"Ibu! Aku tidak mau ke Legacy, aku mau disini bersamamu, bersama ayah, Angel, Juan, mengapa kau mengorbankan diriku?" Suara seorang pria cukup gagah dan tegap namun memiliki sisi kekanak kanakan yang masih terpatri, padahal dirinya menginjak umur 26 tahun.
Seorang pria dengan pendidikan yang cukup memuaskan di satu satunya perguruan tinggi di Springfield.
Seharusnya dia sudah memiliki pekerjaan di kota besar seperti Legacy atau Oriental, namun dia malah memilih mengawasi perternakan dan padang rumput bunga milik keluarganya. Katanya hal ini lebih menyenangkan ketimbang harus menghirup asap kendaraan di kota besar itu. Nama pria ini Danteleon Janson dan cukup panggil dia Leon.
"Leon, Tuan Jeremy sudah membicarakannya pada ayahmu. Dia mau mengajakmu bekerja dengan tuan muda Dion. Mereka memiliki Hotel bintang lima terkenal di Legacy. Keadaan keuangan kita sangat memprihatinkan Leon. Kau harus mengerti. Kau anak laki laki pertama. Kau harus membantu ayahmu mencari nafkah. Juan masih sangat kecil dan Angel harus sekolah. Mengertilah anakku!!" Ucap seorang ibu dengan serak dan putus harapan. Dia memohon pada anaknya yang kini hanya bersandar di sofa dan melihat ke arah Juan yang sedang bermain mobil mobilan.
Sesaat dia memikirkan hubungannya dengan Solane. Gadis yang saat ini menjadi kekasihnya. Dia sangat mencintai Solane dan tidak mau meninggalkannya. Pasalnya Solane adalah anak Gubernur Springfield yang kecantikannya luar biasa di kota itu. Dia mendapatkan cinta Solane dengan susah payah ketika kuliah. Dan sekarang dia harus meninggalkannya begitu saja. Sungguh berat pikiran Leon, namun dia juga tidak bisa berpangku tangan saja melihat kesulitan keuangan keluarganya.
"Aku akan meminta bantuan pada Solane, ayahnya sangat baik padaku," saran Leon pada ibunya. Mata Leon berkaca kaca berharap agar ibunya menyetujui sarannya dulu.
"Leon, sudah berapa kali ibu katakan, kau jangan terlalu berharap pada Solane. Kau kan tahu apa jabatan ayahnya, tolonglah anakku, kita hidup biasa biasa saja," kata sang ibu menyerah pada anaknya yang sangat keras kepala.
"Ibu, percayalah, ayahnya baik padaku, dia malah menyuruhku menjaga Solane baik baik. Kau tenanglah dulu, malam ini aku akan menemui ayahnya. Oke?" Leon mengusap usap pundak ibunya yang kini sudah duduk melemah disampingnya.
.....
Leon sudah berdandan semaksimal mungkin. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna hitam dan celana jeans biru tua. Dia sungguh menawan.
Dia mau menemui ayah Solane dan pasti akan bertemu dengan Solane. Dia tidak memberitahu Solane terlebih dulu untuk membuat kejutan. Leon sudah menyiapkan sebuket bunga lili dan mawar putih yang dirangkai oleh Angel. Angel dan Solane cukup dekat dan dia menyukai kekasih kakaknya itu.
"Kau harus memberikan padanya, kak, titipkan salamku padanya ya?" Pesan Angel memberikan sebuket rangkaian bunga itu.
"Siap bos, akan kusalamkan pada kakak iparmu," Leon menerima buket bunga dari adiknya dan siap pergi. Setelah ia meminta ijin pada ayah ibunya dan mencium pipi gemas Juan, Leon berlalu ke rumah Solane.
Sesampainya di rumah Solane, Leon memberhentikan mobil tuanya di depan gerbang rumah Solane terlebih dahulu. Dia mengeluarkan kepalanya dan menekan klarkson. Ada seorang pria paruh baya yang tak lain satpam keluarga Solane keluar dari pos penunggu nya.
"Oh Tuan Janson, tunggu sebentar saya buka," kata sang satpa sopan.
Setelah Leon memarkirkan mobilnya, dia menghampiri satpam itu lagi.
"Tuan Hans, apakah ada Tuan besar di dalam?" Tanya Leon.
"Tuan besar sedang pergi, Tuan, tapi ... " Jawab Hans agak cemas.
"Kau kenapa? Solane ada kan?" Tanya Leon memotong perkataan Hans.
"Ada Tuan, tapi ... " Jawab Hans dan lagi lagi Leon memotongnya.
"Baiklah, terimakasih Tuan Hans, aku akan menemuinya," Leon langsung menuju pintu utama untuk masuk menemui Solane.
Seorang pelayan perempuan membukakan pintu dan terkejut seperti melihat hantu.
"Nancy, kau kenapa? Kau seperti belum pernah bertemu pria tampan saja," Tanya Leon yang langsung menyeruak masuk. Leon memang sudah terbiasa mondar mandir rumah Solane.
"Tu - Tu - Tuan Janson, Nona ti - ti - tidak ada," kata Nancy terbata bata, seperti ada yang disembunyikan.
"Tuan Hans bilang ada, bagaimana kau bilang tidak ada sedangkan Tuan Hans yang memantau kalian keluar masuk bisa bilang ada, kau ini bercanda, aku akan menemuinya. Ohiya, ice coffee seperti biasa, ting," Leon memberikan kedipan pada Nancy seperti biasa dan menuju ke atas kamar Solane.
Nancy tidak bisa berkata apa apa lagi karna pesona Leon yang berwajah tajam, potongan rambut yang simple namun sangat ramah. Wanita mana yang tidak menyukainya.
Leon menaiki anak tangga dengan semangat namun ketika dia sampai ke lantai dua. Dia mendengar suara seperti desahan, sedikit teriakan dan kata kata vulgar keluar dari orang orang yang sangat familiar. Seketika hatinya berdebar keras, emosinya terpicu dan dia seperti tidak mau melangkah lagi membayangkan apa yang sedang dilakukan dengan Solane dan?
Leon berhenti di depan kamar Solane. Dia meraba pintu kamar Solane dan mendengar apa yang terjadi di dalam.
"Ahhh, Jimmy pelan pelan, kau membuatku sesak, ahh - ahh .."
"Aku akan memuaskanmu Solane, kau tak akan melupakannya,"
"Kau memang bisa membawaku ke surga, Jimmy, aahh - ahhh"
"Ya aku lebih hebat dari Leonmu itu kan? Arrghhh, aku mau sampai, Solane!! Arghh!!"
"Ya terus Jimmy, ahhh - ahhh,"
Brak!! Leon mendobrak pintu kamar Solane setelah Jimmy berhasil mengeluarkan kepuasannya.
"Leon! Sedang apa kau disini?!" Teriak Solane terkejut melihat kedatangan Leon dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Untuk apa selimutmu itu?! Aku dan Jimmy sudah melihat semua kepunyaanmu kan?! Kau tidak semulus tubuhmu Solane!" Decak Leon ketus dan tajam.
Jimmy dengan santai mengambil sepuntung rokok dan menyalakannya.
"Ahh Leon, kau harus tau statusmu dan biarkan Solane yang memilih, ya kau tahu kan siapa yang dia pilih?" Cetus Jimmy dengan angkuh.
"Aku tidak berharap dipilih, selamat menikmati bekasku ya, sampai jumpa!!" Leon menatap Solane sangat tajam sampai Solane tak berkata apa apa lagi. Leon berlalu dengan wajah sangat kesal.
"Kau ini!! Aku masih membutuhkannya!!" Decak Solane mengejar Leon.
"Leon, aku bisa jelaskan sayang," Solane yang hanya mengenakan balutan selimut berhasil menghentikan Leon sebelum ke daun pintu masuk. Leon membalikan kepalanya dan menatap Solane tajam.
Belum sampai Leon berkata, ayah Solane pulang ke rumah dan melihat penampilan anaknya.
"Sedang apa kau Solane?!" Ayahnya mebelalakan matanya.
"Tuan Reynald Tsui, sepertinya aku tidak cocok dengan anakmu, sebaiknya kau cepat nikahkan dia dengan anak Tuan Choi, permainan mereka sangat bagus bergulat di ranjang, aku permisi," hormat Leon dan melewati Tuan Reynald, ayah Solane.
Leon meninggalkan buket bunga untuk Solane di meja utama dan meninggalkan rumah kekasihnya itu untuk selama lamanya. Dia bersumpah dia tidak akan kembali kesana apapun alasannya.
......
Welcome to Legacy with Dion Prime (mantan terindah), Leon 😍😍
Next part 3 yaa 🤗🤗
Ada cerita apa ya?