Chapter 7 - Mantan Istri

Leo awalnya tersenyum bangga tetapi melihat Nabila menampilkan wajah datar lagi senyuman Leo memudar. "Nabila, ada apa?" Nabila memalingkan wajah pada Leo dan dengan senyuman tipis dia menggeleng.

"Jangan bohong katakan apa masalahmu? Mungkin saja aku bisa membantumu." kata Leo lagi. Mata Nabila kemudian tertuju ke bawah lebih tepatnya memandang kaki palsunya.

"Kaki palsuku sudah tak berfungsi lagi; aku butuh yang baru---" Tiba-tiba mobil mendadak berhenti. Ternyata baru mendengar cerita Nabila, Leo sudah tahu arahnya mau ke mana jadi dia lantas menyuruh supirnya untuk mencari toko kaki palsu.

"Ayo turun,"

"Tapi---"

"Tidak ada tapi-tapian. Kita beli kaki palsu yang baru untukmu." potong Leo dengan nada tegas. Nabila menggigit bibir bawahnya, wajahnya merona kala memikirkan dia tak bisa jalan dengan kaki palsu yang dia punya sekarang tetapi Nabila malu untuk memberitahukannya pada Leo.

"Ada apa?" Nabila mendongak sehingga kelihatan pipinya merah pada sang suami. "Aku tak bisa jalan. Kaki palsuku yang aku pakai sudah tak bagus lagi jadi---"

Sekali lagi Leo mengerti arah pembicaraan Nabila. Dia lantas mendekat berniat menggendong istrinya itu. Tak lupa dia memerintahkan agar Nabila berpegangan agar tak jatuh. Di dalam toko tersebut, Leo mendudukan Nabila ke kursi dan menyuruh penjaga toko agar memberikan Nabila sebuah kaki yang cocok untuknya.

Nabila diam saja kala Leo memilih dan memasangkan kaki palsu pada Nabila. "Bagaimana? Apa cocok?" tanya Leo seraya berdiri.

Leo dengan cekatan membantu Nabila kala gadis itu berusaha untuk bangun. Beberapa langkah dicoba, Nabila tersenyum cerah kemudian mengucapkan terima kasih pada suaminya. "Sudahlah jangan seperti itu, kita ini suami istri wajar kalau kita saling membantu lagi pula kau sudah menolongku dalam banyak hal."

Setelah membayar, keduanya pulang. Setibanya di rumah, bukan hanya disambut oleh Adam ada seseorang yang bersamanya. Sesosok wanita cantik dengan seyuman ramah menghampiri mereka. "Leo,"

"Emily." Leo menghampiri dan memeluk Emily yang juga membalas pelukan tersebut. "Bagaimana kabarmu?" tanya Leo setelah melerai pelukan.

"Baik. Oh iya aku minta maaf karena tidak mengunjungimu saat kecelakaan itu terjadi."

"Tak apa-apa aku mengerti. Aku lihat kau sudah berisi ya?" Emily menyambutnya dengan tawa.

"Tentu aku sedang hamil sekarang." balas Emily seraya mengusap perutnya.

"Wah benarkah? Selamat! Sudah berapa bulan?"

"Baru satu bulan. Mm, Leo ... dia siapa?" tanya Emily sadar akan kehadiran Nabila. Leo menoleh pada Nabila sekilas kemudian menatap lagi Emily.

"Emily, perkenalkan dia istriku namanya Nabila dan Nabila...." Leo sekali lagi memalingkan wajah pada sang istri.

"Dia Emily, mantan istri yang sekarang jadi sahabatku." Nabila terkesiap beberapa saat melihat ke arah Emily yang tersenyum ramah. Nabila langsung menyunggingkan senyuman yang dibuat dan pamit untuk tak mengganggu obrolan mereka.

Jujur, dia merasa sedikit tersisihkan sebab Emily dan Leo akrab sekali. Di dapur, Nabila mengembuskan napas kasar. Pikirannya selalu tertuju pada fakta bahwa Emily adalah mantan istri Leo. Kenapa mereka harus bercerai? Hubungan mereka terlihat baik-baik saja? Dan Nabila mengakui jika saja wajah Leo tak terluka dan Emily masih menjadi istri Leo, mereka pasti akan menjadi pasangan yang sempurna.

"Nabila, kenapa kau melamun?" Nabila terkejut dengan pertanyaan Adam yang entah datang dari mana. Tanpa mengubah raut wajahnya dia memandang Adam. "Kakek, Kakek kapan berada di sini? Kok aku tak lihat Kakek datang?"

"Jawab dulu pertanyaan Kakek? Kenapa kau melamun? Apa kamu terganggu dengan kedatangan Emily dan dia lebih akrab sama suamimu?" Nabila lantas menggeleng.

"Aku hanya heran saja, kenapa mereka bercerai? Emily itu baik dan cantik, tak sama sepertiku yang jelek ini. Aku yakin jika dia berada di posisiku maka dia akan melakukan sama seperti yang aku lakukan sekarang. Menyemangati Leo." Adam tersenyum mendengar penuturan Nabila. Cucunya itu sedang merasa galau.

"Nabila, semua pasangan cerai itu pasti ada masalah termasuk Leo dan Emily. Kendati mereka berdua sama-sama baik." sahut Adam.

"Lalu apa alasannya mereka berpisah?"

"Kenapa kau tak tanya saja pada mereka berdua. Aku percaya bahwa kau akan mendapat jawaban dari mereka."

🌟🌟🌟🌟

"Istrimu itu manis sekali." ungkap Emily setelah keduanya duduk dan menyeruput teh yang disiapkan.

"Terima kasih. Aku pun tentram tinggal bersamanya tidak seperti mantan istri yang keduaku itu. Banyak mintanya dan sekarang aku bersyukur dia meninggalkanku jadi aku tak perlu memenuhi kebutuhannya lagi." Penjelasan Leo hanya mendapat senyuman dari Emily.

"Apa boleh aku melihat luka di wajahmu?" Leo terperanjat. Dari sorot matanya terlihat ragu membuka topeng yang dia kenakan.

"Leo, kita berteman dan kau tak mau memperlihatkanku lukamu itu. Ayolah sedikit saja." pinta Emily dengan raut wajah memelas. Leo tersenyum hambar. Dirinya dengan perlahan membuka ikatan topeng lalu membukanya. Tampaklah luka di sebagian wajah Leo yang menciptakan rasa miris pada wanita itu.

"Wah, kau terluka cukup parah. Pasti ini sulit bagimu."

"Ya ... mulanya tapi sekarang aku sudah tidak terlalu memikirkan hal itu berkat Nabila. Dari pertama aku berjumpa, gadis itu selalu mendorongku agar selalu maju. Dengan kasih sayangnya, dia membuat aku bisa pergi ke luar dan tak akan memaksaku jika aku tak ingin. Pokoknya, aku senang bisa mendapat istri yang baik seperti dia." ungkap Leo dengan mimik muka bahagia.

Nabila yang berdiri agak jauh ikut juga tersenyum sesekali mengelap air matanya. Dia terharu dengan ungkapan Leo yang bangga memilki istri seperti Nabila.