Chereads / Beautiful Doctor VS The Cyber Police / Chapter 72 - Apakah Kalian Berteman?

Chapter 72 - Apakah Kalian Berteman?

"Kau sudah bangun, bebh?" Tanya Viona sambil mengucek-ucek kedua matanya.

"Iya bebh, aku mau ke Rumah Sakit dulu, menjenguk Ronald." Jawab Alice enteng, dirinya kini tengah dengan balutan handuk. Ia akan bergegas untuk mandi.

"Hahh" Viona langsung bangun dari tidur dan memelototkan matanya. "Tidak bebh, kamu tidak boleh kemana-mana dulu, kamu harus istirahat total, Alice!!"

"Aku sudah sehat, bebh! Semalam Ronald tidak mengangkat telepon dariku, aku sedikit khawatir dengan keadaannya." Alice memasang wajah memelas.

"Alice...."

"Bebh!"

"Baiklah, aku akan mengantarkanmu lebih dulu ke rumah sakit, sebelum pergi ke kantor." Jawab Viona mengalah.

"Thanks you, bebh!" Kata Alice kemudian sambil berlari ke arah tempat tidur untuk memeluk Viona.

"Mandi sana, siap-siap!" Ujar Viona akhirnya.

"Siap bebh!" Alice lalu bergegas ke kamar mandi.

...

Mereka berdua akan segera berangkat tatkala bel apartemen mereka berbunyi, seseorang tengah berada di depan pintu mereka.

"Siapa yang datang bertamu sepagi ini, bebh?" Tanya Viona.

"Entahlah!" Jawab Alice santai sambil berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang ada di balik pintu tersebut.

"Azka..." Pekik Alice ketika ia melihat dari lubang kaca di pintu siapa yang ada di luar sana.

'Untuk apa dia datang sepagi ini?' pikir Alice dalam hati, sementara Viona yang sempat mendengar pekikan Alice tadi pun berpikir hal yang sama 'Ada apa dengan pria itu? Siapa yang ingin dia temui sepagi ini? Aku atau Alice?'.

Alice lalu membukakan pintu apartemen mereka.

"Haii... Selamat pagi Tuan Azka, hal apa yang membawa anda sepagi ini ke mari?" Tanya Alice ketika pintu telah terbuka.

Seperti biasa, lelaki itu kembali menampilkan senyum mematikannya.

"Anda tidak mempersilahkan saya masuk lebih dulu?" Tanya Azka kemudian, yang membuat Alice tampak canggung seketika.

"Ow iya, silahkan masuk." Kata Alice akhirnya.

"Aku ingin menemui temanku!" Kata Azka kemudian, tanpa melangkahkan kaki untuk masuk.

Viona yang akan meminum air dari gelasnya, lalu tersedak karena kalimat yang Azka ucapkan barusan.

"Teman?" Tanya Alice tak mengerti, ia mengangkat kedua bahunya.

"Iya, saya ingin bertemu Viona." Jawab Azka selanjutnya sambil melangkahkan kakinya memasuki apartemen itu, ia kemudian memilih untuk duduk di sofa ruang tamu mereka.

Namun saat akan duduk, Viona lalu langsung berkata "Kami akan segera pergi, Tuan Azka. Jika ada sesuatu yang ingin anda bicarakan, lebih baik anda mengatur waktu lebih dulu. Saya juga akan pergi ke kantor, kami mempunyai banyak hal untuk dikerjakan."

"Kenapa bicaramu seperti itu. Kalau ada teman yang datang, semestinya kau harus menawarkannya secangkir kopi. Bukan malah mengusirnya." Kata Azka sambil tetap tersenyum dan kemudian ia mendudukkan pantatnya pada sofa, ia tahu jika tatapan Viona itu merupakan bom waktu yang siap meledak kapan saja, jika ia salah berbicara.

Alice tampak bingung dengan pemandangan yang ada di hadapannya, Azka tampak santai ketika memasuki apartemen mereka, ia tak lagi canggung dan juga bahasa yang ia gunakan untuk berbincang dengan Viona merupakan bahasa yang cukup santai dan lazim digunakan ketika bercakap-cakap dengan teman. Alice sungguh terkesima dengan apa yang ia saksikan, sampai ia sama sekali tak beranjak dari depan pintu, tempat di mana sejak tadi ia berdiri untuk membukakan pintu bagi Azka.

"Sebaiknya jika anda tidak mempunyai masalah mendesak, anda boleh pergi sekarang. Karena kami juga akan bersiap-siap untuk pergi!" Ujar Viona yang kesannya seperti sebuah perintah.

"Hmp... Baiklah jika kau begitu sibuk. Karena aku tak mendapatkan kopi pagi ini, mungkin lain waktu aku bisa mencicipi makan malam kalian." Ujar Azka kemudian, lalu ia beranjak dari duduknya.

"Tunggu!" Cegah Alice kemudian ketika lelaki itu telah berada di depan pintu dan akan pergi dari situ.

"Aku ingin bertanya, apa yang terjadi diantara kalian berdua? Kalian berteman?" Tanya Alice sambil bolak-balik memperhatikan keduanya.

"Iya..."

"Tidak..."

Jawaban yang berbeda, yang sudah pasti jawaban 'tidak' adalah jawaban Viona. Ia belum mau mengakui pertemanan mereka dan ia juga tak tahu harus memberi tahu Alice dengan memulai cerita dari mana. Viona juga belum begitu yakin dengan pertemanannya dengan Azka, namun ia tidak mengantisipasi hal itu. Kedatangan Azka pagi ini merupakan hal yang begitu mendadak, bahkan Azka berbicara padanya dengan bahasa yang santai, itu jelas membuat seorang Alice Valencia menjadi penasaran.

"Siapa diantara kalian berdua yang berbohong?" Tanya Alice seketika dengan tatapan mata tajamnya yang ia perlihatkan bergantian pada Viona dan Azka.

Azka menatap mata Alice dan masih saja tersenyum santai, sedangkan Viona mengalihkan pandangannya dari Alice dan berkata. "Alice, aku sudah terlambat. Bersiaplah, kita harus berangkat sekarang!!"

"Bebh... Kenapa kau berbohong padaku?" Tanya Alice pada Viona.

"Alice, ayolah. Kita pergi sekarang!" Kata Viona lalu bergegas pergi lebih dulu dari hadapan Alice dan Azka.

Azka lalu kemudian berjalan mengikuti Viona.

"Kau marah padaku?" Tanya Azka pada Viona.

Viona membalikan tubuhnya ke belakang, ia berharap Alice belum mengikuti mereka.

"Azka, apa kau mau mati? Apa yang ingin kau tunjukan pada Alice, kau ingin Alice tahu jika kita berteman? Hah?" Viona menunjukan wajah kesalnya pada lelaki itu, yang dibalas sang lelaki dengan terkekeh pelan.

"Apa salahnya jika Alice tahu akan petemanan kita, bukankah itu lebih baik?" Azka merasa tak bersalah dengan tindakannya.

"Aku tidak ingin Alice tahu, sekarang pergilah ke mobilmu lebih dulu sebelum Alice datang!"

"Memangnya kenapa jika...."

"Azka, pergilah. Aku akan menghubungimu nanti." Pinta Viona dengan wajah memelasnya, ia sesekali mengalihkan pandangannya ke belakang melihat Alice.

"Baiklah, aku tunggu teleponmu." Jawab Azka akhirnya, lalu masuk ke dalam lift lebih dahulu menuju parkiran.

Saat lift tertutup Alice tiba.

"Yah. Kenapa kau tidak menahan lift nya?" Tanya Alice kecewa.

"Kita bisa ikut lift berikutnya." Jawab Viona santai.

"Tadi kau menyuruhku untuk bergegas karena takut terlambat, kenapa kau tak menahan liftnya beberapa detik sebelum aku datang?" Tanya Alice penuh selidik.

"Sudahlah Alice, kita ikut lift berikutnya saja." Jawab Viona tanpa berani menatap mata Alice.

...

"Apa yang kau sembunyikan dariku, bebh?" Tanya Alice memulai pembicaraan saat mereka telah berada di dalam mobil.

"Tidak ada bebh, aku tak menyembunyikan apapun darimu!" Jawab Viona sambil tetap fokus mengendarai mobilnya.

"Mengapa Azka datang sepagi ini ke apartemen dan ia mengatakan ingin bertemu temannya? Ada apa diantara kalian berdua? Benarkan kalian sekarang berteman?" Alice masih berusaha menggali informasi dari sahabatnya itu.

"Bebh... Kau sungguh penasaran ya akan hal ini?" Viona malah balik bertanya.

"He-eh.." Alice menganggukkan kepalanya.

"Hemp... Baiklah, akan ku beri tahu sekarang!"

"Ayo, ceritakanlah sekarang!" Pinta Alice sambil mengarahkan pandangannya pada Viona.

"Hmp... Susah juga mempunyai sahabat yang se-kepo ini?" Dengus Viona kesal sambil mengalihkan pandangan sinisnya kepada Alice.

Alice lalu tertawa terkekeh sambil mencubit pipi Viona.

"Bebh..." Viona kesal karena pipinya sakit.

"Ceritakan sekarang. Aku sudah siap mendengar."

"Iya...iya... Aku cerita! Hmp..... Iya, aku menerima permintaan pertemanan dari Azka." Ujar Viona seketika dengan tetap fokus pada jalanan dan kemudinya.

"Jadi dugaanku benar kan? Pantas saja Tuan polisi itu berbicara dengan santainya padamu tadi."

"Entahlah, dia terlihat santai sejak kemarin." Viona mendengus kesal, ia seakan menyesali pertemanannya dengan Azka.

"Kenapa kau sekesal itu?" Tanya Alice.

"Aku tak menyangka kalau dia akan sejahil itu. Datang pagi-pagi ke apartemen hanya untuk secangkir kopi? Alasan yang tidak masuk akal. Bilang saja dia ingin melihat keadaanmu hari ini. Hmp... Sungguh mengesalkan." Viona menampilkan wajah cemberutnya.

"Hahahaaa... Vio, wajahmu itu lucu sekali." Tawa Alice. "Ayolah Vio, berpikir positif lah, siapa tahu dia datang justru ingin melihat dirimu, bukan diriku." Lanjut Alice sekenanya.

"Dia menyukaimu Alice, karena kau mengingatkannya pada seseorang. Dan itulah alasannya memintaku untuk menjadi temannya, juga alasannya datang ke apartemen kita sepagi ini. Dia ingin melihatmu." Viona tak sadar dengan ucapannya.

"Maksudmu apa, Vio? Seseorang?" Alice penasaran.

"Akh... Tidak... Aku salah berbicara." Viona berbohong karena tak ingin membongkar cerita Azka pada sahabatnya.

"Ada apa, bebh? Aku penasaran, ceritakan padaku apa maksud dari omonganmu tadi."

"Tidak ada Alice, aku hanya asal bicara." Sanggah Viona, ia tak ingin berbagi cerita Azka kepada Alice sekarang, ia tak ingin Azka menganggapnya sebagai orang yang tak bisa menyimpan rahasia.

"Aku akan mogok makan sampai kau mau bercerita padaku, apa yang kalian bicarakan kemarin sampai kau dan Azka sekarang berteman." Ancam Alice kemudian pada sahabatnya itu.

"Alice..."

"Vio... Aku bukan saja mogok makan, tapi mogok berbicara denganmu. Itu terhitung dari detik sekarang!" Kata Alice kemudian.

"Alice..." Panggil Viona pada sahabatnya itu, namun sang sahabat tak bergeming.

"Alice..." Sama saja, Alice tak memberikan respon dari panggilan Viona, ia hanya menatap ke arah kiri jalanan dari kaca mobilnya.

"Bebh..." Viona memanggil sekali lagi, tapi percuma Alice kekeh pada mogok bicaranya.

Senyap... Tak ada komunikasi lagi, sampai mereka tiba di rumah sakit.

...