"Sayang.... Sayang...."
Rein menggeliat saat merasakan tepukan di pipinya. Dia membuka mata, melihat wajah Lean yang sedikit buram itu. Matanya kembali terpejam, kemudian terbuka lagi. Setelah melihat wajah Lean dengan jelas, Rein tersenyum. "Kamu bangun lebih pagi."
Lean tersenyum. "Kamu ada syuting?"
"Enggak." Rein berbaring miring mencoba tidur kembali. Sedetik kemudian dia ingat kejadian sebelum tidur, saat dia menunggu Lean sambil memandangi kopi yang dia aduk. Rein seketika terduduk dan menatap Lean. "Kamu semalem pulang jam berapa?"
Lean menahan tawa mendapati kesadaran Rein. "Jam dua. Kamu ketiduran di sana." Dia menoleh ke arah meja. Di sana masih ada secangkir kopi yang kemarin Rein buat.
"Kenapa nggak hubungi aku?" tanya Rein dengan napas tercekat. Dadanya kembali terasa sesak mengingat akhir-akhir ini Lean sibuk dengan dunianya sendiri. "Kamu nggak mau bagi semuanya sama aku?"