Chereads / I'm The Necromancer King / Chapter 2 - Chapter 2 : Pangeran Yang Baik Hati

Chapter 2 - Chapter 2 : Pangeran Yang Baik Hati

Sriwijaya adalah kerajaan tingkat tiga yang berada di wilayah timur benua Braham. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja bernama Cornelius Dixon, raja yang sangat baik dan cinta kepada rakyat-rakyatnya. Berkat raja Cornelius, Sriwijaya tumbuh pesat dibawah kekuasaanya. Kerajaanpun berhasil memperluas wilayahnya setelah memenangkan dua pertempuran besar yang tercatat di buku sejarah kerajaan. Pertempuran melawan kerajaan Do Young sepuluh tahun yang lalu dan Kerajaan Norville dua tahun yang lalu.

Atas prestasinya, Raja Cornelius pantas dinobatkan menjadi raja terbaik sampai saat ini di sejarah Sriwijaya, karena telah menaikan drajat kerajaan dari kerajaan tingkat satu ke tingkat tiga. Begitupula sang raja berhasil mengubah pandangan kerajaan-kerajaan lain yang sering melecehkan kerajaan Sriwijaya karena selalu menyenderkan bahu pada kerajaan sekutunya, Kerajaan Osaka.

Kerajaan Osaka sendiri merupakan kerajaan tingkat lima yang tidak bisa dianggap remeh meski di benua Braham. Perbedaan antar tingkat kerajaan adalah suatu hal seperti langit dan bumi. Dapat dimisalkan, kerajaan tingkat empat bila bergandengan tangan dengan kerajaan tingkat empat lainnya melawan kerajaan tingkat lima hanya akan mengalami kehancuran secara instan. Demikian, banyak kerajaan tingkat dua, tiga, dan empat tidak berani menyentuh kerajaan Sriwijaya karena persahabatannya dengan kerajaan Osaka.

Baru-baru ini bahkan kedua kerajaan itu mengumumkan kepada publik bahwa mereka telah menjodohkan dari masing-masing keturunannya untuk mempererat hubungan kedua kerjaaan. Tentu, itu hanya terjadi karena raja Osaka mendengar prestasi dari kerajaan Sriwijaya yang mengalami kemajuan pesat. Jika tidak, meskipun keduanya adalah sekutu dekat, raja Osaka tidak akan sudi menikahkan anak perempuannya meski hasil dari pelacur sekalipun.

Osaka dan Sriwijaya didirikan bersamaan oleh dua orang yang bersahabat, jauh dahulu kala. Namun, Osaka sudah menjadi kerajaan yang besar dan kuat, sementara Sriwijaya yang sebelumnya hanya kerajaan tingkat satu belaka.

Saat itu, Raja Ragnar nampaknya cukup puas dengan kinerja raja Cornelius, dan berakhir menjodohkan anaknya dari anak selir kelima yang bernama Judh Estell dengan anak Raja Cornelius dari sang ratu.

Cornelius Dixon mempunyai lima orang anak, yang masing-masing buah hasil dengan sang ratu dan ketiga selirnya. Satu orang anak dari sang ratu, dan empat dari ketiga selirnya. Anak pertamanya bernama Bernard Dixon, anak dari selir pertamanya Juleaha. Anak yang kedua yaitu Thomas Dixon dan yang ketiga Randall Dixon, yang keduanya hasil dari selir kedua yang bernama Kumaila. Kemudian berulah sang ratu melahirkan seorang anak yang sangat dinanti oleh sang raja, setelah bersusah payah mencari cara agar sang ratu bisa memberinya seorang keturunan. Setelahnya, lahir kembali anak kelima bernama Selia Dixon, anak dari selir ketiga, selir Olivia.

Dari semua anak sang raja, anak dari sang ratu yang bernama Asta Dixon adalah anak yang paling disayangi oleh raja. Anak yang selalu diperhatikan dan dimanja oleh banyak orang di istana. Anak itu tumbuh di tengah-tengah kasih sayang kedua orang tuanya dan banyak orang. Sang ratu yang bernama Lilian juga sangat dipuja oleh banyak orang karena kecantikannya. Disamping itu, Lilian juga mempunyai martabat seorang anak bangsawan dari kerajaan Toran, kerajaan tingkat dua yang tidak jauh dari sana.

Semuanya memuja Asta. Karena anak itu mewarisi gen sempurna dari kedua orangtuanya. Anak yang paling diharapkan dapat membawa kerajaan Sriwijaya pada puncaknya.

Asta, dialah anak sang raja yang dijodohkan dengan Judh Estell, putri yang sangat cantik dan berkepribadian baik dari kerajaan Osaka.

Kerajaan Sriwijaya, di kediaman Pangeran Asta Dixon.

Bangunan besar dan peralatan super mewah mengisi seluruh kedalaman ruangan peristirahatan sang pangeran.

Ranjang besar di bagian barat ruangan itu, kini di atasnya Mavis sedang berdiam diri.

Dia baru saja kembali dari ruangan penyimpanan mainan sebelumnya, saat dia diam-diam mencoba kemampuan yang didapatnya dari sistem aneh itu tanpa sepengetahuan siapapun.

Sekarang, jam makan siang masih menunggu beberapa saat lagi, dan Mavis tidak mempunyai aktifitas lain yang bisa dilakukannya. Sebenarnya, bisa saja Mavis keluar untuk sekedar berkeliling istana, atau pergi ke perpustakan untuk melihat-lihat buku di sana dan mempelajari lebih dalam tentang cara kerja di dunia ini. Namun, itu hanya bisa dilakukan jika dua minggu yang lalu. Saat ini ia sedang dihukum oleh sang raja dan harus tetap berada di kamar sampai diperbolehkan untuk keluar.

Ini terlalu sial baginya, sang ratu yang merupakan ibu kandung dirinya juga tengah terbaring sakit di kediamannya. Ia tidak punya seseorang yang bisa membantunya membujuk ayahnya. Posisi Mavis saat ini sangat menyedihkan.

Juga, tiga hari yang lalu, dia mengetahui bahwa Pangeran Asta yang merupakan dirinya saat ini adalah seorang idiot yang berpikiran sempit. Pangeran Asta yang tumbuh dengan kasih sayang berlebih itu tenyata malah menjadikannya anak yang tidak berkompeten. Pangeran memiliki prilaku buruk yang tercela, disamping itu diapun berani melakukan tindak kekerasan kepada orang-orang yang tidak mengikuti semua keinginannya. Sehingga banyak dari para bangsawan yang mengeluhkan tentang anak-anaknya yang ditindas oleh sang pangeran.

Berhari-hari keluhan demi keluhan sampai pada telinga sang raja. Sang raja yang saat ini sedang berduka karena penyakit yang dialami sang ratu, menjadi murka. Ia marah akan prilaku Pangeran Asta yang sangat tidak tahu malu itu. Sang raja tak habis pikir, anak yang paling disayanginya dan anak yang sangat ingin ia jadikan tonggak untuk menggantikannya memimpin kerajaan, akan menjadi seburuk itu. Raja dipenuhi amarah.

"Ah, aku baru menyadari setelah aku menempati tubuh ini aku belum pernah sekalipun mengunjungi kedua orangtuaku yang sekarang." Mavis merenungkan dalam pikirannya.

"Seperti apakah wajah mereka? Aku ingin melihatnya."

Mavis tersenyum.

Dia merasa senang. Meskipun dia ditempatkan di tubuh seorang anak yang tercela ini, dia masih saja mendapat keuntungan yang lebih baik dibanding dengan buruknya. Mengingat dia adalah seorang pangeran. Kedua, dia tidak perlu lagi bersusah payah untuk menghidupi dirinya sendiri. Dan yang ketiga, dia masih memiliki keluarga di dunia ini, sesuatu yang tidak dimilikinya dulu.

Mavis sudah berencana. "Aku akan menyelinap ke kamar ibu. Setelah makan siang nanti."

Dalam sekejap, waktupun berlalu. Pelayan istana yang bertugas membawakan hidanganpun datang mengetuk pintu kamar Mavis.

"Masuklah."

Kedua pelayan itu memasuki kamar dengan kepala yang menunduk, sementara kedua tangannya mendorong meka berjalan itu menuju ranjang Mavis.

"Pa-pangeran ... menu makanan siang ini susu, buah-buahan, dan legator bakar. Apakah ada sesuatu yang tidak disukai pangeran? Pelayan ini akan menggantikannya," ucap salah satu pelayan berambut kepang dua. Wajahnya pucat dan keringat membasahi dahinya.

"Cukup ini, dan terimakasih," jawab Mavis.

Kedua pelayan itu sontak mengangkat kepalanya dan menatap Mavis dengan ekspresi linglung.

"Sungguh?" Pelayan berkepang dua itu tidak bisa menahan keterkejutannya. "Marrie, ternyata memang benar! Bibi Rose benar!"

"Sasha! Eh... Pangeran, maafkan adik pelayan ini yang tidak sopan kepada pangeran. Mohon ampuni adik saya," ucap pelayan satunya yang terlihat sedikit lebih tua.

Pelayan bernama Marrie itu setengah bersujud meminta pengampunan dari Mavis. Kemudian disusul pelayan yang merupakan adiknya itu ikut bersujud dengan wajah yang sangat ketakutan.

Sebelumnya, mereka sudah mendengar banyak dari pelayan seniornya sebelum dipindahkan tentang perubahan mendadak pada pangeran beberapa hari. Senior itu juga menyemangati mereka dan mengatakan hal-hal menenangkan kepada keduanya seperti tidak ada hal buruk yang akan terjadi pada mereka.

"Ma-maaf, Pangeran, saya tidak bermaksud untuk tidak sopan."

"Diamlah Sasha," bisik Marrie.

"Tidak apa-apa, bukankah aku seorang yang pemaaf? Kalian bisa bersantai denganku. Berdirilah."

"Tuanku, Pangeran maafkan kami, ampuni nyawa kami."

Pelayan itu malah semakin histeris ketakutan mendengar ucapan dari Mavis.

Pangeran Asta memang terkenal karena kekejiannya, mereka berdua adalah pelayan baru pengganti dari pelayan sebelumnya yang dipindahkan ke bangunan sang ratu. Mereka sudah membayangkan akan menjadi seperti apa dirinya jika Pangeran Asta ini mengamuk dan menghukumnya. Rumor mengatakan hanya ada dua hasil dari hukuman darinya, yaitu kesakitan sampai menginginkan kematian, atau kematian itu sendiri.

"Jika kalian tidak berdiri dan masih berada di tanah saat aku menghitung sampai tiga, akan ada hukuman untuk kalian," jawab Mavis.

Mavis tertawa melihat aksi lucu kedua pelayan itu.