Mata Lean memicing, merasakan sinar matahari yang mengenai sebagian wajahnya. Dia menghalau sinar itu dengan menutup lengan tepat di mata. Beberapa menit terpejam, dia tidak kunjung terlelap.
"Hoam...." Lean menguap lalu berguling ke samping. Matanya terbuka, menatap cahaya matahari yang menerobos dari celah ventilasi, hingga membentuk siluet aesthetic di atas lantai.
Lelaki itu terdiam, entah kenapa pagi ini hatinya terasa lega. Tidak ada lagi beban yang bersarang di hati dan pikirannya. Bahkan bisa dikatakan, semalam pertama kalinya dia tidur nyenyak setelah papinya tiada. Dia tidak tahu, mungkin tubuhnya begitu lelah. Atau mungkin, beban itu telah menghilang digantikan oleh kebahagiaannya bersama Rein.
Rein.
Seketika Lean bangkit mencari ponsel. Setelah itu dia menghubungi calon istrinya itu. Setiap mengingat calon istrinya, rasanya ada sesuatu yang membuncah di hati Lean. Dia tersenyum kecil, persis seperti ABG baru jatuh cinta.