Lean menarik kursi mendekati box bayi. Bibirnya terus membentuk senyuman menatap bayi mungil dengan kupluk biru yang menggemaskan itu. Sesekali dia menyentuh kaca, seolah sedang menyentuh bayi itu.
"Gendong aja kalau pengen." Ternyata Rein memperhatikan Lean. Dia berbaring sambil memeluk guling. Sejak tadi pandangannya juga tertuju ke bayi mungil yang menggemaskan itu. Rasanya dia tidak ingin jauh-jauh dari anaknya.
"Aku takut nyakitin dia." Lean menoleh dengan senyum sedih. "Mungkin nunggu beberapa bulan aku baru berani."
Rein menggeleng. "Kamu bakal kehilangan banyak momen. Mulai sekarang, kamu coba gendong dia. Pasti dia seneng digendong sama papanya."
Lean menyugar rambutnya ke belakang. Dia berdiri lalu duduk di pinggiran ranjang. "Apa kita kasih nama yang waktu itu?"
Satu alis Rein seketika tertarik ke atas. "Yang mana? Nama yang udah kita sepakati aja. Jangan nama aneh-aneh. Nanti anaknya jadi malu."