Lelaki dengan batik berwarna cokelat susu itu berdiri di depan kaca. Dia memasang kancing di bagian lengan sambil memperhatikan penampilannya sekali lagi. Rambutnya dia sisir ke belakang, membuat wajahnya tampak lebih dewasa. Matanya berbinar, tapi raut gugup itu tidak mampu hilang.
Sejak tadi, Lean mensugesti dirinya sendiri agar tetap tenang. Sayangnya dia tidak bisa melakukan itu. Berkali-kali dia terbayang Rein. Berkali-kali dia terbayang malam nanti akan seperti apa. Jika sudah seperti itu dia akan meneliti ulang segala kebutuhan yang dia perlukan.
Tidak sampai di situ, Lean berkali-kali menatap kemejanya. Dia takut kemeja itu kusut, tidak sesuai atau bahkan berlubang kecil yang tidak diketahui. Meski rasanya aneh jika pakaian keluaran butik ternama sampai terdapat lubang kecil.