tembok di atas kepala Lexa.

"Jangan macam macam, atau?" Ancam Lexa makin tak berdaya karna tatapan Leon yang sangat membuatnya salah tingkah.

"Atau kau akan mengadukan pada pacarmu si asisten pribadi Tuan Dion?" Leon menyeringai gemas pada Lexa.

Seketika pintu ruangan itu terbuka.

"Sudah Leon, jangan permainkan dia, kalau Viena tahu, habis kau!!" Kata Dion melewati Leon yang sedang menggoda Lexa. Leon terkesiap menarik dirinya dari Lexa. Lexa pun menarik napas.

~piufht, akhirnya dia menjauh,~ gumam Lexa dalam hati.

"Kali ini kau selamat sayang," ucap Leon masih menggoda Leon. Leon langsung mengikuti Tuan Dion ke ruangan satunya lagi. Ruang utama Dion Prime. Direktur Hotel Prime.

.......

Bagaimana? Menegangkan? 😁😁

Plis responnya 😍 like komen vote power i need thankyou

Next yuk part 4

attention plis: segala jalan cerita, karakter dan nama kota di novel ini PURE IMAJINASI Penulis 😊