"Asalkan bisa makan malem, gue bakal terima barang itu."
Rein dan Lean sama-sama kaget mendengar permintaan Nana. Dua orang itu saling pandang, kemudian menatap Nana dengan tajam. Sedangkan yang ditatap tersenyum, tidak merasa ada yang salah dengan kalimatnya.
"Tuh, kan! Gue udah yakin kalau lo ambil kesempatan dalam kesempitan!" Rein menunjuk Nana.
Nana mengangkat bahu tak acuh. Dia menatap Lean yang masih terdiam itu. "Gimana, Sayang? Mau makan malam sama gue?"
Rahang Lean mengeras. Dia meletakkan kardus itu di depan kaki Nana, kemudian dia berdiri tegak. "Entah lo mau simpen barang itu atau enggak, gue nggak peduli. Yang penting gue udah ada niat baik buat kembaliin."
"Aduh! Mana ada niat baik kayak gitu." Jari telunjuk Nana bergerak ke kiri dan ke kanan. "Gini, deh, kalian makan malam sama gue. Setelah itu semuanya beres."