62. Penuh Kasih Sayang
Seusai mobil terparkir. Seno menyuruh Nesya untuk mengendap-endap masuk rumah. Layaknya maling yang takut ketahuan. Insiden di tempat futsal takutnya diketahui Papanya dan menyangka Seno sama ikut-ikutan. Lampu rumah sudah redup, melihat pun terlihatnya remang-remang. Seno dan Nesya penuh hati-hati masuk rumah, siapa tahu Papanya atau Mamanya belum tidur dan masih di ruang pertama.
"Baru pulang?"
Suara barithon itu menghentikan langkah Seno dan Nesya. Jantung Seno tiba-tiba berdetak dengan cepat. Dalam hatinya merapalkan doa supaya Papanya tak mencium bau apapun atau penasaran dengan apapun.
"Papa belum tidur?" tanya Seno, berusaha mengalihkan dengan apapun, sedangkan Nesya hanya diam saja, membiarkan Seno yang menjelaskan, toh dia kan di ajak saja.
"Dari mana?" tanya Adnan, tak menjawab pertanyaan yang sama sekali tak perlu ditanyakan, justru terdengar sekali akan mengalihkan pembicaraan.