Hari ini pertama kalinya Mavis akan mencoba mengaktifkan salah satu kemampuan yang diberikan oleh sistem dengan tubuh barunya, Pangeran Asta. Setelah menimbang situasi dirinya yang ditransfer ke tubuh baru ini, ia menyadari betapa bahayanya dunia yang ditempatinya sekarang.
Sudah seminggu dia tinggal di kerajaan bernama Sriwijaya, dan dia sedikit mengerti tentang cara kerja di dunia ini. Terlepas dari perselisihan yang masih kuat antar kerajaan yang ada, dan persaingan politik di dalamnya, di dunia ini ada yang lebih penting untuk dikhawatirkan. Di dunia ini, manusia berebut lahan bukan hanya dengan sesama manusia, tetapi juga dengan ras-ras kuat lain yang ada, bahkan untuk menyebutkan di dunia ini ada pasukan dari kerajaan iblis membuat Mavis merinding memikirkannya.
Mavis bukan orang yang bodoh, meski ia telah menjadi seorang pangeran dan mendapatkan kehidupan yang selama ini ia mimpikan, tapi semua itu pasti tidak akan bertahan lama. Mavis harus memikirkan cara untuk dirinya bertahan dan memanfaatkan kesempatan memulai hidup barunya. Ia tak ingin mati dalam penyesalan untuk kedua kalinya.
"Baiklah, karena sistem aneh itu sepertinya tidak memiliki niat buruk, aku harus menggunakannya untuk bertahan hidup."
Beralih sejenak menatap pintu besar yang sudah tertutup, "Seharusnya tempat ini relatif aman, kuharap tidak ada yang datang untuk mengacau."
Di mana Mavis berada saat ini adalah tempat penyimpanan koleksi mainan dari Pangeran Asta terdahulu, tempat yang begitu luas jika dibandingkan dengan rumah yang ditempatinya di kehidupan sebelumnya.
Di hadapannya sendiri sudah terdapat bangkai burung peliharan yang sebelumnya ia dapatkan dari pelayan yang mengurusnya.
"Akan kumulai."
Mavis menghela napas. Kemudian ia mengarahkan telapak tangannya mengarah ke bangkai burung itu, dan kemudian berucap, "Bangkitlah."
Tak berselang lama, asap hitam mulai muncul melingkar di sekitar bangkai itu. Bohong jika Mavis tidak terkejut melihat adegan itu, ini kali pertamanya ia melihat hal magis dengan sebegitu nyata.
Burung itu mendadak berubah menjadi menyatu dengan asap hitam. Begitu aneh terlihat itu menjadi membesar setiap detiknya. Sampai pada detik kesekian itu mulai berhenti membesar, dan asap yang mengepul itu mulai perlahan hilang.
"Ya tuhan."
Mavis semakin membuka matanya lebar-lebar.
"Sambut hamba kepada Tuanku, terimakasih Tuan telah membangkitkan makhluk rendahan ini. Hamba akan setia melayani Tuan, hamba akan menjadi pedang Tuanku."
Sistem : Mengekstrak bangkai berhasil (1/3)
Notifikasi itu muncul setelah asap menghilang.
Setelahnya Mavis mendapati sesosok menyeramkan itu bersujud dengan kepala menunduk. Dengan warna yang tampak begitu hitam gelap, sosok itu menyerupai bangkai burung yang ada sebelumnya. Hanya saja, terdapat penambahan anggota tubuhnya yang menyerupai tampilan manusia.
"Apakah ini semua benar? Kamu bangkai burung yang tadi?" tanya Mavis, ia masih benar-benar tak percaya cara kerja sistem begitu tidak masuk akal.
"Ya, Tuanku. Makhluk rendahan ini sebelumnya mengambil bentuk seekor burung, beruntung hamba dibangkitkan oleh Tuanku," jawab makhluk itu dengan antusias.
"Ehem... bangunlah, aku ingin bertanya, bagaimana bisa kamu berubah bentuk menjadi seperti yang sekarang ini?"
"Terimakasih Tuanku," Makhluk itu terlihat sangat bahagia saat memilih bangkit, kemudian dengan wajah tersenyum ia melanjutkan, "Itu semua karena kebaikan Tuanku, makhluk rendahan ini sangat bersyukur."
"Baiklah, baiklah."
Mavis bingung dengan sikap makhluk itu terhadapnya. Seperti seekor anak ayam yang melihat induknya, makhluk itu menatap dirinya dengan penuh kekaguman.
"Oke, kamu ... bagaimana aku memanggil namamu," tanya Mavis.
Makhluk itu sentak berubah murung, "Tuanku, hamba ini tidak akan berani. Tuanku yang berkuasa atas hamba ini, hanya Tuan yang bisa memberi nama pada bawahan rendahan ini."
"Sudahi penggunaan kata bawahan rendahanmu itu. Bukankah itu terlalu berlebihan merendahkan dirimu?"
"Itu... Tuanku ... akan sulit...."
"Oke, terserahlah. Kalau begitu, bagaimana dengan memberi namamu Buster?"
"Suatu kehormatan bagi hamba untuk bisa mendapat nama dari Tuanku. Nama hamba yang sekarang adalah Buster."
"Baik-baik saja kalau begitu."
Mavis tenggelam sejenak dalam pemikirannya. Ia tersenyum bangga karena telah berhasil menggunakan salah satu kemampuan dari sistem itu dan tidak memberikan dampak buruk bagi dirinya. Ini melebihi ekspektasinya tentang kemampuan membangkitkan makhluk hidup yang telah mati dari sistem.
"Buster, perlihatkan kemampuan sejatimu padaku."
"Dimengerti."
Setelahnya Buster mengambil posisi tegak dan merentakan kedua sayapnya, sekali, dua kali, tiga kali, dia mengepakan sayap itu sampai pada akhirnya tubuh itu terangkat. Ia terus mengepakan sayapnya dan terbang ke sana kemari, lalu kembali ke posisi awal.
"Jadi kemampuanmu adalah terbang, begitu rupanya."
Mavis mengerti. Sebelum si Buster itu dibangkitkan, dia hanyalah seekor burung pemakan biji-bijian, lain jika dia burung bertipe karnivora. Karakteristik burung itu hanyalah bisa untuk terbang, Mavis mulai ragu apakah Buster itu bisa diandalkan untuk melindunginya.
Mari periksa kembali panel status sistem tentang kemampuan mengekstrak bangkai itu, pikir Mavis secara mendalam.
Kemudian jemari tangannya melesat ke ruang hampa di depannya dan mulai mengoprasikan papan tatap muka sistem.
Sistem : Kemampuan mengekstrak bangkai (1/3)
"Tampilkan status Buster."
Sistem : menampilkan data untuk Buster.
Nama : Buster
Ras : Burung Sarwani
Grade : E
Level : 1
Kemampuan : Terbang, Mata Pengintai
Keterangan : Buster adalah mayat hidup yang diekstrak oleh Asta dari bangkai burung Sarwani, memiliki kemampuan terbang cepat dan memiliki visi yang tajam untuk dapat melihat dalam radius 100 meter. Masih dapat berkembang.
Benar saja. Mavis tidak begitu mengerti tingkatan dalam mengekstrak bangkai, tapi untuk mendapatkan grade E Mavis merasa bukankah terlalu mengerikan? Dan dia bahkan hanya memiliki sisa 2 kesempatan lagi untuk mengekstak.
Mavis masuk dalam pemikiran dalamnya. Ia harus berhati-hati lain kali jika ingin mengekstrak suatu bangkai. Dia harus mempertimbangkan matang-matang bangkai yang lebih berguna kedepannya sebelum mengekstraknya, jika tidak, itu hanya cuma-cuma ia membangkitkan.
"Tampilkan statusku."
Sistem : menampilkan data untuk pengguna sistem.
Nama : Asta
Ras : Manusia
Level : 1
Job : Necromancer, Penyihir Spirit Bumi
Gelar : Pengguna Sistem, Seorang Yang Pertama
Kemampuan : Mengekstrak bangkai (1/3), Kutukan Ular Karaka, Hentakan bumi, Peningkatan tubuh
Hari ini Mavis merasa cukup puas untuk berhasil mencoba satu kemampuan dari sistem itu. Mengenai kemampuan Kutukan Ular Karaka, itu bisa dikesampingkan saat ini, karena terlalu beresiko. Dia bisa menebak hanya dengan melihat namanya, kemampuan itu pasti sangat keji. Ia bukan seorang psikopat untuk mencobanya pada makhluk yang masih hidup. Sementara kemampuan hentakan bumi dan peningkatan tubuh, dia sudah mempunyai rencana sendiri untuk mencobanya di kemudian hari.
"Mari kita akhiri untuk hari ini."
Mavis tersenyum bangga. Kemudian ia bergumam sambil memperhatikan tubuh Buster yang besar.
"Sekarang, bagaimana cara aku menyembunyikan dia?"
"Buster, apakah kamu bisa membuat dirimu tidak bisa terlihat orang? Atau menghilang dan sejenisnya?"
"Ya, Tuanku. Hambamu ini bisa bersembunyi di dalam bayanganmu jika Tuan menginginkannya. Tuanku harap yakinlah, Tuanku dapat memanggilku jika dibutuhkan, panggil saja namaku dan aku akan datang menghadap Tuan."
"Baik-baik saja kalau begitu. Sekarang kembalilah dan bersembunyi."
"Dimengerti."
Segera tubuh besar itu mulai bercerai dan mengambil bentuk bayangan hitam di atas ubin, kemudian mulai bergerak menuju Mavis dan bergabung dengan bayangannya.
Mavis cukup puas dengan kemudahan yang diberikan sistem, akan lain halnya jika Buster memiliki keberadaan seperti sebelumnya. Mungkin itu masih baik-baik saja jika itu hanya satu Buster, Mavis masih bisa mencarikan tempat untuk dirinya bersembunyi, tapi bagaimana jika dia dapat mengekstrak banyak bangkai di kemudian hari? Dia akan kesulitan menutupinya. Ditambah itu tidak efektif jika sewaktu-waktu Mavis membutuhkan bantuan.
"Buster, kau bisa mendengarku?"
"Ya, Tuan. Hamba bisa mendengarkanmu dengan sangat jelas dari balik bayangan."
"Bagus. Apakah memungkinkan bagiku untuk meminta bantuanmu selama kamu di sana?"
"Perintahmu adalah keinginan hamba ini Tuan, harap jangan mengatakan untuk meminta bantuan hamba ini. Hamba akan sangat senang jika bisa bermanfaat bagi Tuan.
"Ah, ini ternyata terlalu berat bagiku," gumam Mavis.
"Tuan...?"
"Bukan apa-apa."
Sambil berjalan menyusuri lorong demi lorong menuju tempat peristirahatannya, Mavis terus berkomunikasi dengan Buster. Hanya saja ini terlalu berat baginya untuk terus mendengar Buster mengatakan kata seperti seorang hamba dan tuannya, terlebih setelah dirinya bergabung dengan bayangannya. Buster dapat menjawab langsung melewati telepati bila Mavis mengajaknya bicara.
"Kalau begitu aku memerintahkanmu untuk mulai menggunakan visimu, pindai seratus meter di sekitarku dan laporkan jika ada sesuatu yang mencurigakan," ucap Mavis.
"Dimengerti."