"Kita udah berhasil kabur. Jadi, kita lanjut ke sesi berikutnya," bisik Lean menggoda.
"Ih, apaan, sih? Turunin nggak?" Rein melotot. Namun, dia tidak bisa memungkiri jantungnya yang berdegup lebih cepat. Selain itu Rein merasa tubuhnya mulai panas.
"Enggak. Baru aku turunin setelah di ranjang." Lean melangkah menuju lift. "Pencetin, dong, Sayang."
Rein mendengus lalu memencet tombol lift. Dia memeluk Lean, tidak ingin kepalanya terbentur pinggiran pintu lift. Setelah berdiri di dalam lift, barulah dia kembali memberontak. "Malu, tahu! Kalau ada yang ngelihat gimana?"
Lean menahan tawa. "Emang ada yang lihat kita?"
Pipi Rein memerah. Dia menatap pantulan kaca di depannya, terlihat bagaimana Lean menggendongnya dan sepertinya tidak terlihat keberatan. "Ya tapi kalau kita keluar lift, pasti ada aja yang ngelihat."
"Mereka pasti maklum. Kita pengantin baru," ujar Lean sambil mengedipkan mata genit.
Tring. Pintu lift terbuka.