Stevia tidak asing dengan ruang makan yang selalu sepi itu. Padahal aneka makanan telah tersaji, tapi tidak ada yang mau mendekati. Sayangnya Stevia merasa ruangan ini kian kosong. Papinya jarang sarapan bersamanya, dan sekarang sudah tidak bisa lagi sarapan bersama.
Dada Stevia mendadak sesak mengingat tentang papinya. Dia berusaha tegar, tapi merelakan seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya tidaklah mudah. Gadis itu menarik napas panjang, sambil menghalau air matanya yang mulai keluar. Setelah cukup tenang, dia mengambil nasi goreng dan lauk telur dadar bumbu asam manis.
"Mami mana?" Lean masuk ruang makan dan duduk di depan kakaknya. Perhatiannya seketika tertuju ke mata kakaknya yang sedikit memerah itu. "Lo masih sedih, ya?"
Stevia mengangguk. "Pasti lo juga," ujarnya. "Gue nggak tahu mami di mana."
"Gue panggil mami dulu."
"Jangan!"