"Le.... Lean...."
Lamunan Lean terputus saat mendengar suara bergetar itu. Dia berbalik, tapi merasa tubuhnya ada yang menarik. Seketika dia menunduk dan mendapati Nana yang menatapnya dengan senyuman. "Apa, sih, Na!" ujarnya sambil melepas pelukan.
Di dekat pintu, Rein melihat Lean yang terlihat risih oleh pelukan Nana. Pemandangan itu membuat hatinya sangat lega. Hampir saja dia terbakar cemburu melihat kedekatan dua orang itu. "Lean...."
Lean berbalik dan mendapati Rein berdiri beberapa langkah darinya. "Hai...." Dia mendekat lalu mencium kedua pipi Rein. "Udah lama di sini?"
Nana mengepalkan tangan. Dia tidak terima saat Lean mencium pipi Rein dengan mesra. Gadis itu mendekat kemudian melingkarkan tangan ke lengan Lean. "Ayo, Lean, gue temani."
Rein memperhatikan Nana yang sepertinya dibakar api cemburu itu. Perhatiannya kemudian tertuju ke Lean yang tampak bosan dengan tingkah Nana. "Gue bawain makanan. Pasti lo belum makan, kan?"