Kedua tangan Rein seketika terkepal. "Nggak usah lo temuin dia lagi!"
"Aduh!" Nana menutup mulut dengan gerakan yang dibuat-buat. "Lo takut Lean gue rebut, ya? Ya ampun, Rein. Lo masih aja jadi cewek pesimis."
Rein menarik napas panjang. Dia tidak ingin lepas kendali kemudian berakhir dengan pertengkaran. Nana termasuk gadis nekat yang bisa saja melukainya. Ditambah, dia sekarang harus benar-benar menjaga kandungannya. Dia tidak ingin emosi sesaat membuatnya kecewa berkepanjangan. "Gue biasa aja."
"Ya udah kalau biasa aja. Kapan Lean ada free?" tanya Nana setengah mendesak.
"Minggu depan kayaknya." Rein tidak sepenuhnya berbohong. Dia sendiri tidak tahu pasti jadwal Lean seperti apa.
Nana manggut-manggut. Dia berdiri lalu menepuk pundak Rein. "Gue bakal hubungi Lean. Makasih infonya." Setelah itu dia berjalan menuju pintu. "Gue nggak jadi warnain rambut!" teriaknya kembali membuat kegaduhan.